Umbrella

4.5K 407 14
                                    

"Ah, eotteokhae,"

Aku memandangi rintikan hujan yang turun di bawah halte tempatku berteduh. Dalam kepalaku terus berputar sebuah pertanyaan yang sama, kapan hujan ini akan berhenti? Aku ingin segera pulang.

"Ah, aku baru ingat," Seungkwan yang sedari tadi berdiri di sampingku merogoh sesuatu dari dalam tasnya.

"Tapi terlalu kecil," katanya setelah ia mengeluarkan sebuah payung biru dari dalam tas. "Kita tidak bisa menggunakan ini untuk berdua."

"Lalu bagaimana?"

"Gawi-bawi-bo?"

"Kol!"

Aku dan Seungkwan melakukan tiga kali putaran gunting-kertas-batu. Dan sialnya, aku kalah.

"Yes! Hahahaha,"

"Mwoya. Kau hanya beruntung saja,"

Seungkwan segera membuka payung tersebut, namun ia tidak segera berjalan dan memakainya.

"Ja. Pakailah," ia menyerahkan payung itu padaku.

"Wae?"

"Pakai saja," ia membuka telapak tanganku dan menyerahkan payung itu padaku.

"Lalu kau bagaimana, bodoh?"

Seungkwan melepas jaket yang ia kenakan dan menggunakannya untuk menutupi kepala.

"Ayo, kita pulang!"

"Tapi kau-"

Seungkwan segera menarik tanganku keluar halte tersebut dan berjalan menerobos hujan.

"Jamkamman geumanhae!" Aku menarik tanganku dari genggamannya. Aku merasa tidak tega melihat Seungkwan harus kehujanan seperti itu.

"Ja. Kau pakai saja," aku menyerahkan payung itu kembali pada Seungkwan. "Ini kan punyamu,"

Seungkwan meraih payung dari tanganku. Tapi ia tak mengenakannya. Ia menutup payung itu dan melipatnya.

"Seungkwan-ah! Mwohaneungeoya?"

Seungkwan mengenakan jaket yang telah setengah basah itu di bahuku.

"Kaja!" Seungkwan kembali menarik tanganku dan kembali berlari melewati hujan.

SEVENTEEN DRABBLE SERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang