Ya, sudah jam 19.00. Aku sudah siap untuk pergi bersama Jeffrey. Entah dia akan mengajakku kemana. Yang terpenting aku senang.
Aku memakai hoodie berwarna abu-abu tua dan jeans biru panjang. Tak lupa juga converse kesayanganku berwarna abu-abu pula. Rambutku aku ikat dengan rapih. Masalah penampilan, aku memang tidak suka yang berlebihan. Seperti ini saja aku sudah merasa nyaman. Aku lebih suka berpenampilan seperti ini.Ting
Handphone-ku berbunyi. Mungkin Jeffrey ingin memberitahuku kalau dia sudah sampai dirumahku.
Jeffrey : "Dean gue udah nyampe nih"
Tanpa membalas chat-nya, aku langsung berlari keluar. Lalu meminta izin kepada mama.
"Ma dean keluar bentar ya sama temen gak malem-malem kok" ucapku sambil mengedipkan sebelah mata.
"Iyaudah, inget lho jangan malem-malem ya"
"Siap bos!"
----
Jantungku kali ini berdetak lebih cepat. Ya, aku harus mengatur nafasku. Aku tidak boleh kelihatan kalau aku gugup. Tidak.
"Hai" ucapku kepada Jeffrey yang sedang memainkan handphone-nya
"Eh lo cantik banget kaya gini gue suka"
"Haha lebay lo. Udah ayo"
Aku menaiki ninja merah milik Jeffrey. Sungguh, aku tidak mimpi kan?
"Kita mau kemana Den?"
"Terserah lo aja"
"Yaudah, peluk gue dulu dong" ucapnya sambil terkekeh pelan.
"Ish apasih lo ah"
Disepanjang perjalanan kami hanya terdiam. Dan kau tahu, aku tidak diam ataupun melamun. Tapi aku sedang senyum-senyum sendiri. Tak peduli orang menganggapku orang tidak waras atau apalah. Yang penting aku sangat bahagia malam ini.
Tanpa kusadari, ternyata Jeffrey memanggilku. Karena aku sedang asik senyam senyum sendiri sehingga aku tidak mendengarnya.
"Woy Deandra!" ucapnya mengagetkanku sambil mencubit kedua pipiku.
"Awwhh sakit!"
"Sorry hehe gemesin sih"
"Ih kenapa berenti?"
"Abisnya lo tadi gue panggil diem aja jadi yaudah gue berenti dulu. Kenapa sih lo senyum-senyum gajelas gitu"
"Gapapa, udah ayo jalan lagi keburu malem"
"Lo seneng ya jalan sama gue haha"
"Ish udah ayooo!!"
Entah, aku benar-benar salah tingkah kali ini. Bayangkan, ketika aku sedang senyam-senyum gak jelas, Jeffrey membalikkan badannya kearah ku dan mencubit kedua pipiku! Mom, help me.
"Den kita ke kedai ice cream yang disana aja ya"
"Yaudah ayo" ucapku bersemangat.
Ya, karena aku sangat sangat sangat menyukai ice cream.
Akhirnya kami sampai di kedai ice cream Rovetto. Disini banyak pengunjungnya karena ice cream nya yang enak. Ada berbagai macam rasa ice cream disini. Huh, rasanya aku tak ingin pulang.
"Lo mau apa Den?"
"Gue ice cream oreo aja"
"Oh yaudah gue sama deh. Bentar ya gue pesen dulu"
Sambil menunggu Jeffrey datang membawa ice cream pesanan kami, aku melihat handphone Jeffrey berbunyi. Kudapati panggilan masuk dari seseorang bernama Rettha. Aku penasaran, tapi aku tidak ingin mengangkatnya. Takut Jeffrey marah dan mengiraku lancang.
Tak lama kemudian, Jeffrey datang membawa pesanan ice cream kami.
"Ini nona, ice cream spesial buat nona deandra yang cantik" candanya sambil tertawa renyah.
"Terimakasih pelayan tampan." aku terkekeh pelan.
"Oh ya tadi ada yang nelfon tuh kalo gasalah dari Rettha" sambungku.
"Kenapa ga lo angkat?"
"Mana berani gue" jawabku sambil memakan ice cream milikku.
Aku melamun sambil tetap memakan ice cream ku. Apa mungkin Rettha itu adalah pacarnya Jeffrey? Hm. Entahlah. Jika terlalu aku pikirkan, aku malah menjadi sedih. Kok sedih? Apa-apaan kau ini Deandra?! Apa kau menyukainya?! Tidak, tidak boleh! Ingat selera Jeffrey tidak mungkin sepertiku.
Tiba-tiba ada sesuatu yang lembut menyapu sudut bibirku."Lo kaya bocah berantakan gini makannya. Gemesin abis"
Aku hanya berdehem dan menatapnya.
"Hey, udah ngeliatinnya"
"Ih geer lo"
"Abis ini mau kemana lagi? Masih jam delapan Den. Gue ajak ke suatu tempat aja ya gimana?"
"Yaudah jangan lewat dari jam 9 ya"
"Siap tuan putri"
----
Jeffrey mengajakku ke suatu tempat yang sangat indah. Banyak sekali kunang-kunang yang berterbangan dan pohon-pohon yang indah. Aku nyaman disini. Mungkin ini akan menjadi tempat favorite-ku?
"Den sini duduk. Dingin ga?"
"Engga kok"
Aku dan Jeffrey duduk di hamparan batu besar yang menghadap ke bukit-bukit indah. Walaupun sudah malam, tempat ini tetap indah.
"Den, lo mirip sama mantan gue."
"Ah ya? Siapa namanya?"
"Reva."
"Oh, terus?"
"Gue kangen sama dia. Mungkin dia udah tenang disana."
"Maksud lo Jef?"
"Iya, Reva udah meninggal dua tahun yang lalu karena penyakitnya itu. Dulu gue selalu ada disamping dia, gue selalu nyemangatin dia biar dia ga putus asa. Dan akhirnya dia ninggalin gue, mungkin dia udah gakuat ngadepin penyakit itu."
"Hm, astaga Jef...."
"Gue galau berat disitu Den. Gue kaya gapunya harapan hidup lagi. Karena disitu gue lagi sayang-sayangnya sama dia. Setulus hati gue, gue selalu berusaha bikin dia senyum..."
"Jef... Udah yaa dia pasti udah tenang disana. Udah jangan sedih" ucapku mengelus punggungnya dan menghiburnya agar tidak sedih.
"Haha iya Den... Gue juga udah ikhlas kok."
"Nah, yang penting lo selalu doain dia aja Jef. Jangan sedih ah, galucu bad boy kaya lo sedih haha"
"Bad boy juga punya hati kali Den" jawabnya terkekeh pelan.
"Dean....."
"Hm, ya?"
"Lo cantik." mataku dan matanya saling bertemu. Dia menatapku sangat dalam.
"Bisa aja lo, makasih deh"
"Gue pengen ngomong sesuatu tapi, ah nanti aja deh belom tepat waktunya."
"Ngomong apa?"
"Udah ntar aja gue masih nunggu waktu yang tepat" ucapnya sambil merangkul pundakku.
Dia merangkul ku sangat erat. Aku nyaman sekali. Aku sangat suka diperlakukan seperti ini.
Malam ini adalah malam yang sangat indah bagiku. Sedikit demi sedikit aku mengetahui cerita hidupnya. Semoga aku bisa lebih dekat dari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Stay
RandomKekuranganku adalah tidak tau kapan harus berhenti memperjuangkanmu.