Tubuhku terpaku.
Faisal berkata seperti itu? Ia terkesan seperti mau menolongku, membelaku, atau aku hanya baper aja?
"Gausah.sok.peduli," kataku penuh penekanan. Sebenarnya terpaksa aku berkata seperti itu padanya.
"Dibantu malah sewot. Gak tau terima kasih banget," decak Faisal. Aku yakin, sekarang dia sebal padaku. Maaf, tapi sayangnya aku orang yang gengsian.
"Biarin," cibirku lalu melengos pergi dari hadapannya.
***
Aku memutuskan untuk pergi keluar kelas.
"WOII!"
"Aaaayam preketek-ketek!" Latahku kambuh lagi-_-
"Aduh, kenapa setiap lo ngucapin itu gue selalu ngakak sih?" Dira tertawa terbahak-bahak.
"Eh, gue mau cerita," ujarku.
Dira mentapku, seakan bertanya 'apa?'
"AAAAAA! LO TAU KAGA? TADI FAISAL BANTUIN GUE LOOOHH! AAAAAAAA!!" jeritku keras sekali.
"Kalo cerita woles dong. Gue ntar gabisa ngirit duit kalo tiap hari kerjaan gue cuma ke dokter THT," ucapnya sambil menutup telinga.
"Cerewet," komentarku.
"BIARIN GAK WOLES, YANG PENTING GUE SENEEEENG BANGEEEEETT!" lanjutku berteriak.
"Bener-bener gak waras," gumamnya pelan tetapi telingaku aku bisa menangkap perkataannya.
"Apa lo bilang?"
"Lo sehat banget hari ini. Jadi tambah cantik deh," jawabnya, yang sudah pasti berbohong.
"Hmm, terserah."
***
Bruk!
Ya ampun, lagi-lagi aku menabrak seseorang.
"Woi! Kalo jalan matanya dipake! Liat noh, permen gue jatoh jadinya! Lo harus ganti!" semprotnya.
Becca, seorang gadis populer yang suka mem-bully anak lain. Anak kelas 12 yang suka mencari/membuat masalah. Yang gak suka kalo dia punya saingan, dalam hal apapun. Yang cogan hunter. Yang cantik menawan di luarnya saja. Yang termasuk dalam blacklist people-ku.
"Maaf, Kak. Saya tidak sengaja," aku menundukkan kepala. Biasa, junior yang baik nan sopan ya kaya gini. Walaupun senior nya nyebelin banget.
"Gak sengaja gimana?! Jelas-jelas lo nabrak gue, dan akhirnya lo NGEJATUHIN PERMEN gue! Cepet ganti permen gue jadi permen yang baru!" omelnya lagi.
"Bacot banget sih," gumamku pelan.
"CEPETAN GANTI! GAUSAH KOMAT-KAMIT BACA MANTRA! GUE UDAH KE MBAH DUKUN JADI GUE UDAH KEBAL!" teriaknya. Gak nyambung banget sumpah.
"Tapi, Kak, itu kan cuma permen. Kakak bisa beli lagi yang baru," kataku 'takut-takut'.
"Gue gak mau ya, ngabisin duit cuma buat beli permen yang lo jatuhin. Mending buat ke salon," ujarnya.
Aku memutar bola mata, kesal.
Ke salon, ke salon, ke salon. Itu doang yang di pikirannya. Kalo gak ke salon, ya cogan. Senior macam apa itu, batinku.
"Heh! Cepetan! Malah bengong! Buruan kali! Lelet lo!" usirnya.
Terpaksa, aku pun berjalan ke kantin untuk beli permen. Huh, cuma gara-gara permen jatuh aja, dia udah ngomel mulu.
"Bu, permennya satu, ya," ujarku lalu menyodorkan uang untuk membayar. Ibu kantin tersenyum dan mengambilkan uang kembalian untukku.
"Nih, kak, permennya," aku memberikan permen yang telah kubeli untuk kak Becca.
"AMPUN DEH NI ANAK! BELI PERMEN CUMA SATU? MANA GUE KENYANG, GEBLEK!"
"Kalo kurang, bisa beli sendiri," jawabku santai.
Ia memelototkan matanya. Copot aja sekalian, ujarku dalam hati. Aku cekikikkan sendiri.
"Ngapain lo ketawa-ketawa?"
"Nggak papa, kak. Kalo gitu, saya permisi." Aku pun pergi dari hadapan kakak kelas paling menyebalkan itu.
***
"Lo kemana aja sih? Gue cariin daritadi! Gue capek tau, nyariin lo muter-muter sekolah, tapi gak ada!" omel Dira.
Aku hanya meliriknya sebentar, lalu memalingkannya lagi.
"Jawab kali, Coro!" Aku memelototkan mataku.
"Lo panggil gue Coro?"
"Kan nama lo Shera. Jadi gue panggil Coro aja." Ia menyengir lebar.
Aku menggembungkan pipi.
"Becca."
"Ha? Maksud lo apaan?"
"Telmi banget sih lo! Gue telat masuk gara-gara Becca."
"Kok bisa?" tanyanya dengan tampang sok polos.
"DIRA! SHERA! DIAM ATAU KALIAN SAYA HUKUM!" teriak Pak Rahman.
"Nanti gue ceritain," ujarku lalu kembali memperhatikan penjelasan dari Pak Rahman.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
F A K E
Teen FictionTrue friend itu yang gak munafik, yang gak nggosipin lo, yang gak baik di depan doang, yang gak nusuk lo dari belakang, dan yang gak nikung lo. Fake smile, fake laugh, and fake me. Welcome to my world - Cashera Andristia - [[PRIVATE STORY]]