Part 3

58 11 0
                                    

' Something will never change if not yourself that change.

♡♡♡

Jingga melangkahkan kakinya menuju gerbang kampus. Hari ini merupakan hari pertama kegiatan OSPEK berlangsung. Setelah melakukan serangkaian proses pendaftaran di mulai dari mengurus administrasi pendaftaran, mengikuti ujian masuk, bolak-balik kampus untuk mengikuti berbagai prosedur, tahap seleksi yang ketat dan lain-lain.

Bersaing dengan ratusan calon mahasiswa baru untuk masuk ke universitas ini tentu bukanlah hal mudah. Melelahkan memang. Tapi inilah perjuangan. Masa depan memang harus di perjuangkan bukan?. Jingga tau jika ' In this world no one instant to achieve a success. All it requires a process.'

" Mampus gue." Ucap Jingga frustasi.

Dengan tergopoh-gopoh, Jingga berlari menuju lapangan kampus yang sangat luas untuk mengikuti arahan dari para senior tentang kegiatan OSPEK yang akan berlangsung. Sesampainya di lapangan, sudah ada ratusan calon mahasiswa baru yang berbaris layaknya anak SD saat mengikuti upacara bendera hari senin. Wajahnya yang sehabis berlari terlihat masih memerah. Keringat membanjiri jidatnya.

" Shit!."

Umpat Jingga saat barang bawaanya terjatuh. Dengan nafas tersegal, Jingga berlari menuju barisan paling belakang untuk berdiri. Jingga tak tau dia berdiri di barisan jurusannya atau bukan. Yang dia fikirkan sekarang ini hanyalah berdiri dan memasang telinga untuk mendengarkan arahan dari senior-senior itu.

" Hey kamu yang di belakang. Maju kedepan."

Tunjuk salah satu senior kepada Jingga.

" Double Shit!."

Umpat Jingga sekali lagi. Oh!! Tidak bisakah ini tidak menjadi buruk? Datang terlambat dan sekarang apa lagi? Maju ke depan dan di permalukan di depan ratusan orang? What the Hell!. Setengah menyeret kakinya, Jingga melangkah ke depan, tempat berdiri senior tersebut. Melewati ratusan calon maba yang berbaris.

" Siapa nama kamu? Dan kenapa atribut kamu belum di pakai?."

Setibanya di tempat senior tersebut, seorang senior wanita berparas cantik bertanya pada Jingga, mensejajarkan posisi berdirinya tepat berhadapan dengan Jingga. Tatapan matanya benar-benar membuat siapa saja terpesona.

Wajah yang cantik, lipstik merah seperti darah menghiasi bibir tipis wanita itu, rambut coklatnya yang panjang dan sedikit bergelombang di bagian bawahnya, bulu mata yang lentik, alis yang menawan, rahang indah yang membingkai wajah itu.

Dan jangan lupakan behelnya yang membingkai sempurna deretan gigi-gigi itu. Semakin menambah kesempurnaan wajah itu. Bentuk tubuh bak model-model kelas atas. Benar-benar perfect.

Jingga terdiam sesaat tanpa mengedipkan matanya menatap wajah cantik di depannya. Kesempurnaan yang membuatnya iri. Jingga sangsi jika dia di suruh bersaing dengan senior wanita ini. Oh!. Tentu saja dia akan kalah dari senior wanita yang berdiri dengan anggun di depannya ini. Jingga yang wanita saja sangat kagum menatap wajah itu. Apalagi dengan para pria. Jingga berani bertaruh jika wanita cantik yang berdiri di depannya adalah primadona kampus ini.

" Jingga kak." Jawab Jingga pelan.

Ini terlalu awal untuk mencari musuh. Jingga tidak mau mencari masalah dengan senior yang satu ini. Walaupun berparas cantik. Senior wanita ini rupanya sangat galak.

Wajahnya aja yang kayak bidadari. Tapi kelakuannnya mirip mak lampir di pasar malam. Kata batin Jingga menilai.

Sudah cukup kesialan yang di alaminya untuk Hari ini. Terlambat dan di marahi. Kalau saja dia tidak terlambat bangun pagi mungkin tidak akan seperti sekarang ini.

(AALS 1) wasn't mE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang