Dengan tatapan kosong dan linangan air mata, aku berjalan menuju sungai yang terlihat hitam itu. Hitam seperti hidupku.
Ini semua akan baik-baik saja. Setelah ini, kau tidak perlu memikirkan tentang keluargamu yang kelam, nilaimu yang hancur, dan juga...teman? Apa mereka teman? Mereka tak akan mencarimu walau kau menghilang, Park Hayeon.
Bagus, kini kaki kananku merasakan air yang dinginnya mulai merambat ke seluruh tubuhku. Baiklah, setelah masuk ke sana rasa dingin itu akan hilang. Lebih tepatnya, semua rasa akan hilang.
"Gwenchanaseyo?" Seorang laki-laki menarik tanganku. Aku seperti mengenal suaranya. Tapi entahlah, otakku tak bisa bekerja saat ini.
"Gwenchaneulgeoyeyo (akan baik-baik saja). Tolong lepaskan aku," kataku tanpa menoleh ke arahnya.
"Park Hayeon?" Ia menarik tanganku cukup kuat hingga tubuhku berbalik menghadapnya.
Hong Jisoo. Ya, orang itu selalu menyelamatkan aku dari percobaan bunuh diriku. Ini yang ketiga kalinya.
"Ya! Park Hayeon! Apa yang kau lakukan malam-malam begini?" Ia menarikku menjauh dari sungai dan membawaku duduk di bangku pinggir sungai.
"Dan kau mengenakan baju tipis seperti ini? Apa kau tau malam ini salju akan turun?" Jisoo melepas mantelnya dan mengenakannya padaku.
Pandanganku tetap kosong dengan mata yang sembap dan menyeramkan. Aku tak mau menatapnya.
"Sudah berapa kali kubilang. Kau tak boleh melakukan ini,"
"Siapa yang peduli,"
"Aku peduli!"
Kini aku mendongakkan kepalaku dan menatapnya. Kulihat wajahnya penuh kekhawatiran dan seperti ingin menangis.
"Tolong jangan lakukan ini, Hayeon,"
"Aku ingin melakukannya,"
"Kau tak memikirkan orang yang menyayangimu?"
"Tak ada yang menyayangiku,"
"Aku menyayangimu,"
"Berhentilah bicara hal-hal bodoh, Jisoo!"
Sontak Jisoo memelukku. Erat. Sangat erat.
Ini pertama kalinya aku merasakan sebuah pelukan.
Ini...sangat nyaman.
Dan hangat.
"Aku menyayangimu, Park Hayeon."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN DRABBLE SERIES
Short StoryBerisi kumpulan drabble romance dengan cast para member Seventeen. ©CrossTheUniverse