Part 11

33 4 3
                                    

Daftat kesialan yang di alaminya seolah tak pernah ada habisnya. Mulai dari inseden memalukan di kampus kantin sampai soal perjodohannya dengan anak dari sahabat papinya. Kabar yang membuat rahangnya hampir copot saking kagetnya.

Insiden perihal masalah perjodohannya itu dimulai sejak seminggu yang lalu saat Jingga baru pulang mengerjakan tugas kelompok dirumah Faldo. Jingga yang kelelahan hanya menjawab permintaan papinya dengan kata 'iya'. Matanya yang meredup menahan rasa kantuk yang melanda di tambah badannya yang sudah lelah membuat Jingga tak berkonsentrasi mendengarkan perkataan papinya.

Sejak hari itu, kata protes tak pernah habis Jingga lontarkan pada maminya. Hampir tiap hari Jingga merengek, meminta membatalkan ide gila dan konyol kedua orang tuanya.
Suara cekcok dan adu mulut antara dia dan maminya selalu berakhir dengan perdebatan. Seperti sekarang di ruang keluarga Gilbert siang itu.

Mami Ranti dengan tegas menolak permintaan putrinya. Baginya dan sang suami, amanah harus tetap di jalankan. Sekeras apapun penolakan Jingga, mereka tidak akan membatalkan perjodohan.

" Mami aku ngga mau dijodohin sama orang yang ngga aku kenal, Mi. Bilang ke papi mi kalo aku ngga mau." Protes Jingga marah menatap maminya yang tak bergeming sama sekali. Tak hilang akal, Jingga terus menyuwarahan aksin protesnya.

" Aku udah besar Mi. Ngga perlu di atur-atur pasangan hidup aku. Aku bisa nentuin pilihan aku sendiri. Aku juga masih kuliah. Banyak hal yang masih harus aku kejar. Kenapa bukan kak Aron aja sih Mami yang di jodohin. Kenapa harus aku?."

" Ngga bisa Jingga. Anak sahabatnya papi kamu itu kan cowok, masa mau di jodohin sama Aron. Tolong kamu mengerti. Bukannya papi sama mami mau memaksakan kehendak kami pada kamu, tapi kami harus menjalankan amanah ini. Kamu turuti ya kemauan papi kamu. Lagi pula ngga ada salahnya kan kamu mencoba. Perjodohan ini juga ngga seburuk yang kamu bayangkan. Kamu kenalan dulu sama anak sahabatnya papi kamu. Kalau memang kamu nga cocok, papi sama mami ngga akan maksa kamu lagi."

Cocok ngga cocok juga ujung-ujungnya perjodohan ini ngga akan di batalin. Gerutu Jingga dalam hati.

Jelas mami Ranti memberikan pengertian atas tindakan yang mereka ambil. Mami Ranti memandangi putrinya yang masih menberengut kesal.

" Mami tega!! Aku ngga mau dijodohin sama laki-laki itu. Cocok ngga cocok aku tetap ngga mau kenalan sama laki-laki itu. Pokoknya aku ngga mau di jodohin!!."

Setelah mengucapkan itu, Jingga berlari menuju kamarnya. Menagisi nasibnya yang tak beruntung dalam hal asmara. Sepeninggalan putrinya, mami Ranti mendesah. Menghembuskan nafas gusarnya. Dalam hati, ia tidak ingin menyakiti perasaan putrinya dengan rencana perjodohan ini.

♡♡♡

Levin duduk dengan gusar di sofa. Menatap wajah serius Bundanya. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi.

" Kamu mau ya Vin, menerima permintaan terkahir Ayah kamu." Pinta Rida, bundanya.

" Bun, bukannya Levin ngga mau, tapi bunda tau sendiri kan kalo Levin masih mau fokus sama kuliah Levin. Bunda suruh abang aja." Tolak Levin halus.

Dari sudut matanya, dia melihat gurat kekecewaan pada wajah Bundanya. Abangnya memang sudah menolak keras permintaan terakhir Ayahnya yang mengiginkan salah satu putranya menikah dengan anak dari sahabatnya. Levin menarik nafas jegah. Dia terlalu menyayangi Bundanya. Menolak permintaan bundanya hanya akan menyakiti perasaan Bundanya.

" Bunda ngga maksa kamu Vin. Tapi kamu kenalan dulu sama anaknya Om Dirga. Kalau memang ngga ada kecocokan diantara kalian bunda ngga akan maksa kamu untuk melanjutkan perjodohan ini. Kamu mau kan kenalan dulu?." Bunda Rida kembali bersuara menanyakan kesediaan putra keduanya.

(AALS 1) wasn't mE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang