"Persetan dengan mimpimu! Aku punya mimpi sendiri" seorang pria muda berkata dengan nada tinggi. Si gadis yang diajak bicara oleh si pria muda terlihat kebingungan. "Apa maksudmu Max?" Tanya si gadis, tapi tak kunjung ada jawaban. "Bukankah ini mimpi kita bersama? Mimpi kita berdua" tuntut si gadis lagi. "Tidak!!! Selama ini yang kau bicarakan adalah mimpimu bukan milikku!!!" Si pria muda yang dipanggil Max itu pun beranjak dari duduknya. "Aku pergi" hanya itu yang diucapkannya, lalu dia pun pergi meninggalkan si gadis sendiri di sebuah halte di pinggiran kota kecil itu. .
Si gadis masih duduk di halte itu, seperti orang yang hilang akal, dia hanya diam terpaku memandang lantai halte. Hingga tanpa ia sadari hari sudah berganti malam, hujan yang tadj hanya gerimis entah bagaimana sudah menjadi deras dan membasahi ujung sepatu kets si gadis. Terdengarlah suara gelegar petir, membuat si gadis terasadar dari lamunan panjangnya. Ia sendirian, kebingungan, dari matanya terpancar kepedihan, kecemasan semua campur aduk.
.
.
Jegerrrrrrrr!!!
"Arghhhhhhh.... hhhh....hhhh" lagi-lagi petir membangunkanku di tengah malam "Aku benci hujan & petir!!! Dan juga mimpi-mimpi itu!!!" Gumamku sambil beranjak bangun untuk mengambil air minum.