Back?

131 9 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi. Saatnya aku pulang. Aku berharap Jeffrey tidak melihatku digerbang.

Ketika aku ingin melangkahkan kakiku, tiba-tiba seseorang menghalangi jalanku. Ya, tidak salah lagi, seseorang itu adalah Intana. Mau apa lagi sih dia?

"Selamat ya. Jadi jauh deh sama Jeffrey."

"Awas gue mau pulang"

"Bilang aja takut ngadepin gue haha bitch."

"Yang bitch lo apa gue? Ngaca please."

"Aaarrrggghh!! Awas lo ya!"

"Nah ketauan deh siapa yang keabisan kata-kata. Pergi deh sana orang gaguna kaya lo. Cuma jadi sampah tau ga haha"

Kali ini aku benar-benar emosi. Tingkat emosiku sudah membara-bara. Tapi aku hadapi dengan santai. Kalau dibalas dengan kekerasan tidak akan ada habisnya. Aku bisa saja melakukan itu.

"Oy Deandra!" teriak Erfan.

"Iyeee"

"Mau gue anter pulang gak?"

"Boleh. Tapi sebelum pulang ajak gue kemana gitu"

"Siap tuan putri."

Saat ini yang hanya mengerti perasaanku adalah Erfan. Entah, aku sangat menyayanginya sebagai sahabat. Dia selalu ada disaat aku sedih maupun senang.

Kali ini Erfan mengajakku ke kedai ice cream yang waktu itu pernah aku kunjungi bersama Jeffrey. Flashback? Pastinya.

"Den,tunggu sini gue mau toilet bentar"

"Jangan lama-lama ye"

"Iyee bawel"

Saat aku membungkuk untuk membenarkan tali sepatuku yang lepas, seseorang datang menepuk pundakku. Refleks, aku langsung membenarkan posisiku dan menoleh kebelakang untuk melihat siapakah dia.

"Ngapain lo disini?"

"Galak banget, Den."

"Lo inget ga yang pas tiba-tiba gue ngajak lo jalan padahal itu udah malem haha" lanjutnya.

"Uhm, ya."

"Lo inget ga pas dijalan lo senyum-senyum sendiri gajelas sampe gue panggilin ga denger-denger?" lanjutnya.

"Hm, iya."

"Dan gue pengen kaya dulu sama lo, waktu kita masih deket, Den."

Aku hanya terdiam mematung. Aku tak tahu harus berbicara apa. Sungguh, akupun juga mengharap seperti itu. Aku mengharap agar kita dekat lagi, Jef. Tapi apakah harus aku yang memulai semuanya dari awal? Gak mudah, Jeff. Kau harus tahu.

"Deandra, cuma lo yang bisa bikin gue nyaman. Gue cinta sama lo, Den. Tapi gue gatau kapan gue harus ungkapin ini. Percaya sama gue, gue tulus sama lo. Gue ga akan ngelakuin kesalahan kaya kemaren lagi."

"Gue butuh bukti, bukan sekedar omongan."

"Oke besok gue buktiin kalo gue bener-bener cinta sama lo."

"Oke, gue maafin lo. Kita bisa deket kaya dulu lagi."

"Serius? Lo ga bohong kan?"

"Jelas gue bohong," aku tertawa renyah.

"Ih nyebelin lo." ucap Jeffrey sambil mencubit pipi kananku.

"Awh, sakit!"

"Sorry sorry abisnya lo gemesin minta gue cium haha"

"Apasih lo yeeeee"

"Ekhm...."

Jelas, aku dan Jeffrey langsung terdiam.

"Cie banget dah ah yang udah baikan. Selamat ye bro! Jangan sia-siain lagi tuh kepercayaannya." ucap Erfan kepada Jeffrey.

"Haha iya, makasih udah bantuin gue. Lo emang sahabat Deandra yang paling baik,"

"Haha bisa aja lo. Gue duduk boleh kan?"

"Ganggu gue sama Deandra aja lo haha. Canda bro,"

"Hm gue masih ga paham nih sama maksud kalian" ucapku membuka suara.

"Oke oke gue jelasin. Jadi tadi pas pulang sekolah gue ketemu Erfan di gerbang. Padahal dia niatnya mau pulang, jahat ye gue. Oke skip, gue nyusun rencana tuh sama Erfan gimana caranya biar bisa ketemu lo, ngomong serius gitu. Yaudah deh"

"Astaga, Jeff."

"Hehe"

Hari sudah mulai gelap, matahari sudah mulai tenggelam saatnya kami bertiga pulang. Erfan pulang lebih dahulu, sedangkan aku diantar oleh Jeffrey.

"Den, dingin gak? Gue bawa hoodie nih."

"Engga kok yaelah lebay lo haha"

"Udah tinggal pake aja ribet lo gue cium disini nih lama-lama."

"Pengen banget nyium gue banget anak ini sih,"

"Haha, bercanda Den."

I Can't StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang