8

154 8 2
                                    

**Mulmed: Cashera Andristia

Teng teng teng!

Terdengar sorakan dari anak-anak barisan belakang.

"Baik, pertemuan kita sampai disini. Jangan lupa kerjakan halaman 16-20! Selamat siang," ujar Pak Rahman menutup pelajaran.

Aku meregangkan otot-otot tanganku.

"Uuuh!" lenguhku.

"WOY!"

"Ayam preketek-ketek!" Latahku kambuh lagi-_-

Aku melihat orang yang mengagetkanku tadi, ia sibuk tertawa terpingkal-pingkal.

"Apa lo ketawa-ketawa?!" hardikku sambil memelototkan mata.

"Weitss, santai dong. Gue cuma mau ngingetin, kalian berdua gue tunggu di ruang OSIS. Bye!"

"Faisal," geramku

"Udah buruan sono, lo duluan aja, sekalian lo mbojo," perintah Dira.

PLETAK!

"MBOJO MBAHDE LO!"

"Aaa kepala gue copooott!!" jeritnya tiba-tiba.

"Bodo amat! Bye!"

Aku pun langsung ngeloyor pergi. Tiba-tiba,

"CIEEEE KATA-KATANYA SAMAAN CIEEE!"

Anjir ah, Dira!

"BACOT!"

***

Ruang OSIS

"Lama amat," komentar Faisal saat aku hendak mengetuk pintu.

"Masih baik gue dateng."

"Si Dira mana?" tanya Faisal tanpa rasa bersalah.

"Gak ada pertanyaan lain apa?" gumamku kesal.

"Ha? Lo ngomong apa?"

"E-eh, anu. Gak."

"Lo ngomong apaan sih? Gak jelas banget," cibirnya. Aku memanyunkan bibir.

"Suka-suka gue," balasku.

Tiba-tiba,

"JANGAN MBOJO MULU OY!"

Ya. Siapa lagi kalau bukan sahabat gilaku, Dira.

"Mbojo palalo! Gue lagi debat sama anak satu ini!" seruku.

"Lagian, bukannya lo mbojo sama gue ya, Dir?" ujar Faisal yang membuatku membulatkan mata.

"Jangan-jangan lo cemburu kalau gue sama Shera," lanjutnya. Aku semakin memelototkan kedua mataku yang 5% lagi sukses menggelinding.

"Gak, gue becanda."

Aku pun bisa bernapas lega. (Read: dan mataku tidak jadi copot).

"Jadi, apa maksud lo ngundang kita berdua kesini?"

"Lo jangan ngapa-ngapain kita ya! Awas aja lo!"

"Lo..."

"Udah deh, jangan negthink dulu. Gue ngundang kalian berdua kesini cuma nawarin kalian buat tampil pensi yang diadain 3 minggu lagi," jawabnya.

"Hmm, gue kurang tau. Kalo lo, Sher?"

"Gue sih mau-mau aja. Asal gue gak sendirian tampilnya."

"So, kita pertimbangin dulu ya, Sal," putus Dira akhirnya.

"Tapi, lo kenapa milih kita berdua? Bukan yang lainnya?" tanyaku penasaran.

"Karena ada -- eh, itu, karena gue anggep kalian berbakat. Gitu aja."

Aku agak kurang yakin dengan jawaban Faisal.

"Oh, yaudah."

"Kita pulang dulu, ya! Nanti lo dikabarin Shera deh!" teriak Dira yang langsung menarik tanganku keluar dari ruang OSIS.

Kulihat Faisal mengacungkan jempol sambil sedikit..... tersenyum?

Sedangkan,

"GUE KOK GEBLEK BANGET SIH JADI ORANG! HAMPIR AJA KECEPLOSAN!" teriak Faisal frustasi di ruang OSIS.

Tiba-tiba,

"Buseett, seorang Faisal bisa mencak-mencak gitu? Salut gue!"

"Eh kutu kupret dateng. Mau apa lo, ha?"

"Etdah, galak amat, bos. Santai kali. Gue cuma mau nanyain kabar lo sama doi lo itu. Gimana?" tanya sahabat karib Faisal itu.

"Gimana apanya?" Faisal balik bertanya.

"Lo itu bego atau tolol sih? Nyesel gue temenan sama lo."

"Salah sendiri milih temenan sama gue. Gue sih ogah ya temenan sama lo," balas Faisal.

"Udah-udah. So, gimana lo sama cewek yang lo suka itu?" selidik
Nathan.

"Tadi gue hampir keceplosan," jawab Faisal.

"Ha? Maksud lo?"

"Pikir sendiri. Bye!"

***

Aku merebahkan diri di kasur.

"Hoaaam..."

Saat aku hendak menutup kedua mataku untuk tidur, terdengar pintu kamarku yang ditendang.

"SHERA! LO APA-APAAN SIH? MALAH ENAK-ENAKAN TIDUR!" semprot Kak Raya.

"Woy santai dong! Apanya yang apa-apaan?" tanyaku tidak mengerti.

"Lo itu bawa temen malah ditinggal tidur! Gimana sih lo! Kasian tau daritadi nungguin lo!" ujarnya.

Aku menaikkan alisku, "Siapa?"

"Tadi pas gue tanya sih ngakunya namanya.... aduh siapa ya?" Ia terlihat berpikir.

"Faisal! Ya! Namanya Faisal!"

Perkataan Kak Raya sukses membuatku membulatkan mata.

Faisal dateng ke rumahku? Ngapain?

"Buruan sana! Ganteng tau! Cepet turun atau dia buat gue!" seru kak Raya sambil mengedipkan matanya genit dan menutup pintu dengan kencang.

Gak bisa santai banget kakak gue, batinku.

Aku terduduk di kasur.

Ngapain dia kesini? Bagaimana Faisal tahu rumahku? Padahal aku tak pernah memberitahukan siapapun alamat rumahku. Cuma Dira yang tahu.

Aku pun segera ganti pakaian dan turun ke bawah.

Kulihat dia sedang menunduk sambil memainkan IPhone-nya.

Ya Tuhan, betapa gantengnya dia.

"Shera?" panggilnya membuyarkan lamunanku.

F A K ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang