BAB X. MELUPAKAN

20 0 0
                                    

Menurutku ini hari terburukku. Gimana enggak? Masih jam segini saja hatiku sudah tidak karuan.

Aduh Chell, harusnya lu sadar kalo hidup ga sepenuhnya soal cinta. Jadi tanpa cinta lo masih bisa hidup kan?

Aku terus berjalan mengelilingi sekolah tanpa punya tempat tujuan. Namun tiba-tiba ada suara wanita yang memanggilku.

"Chellin! Daritadi gue cariin lo, akhirnya ketemu juga. "

Aku sangat kaget ketika menoleh dan mendapatkan wajahnya.

" Chelin? Kok lo tiba-tiba nyari gue? " Ya, wanita yang memanggilku barusan adalah chelin leris. Cewek tercantik, terpopuler, terbaik dan terberuntung karena dicintai oleh Kael.

" Iya, gue cuma mau kasih ini. " ujarnya sambil memberikanku sekotak kado berwarna merah muda. " Kado ini buat lo, tapi panitianya malah ngasih ke gue. Nama kita kan mirip banget, jadi mungkin mereka salah. " ujarnya sambil tersenyum.

Ya Tuhan, wanita ini sungguh sempurna. Kurasa semua kebaikan berkumpul dalam dirinya. Jika aku menjadi lelaki, mungkin akupun akan mengidolakannya.

Dan lagi, untuk berubah menjadi secantik dan selembut dia, cara apa dan berapa lama waktu yang kuperlukan?

"Chell?! " panggilnya kemudian. Dia membangunkanku dari lamunan gilaku ini.

" Eh iya sorry, gue malah bengong. Chel, panitianya gak mungkin salah kali. Jelas aja kalo hadiah itu buat lo, secara lo kan banyak disukain cowo. Kalo hadiah itu buat gue, baru salah. " jawabku

" Enggak kok, disini tulisannya buat Chellin Lewis. Itu kan nama lo, bukan nama gue. "

Tanpa melihat tulisan yang ditunjukkannya, aku segera berkata " Udahlah buat lo aja, itung-itung gua nambahin hadiah lo kan? " seruku kemudian pergi meninggalkannya.

Aku memang sangat berbeda dengannya, bahkan aku masih bisa bersikap 'menyebalkan' dihadapan orang sebaik dia.

Sejujurnya, aku merasa sangat sombong barusan. Tapi sudahlah, aku juga tidak bisa bersikap baik di depan orang yang membuatku sangat cemburu. Dan masalah hadiah, sudah tidak ada pentingnya bagiku.

Bagiku Kaellah hadiah terindah, namun dia tidak diberikan untukku. Jadi, hadiah yang lainnya pun tidak akan membahagiakan hatiku.

Hari ini sudah terasa cukup memuakkkan sampai akhirnya aku memilih untuk balik ke kamar.

Baru saja kubuka pintu kamar, Vany sudah mendelik tajam ke arahku.
"Kok udah pulang? " tanyanya

" Yaudahlah. Lo juga udah pulang kan? " jawabku acuh tak acuh kemudian membaringkan tubuhku di atas kasur. Aku sangat berharap hatiku bisa kembali normal, setidaknya tidak sesakit ini.

" Dapet hadiah berapa chell? "tanyanya kemudian.

" Gue ga dapet hadiah kok. " jawabku.

" Serius? Berarti lebih populeran gue ya? Gue aja dapet 3 loh. " ujarnya sambil tertawa terbahak-bahak.

Ya, ya.. Mau populeran kamu, mau hebatan kamu, mau kerenan kamu, terserah. Toh aku juga ga akan peduli selama itu ga ada hubungannya sama Kael.

" Dan gue rasa kado gue yang ini dari Kael deh. " ujarnya yang membuatku langsung bangkit dari tidurku dan memperhatikan hadiah yang dipegangnya.

" Gila, lo demen juga sama Kael?! Daritadi gue ngomong lu jawabnya ogah-ogahan. Giliran gue bilang dari Kael, lu langsung bangun! " teriaknya.

Ah, Chell kenapa sih kamu bodoh banget? Jelas-jelas kamu udah tau kalo Kael cuma kasih hadiah ke Chelin. Kamu kan udah tau itu. Tapi kenapa setiap mendengar namanya kamu langsung hilang kendali? Apa ini yang dibilang cinta? Aku jadi selalu ingin tau segala hal tentangnya. Segala yang berhubungan dengan dia. Sekalipun itu tidak penting?

Rasa malu ku sudah tak terbendung. Gila saja kalau nenek lampir ini tau soal perasaanku ke Kael. Apa yang akan dia perbuat selanjutnya? Apa dia akan menyebarkan berita ini ke teman-teman? Pikiranku sudah lari kemana-mana. Akupun keluar dari kamar, meninggalkannya tanpa sepatah katapun.

Aku mendengar dia memanggil namaku, namun aku tak mempedulikannya. Aku rasa aku butuh mencari kesegaran lain. Daripada hatiku makin kacau balau.

Tak kusangka, Kael dan Ihsan masih mengobrol di kantin. Ugh, rasanya aku ingin menghilang hari ini. Rasanya tidak ada satu tempatpun yang bisa membuatku nyaman. Dan semua tempat mengingatkanku akan Kael.

Ya, lelaki itu. Lelaki yang membuatku jatuh cinta lagi. Merasakan perasaan yang mendalam, jatuh pada perasaan yang besar, yang sejujurnya tak pernah kuharapkan untuk hadir kembali.

"Chellin sini! " teriak salah seorang laki-laki yang ternyata Ihsan. Astaga, kenapa bisa bisanya aku terlihat olehnya?

Aku ragu untuk menghampiri mereka, namun pesona Kael sungguh kuat. Sungguh, rasanya ingin sekali aku berada di dekatnya, bercanda dan sesekali terjatuh dalam tawanya. Tawa yang sangat indah.

"Sini Chell! Ngapain bengong aja sih?! " ujar Ihsan kemudian.

Aku hanya menggeleng kemudian bermaksud untuk lari dari hadapan mereka. Namun kali ini kurasa jantung dan kakiku membeku secara bersamaan. Kulihat Kael dengan matanya yang sangat indah memandangku, seraya tersenyum dan seakan mengundangku untuk berada disampingnya.

YaTuhan, jujur aku sendiri bingung kenapa aku jadi selemah ini dengan cinta. Semakin aku ingin menjauh, hatiku terasa semakin tertarik untuk berada di dekatnya. Dia hanya diam, namun mempesona.

Ahh, Chell! Kamu udah gila! Mengharap di siang bolong kayak gini. Pokoknya, bisa atau tidak bisa aku harus melupakannya, harus!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang