Perpus sudah sepi, sebenarnya aku sudah ingin pulang, tapi di luar hujan sangat deras. Petir pun sambar menyambar tak beraturan, jujur saja aku ketakutan. Jadi pilihn yang kupunya hanyalah diam di dalam perpus dan mencoba untuk melanjutkan bacaanku.
Sementara itu di luar gedung perpus, di pinggir jalan ada sedan hitam yang mesinnya masih menyala terlihat ada satu orang tapi di bangku penumpang di belakang. Sang pengemudi tak ada di tempat. Sesosok penumpang tersebut selalu memperhatikan gedung perpus dengan cemas. "Hujan dan petir, kau pasti sedang ketakutan" orang tersebut bergumam sendirian.Tak berapa lama datang orang berjas hitam langsung masuk ke bangku kemudi. Dia seperti memberi laporan pada penumpang di kursi belakang. "Ya sudah, kita harus segera meninggalkan tempat ini, aku tak mau ada yang curiga. Suruh orang kita terus mengawasi gadis itu." "Baik Pak." Jawab pria jas hitam itu lalu mengambil hp dari saku jasnya dan menelpon seseorang, memberi instruksi pada orang tersebut. "Oh iya pak, ini hasil foto2 Nona Sania yang baru saja saya ambil tadi. Saya pastikan tidak meninggalkan jejak sedikit pun." Diserahkannya hp tersebut pada orang yang sedari tadi dipanggil pak. Si pria di kursi belakang tersenyum sambil mengamati foto2 gadis yang ada di hp tersebut. "Kerja bagus" ucapnya kemudian.
Tak berapa lama sedan hitam itu sudah meluncur dan menghilang di tengah guyuran hujan.
Sania masih berada di perpus, padahal hari sudah menjelang malam. Security pun sudah mulai berkeliling untuk mengunci pintu2.
Ceklek.
terdengar suara pintu yang dikunci dari luar, Sania masih asyik dengan buku di depannya. Lalu tiba2 listrik padam. Seluruh perpus gelap gulita. "Aaaaaaaaaaa.....!" Terdengar suara jeritan seorang wanita.
Namun derasnya suara hujan dan petir menelan suara2 yang lain.
Bapak security berjalan melenggang keluar dari gedung perpus.