Im Fine, Jeffrey.

163 9 0
                                        

Liburan akhir pekan pun tiba. Akhirnya aku bisa beristirahat dari lelahnya sekolah. Pagi ini aku hanya mendengarkan musik dan bermain-main pada handphone ku. Ya, tidak ada yang mengajakku pergi. Huh.

Ketika aku ingin bangkit dari kasur, aku dikejutkan oleh seseorang yang menggedor-gedor kaca jendela kamarku. Otomatis aku tersentak kaget. Dan aku mendapati Erfan disana. Hey, apa dia tidak bisa mengirim pesan padaku? Apa caranya harus menggedor-gedor kaca jendela kamarku? Dia hampir membuatku jantungan. Tanpa berpikir panjang aku langsung keluar untuk menemui Erfan. Niatku ingin marah-marah padanya. Ya. Aku sangat kesal.

"Erfan ngapain sih lo! Emang gabisa apa ngeline gue? Astaga hampir jantungan gue anjir." ucapku marah-marah padanya.

"Sorry, Den. Gue mau ngasih tau sesuatu"

"Sesuatu apa?"

"Jeffrey lagi jalan sama Intana. Tadi gue ga sengaja ngeliat dia."

"Serius lo? Eh tapi yaudah lah terserah dia ada hak apa gue, Fan."

"Gue yakin lo cinta sama dia. Gausah munafik Den!"

"Ya lo gatau apa-apa tentang gue Fan. Gue juga gatau apa perasaan gue ke Jeffrey."

"Yaudahlah terserah lo aja. Yang penting gue udah ngasih tau. Besok besok gaada curhat ke gue lo ya. Awas. Dah gue mau pulang aja. Sia-sia gue kesini. Padahal niat gue baik Den."

"Eh, Fan jangan marah dong. Iya iya mereka lagi dimana? Bareng aja ayo kasih tau gue tempatnya."

"Nah gitu dong. Ayo!"

Mengapa rasanya sakit? Apa aku sudah mulai mencintai Jeffrey? Ah ya aku tidak percaya dengan ini. Aku tidak mempercayai diriku sendiri kalau aku mencintainya.

Akhirnya sampai ditempat yang kami tuju. Ya, ini tempat terindah yang pertama kali aku kunjungi bersama Jeffrey. Aku merasa ketenangan disinu. Dan aku juga merasa kesedihan disini. Harus melihat Jeffrey dan Intana sedang asik mengobrol mesra.

Aku berusaha menghampiri mereka. Aku harus mengatur napasku. Aku tidak boleh terlihat sedih. Kumohon, Deandra. Jangan menangis. Tahan airmata mu tahan.

"Jeff...." ucapku pelan menghampirinya.

"Ehm, eh, hm Dean..."

"Oh lo taken ya sama Intana? Selamat ya buat kalian"

Kulihat Intana tersenyum licik.

Aku hampir meneteskan airmata ku. Kumohon, tahan. Kau pasti bisa, Deandra. Kau pasti bisa.

"Eh, engga Den gue cuma nemenin dia aja."

"Oh gitu yaudah maaf gue ganggu kalian disini. Gue pergi deh"

"Erfan ayo anter gue pulang." ajakku menarik tangan Erfan.

"Kerumah gue aja ya Den? Kalo lo sendirian takutnya lo malah tambah sedih"

"Iya iya, Fan."

"Deandra tunggu!!!" Jeffrey berteriak memanggilku. Tapi aku tidak menghiraukannya.

****

"Gue bodoh banget, Fan. Kenapa gue bisa baper sama dia. Kenapa gue bisa cinta sama dia gue bodoh!" ucapku sambil menangis dan memukul-mukul pahanya.

"Lo ga bodoh Den. Dia yang bodoh. Dia dengan gampangnya bikin lo baper terus ditinggalin gitu aja. Lo ga bodoh, Den please lo ga salah. Cinta gabisa disalahin."

"Udahlah, Fan. Gue jadi males sama semuanya."

"Kalo lo cinta jangan nyerah. Kalo lo cinta perjuangin! Gue yakin pasti lo bisa ngedapetin dia."

"Harusnya dia yang merjuangin gue, Fan. Bukan sebaliknya! Udah keliatan ujung-ujungnya pasti dia nyakitin."

"Iya iya Den. Udah ya jangan sedih" ucap Erfan berusaha untuk menenangkanku dengan pelukannya.

"Makasih, Fan. Gue udah lumayan tenang."

"Nah gitu dong. Gue gasuka liat sahabat gue cengeng kaya gini. Ayo gue ajak jalan-jalan deh!"

"Ayoo!!"

****

Aku harus menjauh dari Jeffrey. Harus. Agar aku tidak sedih terlalu dalam. Aku harus tahu diri, kalau bukanlah aku yang dia mau.

Ting

Handphone ku berbunyi tiba-tiba.

Jeffrey : "Deandra please gue minta maaf"
Jeffrey : "Deandraa gue tau lo marah"
Jeffrey : "Deandraaaaa jangan ngejauh please"
Jeffrey : "Dean... Read please gue mohon."
Jeffrey : "Deandra besok gue mau ngomong sama lo ya"

Ada apa Jeffrey spam chat? Kupikir aku peduli? Haha tidak. Pastinya tidak akan kubalas. Read saja malas.

Aku harus terbiasa tanpa dia. Aku tidak boleh mencari-cari dia lagi. Aku harus bisa. Pasti bisa.

I Can't StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang