"SHERA!"
"E-eh iya bu?" Aku tersadar dari lamunanku.
"Jangan melamun saja kamu! Cepat kerjakan soal di papan tulis!" seru Bu Tya. Sungguh malang nasibku.
Aku berjalan gontai menuju papan tulis dan menatap deretan kata yang ditulis bu guru killer itu.
Pikiranku mulai kacau. Aku menoleh ke belakang dan menatap Dira.
"Tolong gue plis," mohonku tanpa suara.
Dira langsung tahu yang kumaksudkan.
"Lima puluh empat, bo-doh," jawabnya sambil menekankan kata bodoh. Aku tersenyum dan menuliskan angka 54 di papan tulis.
"Bagus sekali, Shera. Silakan duduk kembali," puji Bu Tya.
Saat pantatku baru menempel di kursi, Dira langsung nyerocos.
"Geblek lo. Gitu aja gak bisa. Mau jadi apa lo, ha? Pake nanya gue segala. Coba gue tadi gak bantuin lo, mampus lo."
"Hehehe lagian lo bantuin gue kan? Jadi gue gajadi mampus," aku terkekeh.
"Gak bilang apa-apa lo abis dibantuin?" tanyanya.
Gengsi sih, tapi...
"Y mksh."
"Hm," sahutnya.
***
"Dir Dira!" Dira pun menoleh ke belakang dan mengangkat satu alisnya.
"Lo hari ini ada acara gak?" tanya teman basketnya.
"Gak."
"Oke, ntar ada latihan buat pertandingan lusa lawan SMA sebelah."
"Ya."
"Lo bisa kan?" tanya cewek itu memastikan.
Dira hanya mengangguk lalu kembali berjalan mendahuluiku.
Lihat sendiri kan gimana dia cueknya sama orang lain? Kalo udah kenal deket dia bakal berubah jadi orang paling cerewet yang nyerocos terus ga guna sedunia.
"Lo nanti latihan?" tanyaku.
"Lo budeg apa gimana sih? Jelas-jelas tadi..."
"Iya-iya bawel. Maksud gue lo yakin mau latihan nanti?" potongku.
"Yakinlah. Mau gimana lagi, pertandingan aja lusa, latihan baru sekarang. Ga yakin menang gue."
"Oh."
"Tapi guenya agak males sih, pengen main ke rumah lo," ujarnya manja.
"Jijik gue lama-lama sama lo. Latihan ya latihan, katanya mau menang kok males. Lo ga boleh plin-plan gitu dong. Harus..."
"IYA-IYA GUE LATIHAN! Gausah ceramahin gue kali, Bu Ustadzah."
"Nah gitu dong."
***
"Gue duluan ya! Dadah Dira sayang! Muaahh!" Aku mengecup pipi Dira dan berlari sambil melambaikan tangan.
Dira mengelus pipinya kasar.
"IH JIBANG GUE!" teriaknya. Aku hanya tertawa.
Aku mengayuh sepeda sampai rumah.
"SHERA PULAAAANG!" teriakku saat masuk ke dalam rumah.
"Iya tau, toa banget lu," cibir kakakku.
"Ga ngaca lo kak!" balasku tak mau kalah.
Aku pun berjalan menuju kamar dan segera merebahkan diri di ranjang.
Drrrtt...drrrt...
Aku mengambil HP dan melihat ada undangan BBM baru.
Faisal Orlando?
Aku langsung meng-accept nya. Ya secara dia ganteng walaupun nyebelin banget, tapi dia kece, keren, pinter, ketos lagi. Terus dia... kok jadi muji-muji dia sih?
Tiba-tiba ada BBM masuk.
Faisal Orlando: Lo Shera kan?
Cashera A: Lo dapet pin gue darimana?! Jangan-jangan lo ngelacak gue?
Faisal Orlando: Ogah gue ngelacak lo. Gak penting gue dapet pin lo darimana
Cashera A: Terus lo ngapain bm gue siang-siang buntet gini?
Faisal Orlando: Anjir buntet! Besok lo kudu ke ruang OSIS istirahat pertama.
Cashera A: Emang ngapain? Lo mau ngapain gue ha?!
Faisal Orlando: Mau ngelabrak lo gara-gara nabrak gue dua kali
Cashera A: Njir, ogah gue!
Faisal Orlando: Ya kagalah. Udah pokoknya besok harus kesana!
Faisal Orlando: Oya, ajak temen lo sekalian
Temen? Temen yang mana?
Cashera A: Temen yang mana? Temen gue banyak kali gak cuma satu
Faisal Orlando: Yang biasanya sama lo
Cashera A: Ngapain bawa dia segala?
*read*
Okesip. Ga lucu banget. Cuma di read. Apaan. Anjir. Kampret emang.
Mau tanya tapi gengsi gue gede. Jadi gausah tanya lah. Ntar keliatan cerewetnya lagi.
Aku pun segera mengetik Line untuk Dira.
Cashera: Dir abis latihan telpon gue cepet.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
F A K E
Teen FictionTrue friend itu yang gak munafik, yang gak nggosipin lo, yang gak baik di depan doang, yang gak nusuk lo dari belakang, dan yang gak nikung lo. Fake smile, fake laugh, and fake me. Welcome to my world - Cashera Andristia - [[PRIVATE STORY]]