Aku sama sekali tidak menyangka kalau sosok yang sedari tadi aku khawatirkan ternyata tidak benar sama sekali. Pemuda yang berada di hadapanku sekarang ini bukanlah anggota begal, aku yakin itu. Ya, aku yakin, bahkan sangat yakin. Aku yakin sesosok pemuda tampan dihadapanku ini adalah Kael. Ini mimpi, ini pasti mimpi.
Aku masih berada di tempat semula, tidak bergeser 1cm pun. Dan tak lama Kael yang telah melepas helmnya itu memanggilku lagi.
"Lo kenapa diem aja sih?" tanyanya dengan wajah bingung
"Gak, gak apa-apa. Gue cuma lagi mikir, kok muka lu ga asing ya?" tanyaku memastikan bahwa pemuda ini adalah Kael.
"Oh ya? Kenalin, gue Kael." serunya yang membuat jantungku berdegup kencang.
Aku rasa Kael benar-benar tidak mengingatku. Wajar sih, waktu itu dia melihatku kurang dari 5 menit. Dan sosok wanita sepertiku mana mungkin diingat oleh laki-laki setampan dia.
"Sini lah, nama lo siapa?" tanyanya yang kali ini membuat jantungku makin berdegup kencang.
Akupun memberanikan diri untuk menghampirinya,
"Chellin, nama gue Chellin." ujarku sambil masuk ke dalam kamar kos.
"Mau kemana? Gak niat nolongin gua lagi?" tanyanya.
Kael, enggak mungkin banget kalo aku gak niat nolongin kamu. Aku malah berharap waktu ini berlalu dengan sangat lambat.
Ah! Gak.. Gak.. Gak.. Gak boleh Chell! Bisa-bisanya aku malah mengharapkan Kael berada disini, aku kan juga punya kepentingan lain!
"Gue mau ambil air buat lu." jawabku kemudian masuk ke dalam kamar kos.
Biasanya kalo orang sakit pasti dikasih teh manis hangat kan? Ya sudahlah, aku kasih dia teh manis hangat saja. Setidaknya masih lebih mending daripada cuma aku suguhkan air putih. Akupun menyiapkan air untuk membasuh luka di kakinya. Setelah semuanya siap, aku keluar..
"Ini, minum dulu." seruku sambil memberikannya teh manis hangat.
Kael pun mengambilnya kemudian berkata,
"Aduh, airnya sakit ya?" tanyanya sambil tertawa."Sakit?" tanyaku bingung.
"Iya, airnya sakit nih. Buktinya panas." jawabnya sambil tersenyum. Setelah sekian lama aku beku akan semua senyum laki-laki yang ada di dunia ini, entah mengapa kali ini hati aku luluh melihat senyumnya. Aku hanya bisa diam mendengar jawabannya barusan. Hatiku berdegup sangat kencang.
"Kok diem mulu sih lu? Lu keberatan ya gua ada disini? Gua juga gak mau kok, tapi kaki gue masih sakit. Gue gak mungkin lanjut pulang." ujarnya tak enak hati.
Mendengar perkataannya barusan aku malah merasa tidak enak, kekagumanku akan wajah Kael malah membuat dia merasa tidak nyaman dan merasa tidak diharapkan ada disini. Akupun memulai percakapan agar dia merasa kalau aku sama sekali tidak keberatan akan kehadirannya.
"Gak kok, gapapa. Istirahat aja dulu disini, gue juga udh siapin air buat lap luka lu kok. Tapi lu pake celana panjang, gue bingung gimana ngebersihin lukanya." ujarku.
"Oh, gitu. Ternyata lu baik juga ya. Yaudah gua numpang ke toilet dong, gue bawa celana pendek kok. Biar gue ganti dulu celananya." jawabnya.
Akupun mengantarkannya ke arah toilet. Tapi aku bingung, mengapa sosok semenarik Kael bersikap begitu ramah ya. Dia bahkan belum pernah mengenalku, tapi dia bisa berbicara nyaman denganku. Tapi, kalau dia baik, mengapa dia mengunfollow igku? Ah, kenapa disaat kaya gini aku masih mengingat hal itu sih? Udahlah, yang lalu biarlah berlalu.
Setelah selesai mengganti celana, aku kembali membantu Kael berjalan ke arah bangku depan, tempat kita semula.
"Masih sakit ya?" tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
RomanceSejujurnya, aku sudah muak dengan semua hal yg berbau cinta. Yang kupercaya, akhir dr sebuah percintaan adalah tragis. Tapi mengapa hatiku ttp kekeh untuk memperjuangkannya? Akankah aku menggapainya, atau ini hanya menjadi sebuah cerita? Hai semuany...