BAB VI. RUMAH BARU, CERITA BARU

44 1 0
                                    

Sesampainya di kamar, aku langsung membaringkan tubuhku di atas kasur. Wow, empuk sekali kasur ini. Rasanya sudah lama aku tidak tidur disini, namun kamarku selalu terlihat rapih. Bukan, bukan karena aku yang rajin membersihkannya. Selama aku tinggal di Jakarta, mama selalu merapikan kamarku. Mama pernah bilang waktu itu, mama sengaja merapihkan kamarku setiap hari agar kapanpun aku pulang, aku bisa tidur dengan nyaman.

Andai saja ada satu laki-laki di dunia ini yang bisa memperhatikanku sebaik mama. Aku pasti langsung jatuh cinta sama dia. Loh, kenapa lagi-lagi wajah Kael terlintas di pikiranku? Dia memang baik, tapi aku rasa dia bukan tipe laki-laki yang perhatian. Buktinya waktu itu dia tiba-tiba menghilang. Padahal aku sangat mengharapkannya.

Astaga Chellin! Kamu tuh ga boleh jatuh cinta dulu! Aku juga masih bingung sih apa alasan aku gak mau jatuh cinta. Mungkin aku sudah benar-benar berfikir tidak ada satu orangpun yang bisa tulus mencintaiku. Ya, seseorang yang berkata sangat mencintaiku saja rela pergi meninggalkanku demi wanita lain. Aku sudah tak percaya dengan semua omongan manis para lelaki.

Aku tidak boleh jatuh cinta lagi kalau aku tidak mau sakit hati. Pokoknya, aku harus bisa melupakan Kael. Apa susahnya sih melupakan seorang cowok yang bahkan baru kukenal beberapa hari lalu. Aku yakin ini bukan perkara sulit. Asal aku mau, aku pasti bisa!

Tiba-tiba hapeku berdering, ternyata monik menelponku. "Ini anak, bisa juga khawatirin gue ya?" pikirku dalam hati. Aku pikir setelah aku meninggalkannya sendirian di bawah pohon waktu itu, dia marah padaku.

Akupun mengangkat telpon darinya,
"Ya nik?"
"Lu dimana? Kok gak kuliah?" suara itu terdengar sedikit khawatir.
"Lu masih marah sama gue?" tanyanya kemudian.
"Enggak kok, gue lagi balik ke Bekasi. Besok baru kuliah lagi." jawabku.
"Oh gitu, yaudah hati-hati ya Chell. Jangan lupa besok kuliah!" ujarnya berusaha mengingatkanku.
"Iya bawel." jawabku sembari menutup telponnya.

Haha, khawatir juga tuh anak sama aku.

Waktu berjalan begitu cepat, baru saja aku melakukan sedikit hal dirumah ini. Tapi tak terasa sudah pukul 9 malam, terdengar suara masakan dari dapur. Aku rasa, mama sedang menyiapkan makanan untuk kami. Akupun menghampirinya.

"Ma, ada yang bisa aku bantu?"
"Gak usah, kamu tunggu di meja makan aja Chell. Sebentar lagi papa pulang."

Saat aku menuju meja makan, terdengar suara klakson mobil dari depan rumahku. Aku segera berlari menuju asal suara tersebut.

"Papaaaaaaaaa!" panggilku.

Papa yang masih berada di dalam mobil terkejut melihatku. Ia langsung turun dari mobilnya dan menghampiriku.

"Chellin kok ada disini? Pulang ga bilang-bilang." ujar papa.

"Iya, aku gak kerja lagi pa. Aku mau tinggal disini aja." jawabku

Mendengar itu papa malah terlihat senang, kemudian berkata "kamu tunggu papa di meja makan, papa mau parkir mobil dulu."

Akupun melangkah menuju meja makan, ternyata mama sudah ada disana bersama makanan-makanan yang wanginya sangat lezat. Waw, mama benar-benar wanita idaman! Akupun duduk disamping mama, tak lama papa menghampiri kami.

"Gimana Chellin? Kamu jadi tinggal disini lagi kan?" tanya papa sambil mengambil nasi.

"Iya tadi aku mikirnya gitu pa, tapi.." belum selesai berbicara, papa terlihat kaget kemudian berkata.

"Tapi apa?"

"Tapi kalau Chellin tinggal disini, dia harus bulak-balik Jakarta Bekasi naik kereta. Pulangnya juga tengah malam, gabaik kan pa." jelas mama

Papa hanya mengangguk, "lalu?" tanyanya kemudian.

"Iya, mama pikir dia tinggal di kampusnya aja. Waktu itu kampusnya bilang nyediain tempat tinggal gratis. Soalnya Chellin gak mau ngekos lagi pa." jawab mama.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang