Seusai keluar dari kamar, aku melangkahkan kakiku keluar dari kampus. Ya, setelah bebas dari nenek lampir, aku hendak mencari hadiah. Walaupun entah harus kemana, dan akan kubelikan untuk siapa, aku tetap melangkahkan kakiku mengharap ada titik terang.
Dari jauh aku melihat keramaian di pinggir jalan itu. Kira-kira apa ya? Banyak permainan, banyak pula orang yang berjualan. Apa itu pasar malam? Akupun bergegas menghampirinya.
Entah ada apa saja disini, yang jelas aku menoleh ke kanan dan kekiri berharap ada sesuatu yang bisa kubeli. Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah kaos berwarna biru muda. Kaos dengan motif yang sangat menarik tetapi dijual dengan harga yang cukup murah.
Aku sangat menyukai motifnya, kaos itu berwarna biru muda dengan garis warna warni dibagian depannya. Iya, ini kaos untuk laki-laki, dan anehnya hanya ada satu laki-laki di benakku saat ini, Kael. Apa aku harus membelikannya? Tapi kaos ini begitu bagus. Tampilannya simple, tapi mewah. Tanpa pikir panjang, aku segera membelinya.
***
Kali ini aku mencari warung terdekat. Aku berniat untuk membeli kertas kado dan membungkus disana. Ya, aku gak mungkin membungkus kado ini di kamar. Yang ada nenek lampir itu marah karena melihat nama penerima kado kita sama. Untunglah, walaupun aku bungkus kado ini alakadarnya, setidaknya selesai juga. Akupun menulis nama 'Mikhael Sandro' diatas kado itu kemudian memasukkannya pada sebuah plastik hitam.
***
Sesampainya di kamar, aku melihat nenek lampir itu sudah tertidur. Huft, akhirnya aku terbebas dari suara cemprengnya itu. Akupun menaruh plastik hitam yang berisi kado disamping bantal. Namun, kado yang telah disiapkan nenek lampir untuk Kael terlihat begitu menarik. Aku tiba-tiba penasaran untuk mengetahui apa isinya. Baru saja aku sentuh kado itu, nenek lampir terbangun kemudian berteriak.
"MAU NGAPAIN LO?!" Oh shit! Bisa-bisanya dia terbangun.
"Gue mau tidur kok. Kenapa sih lu marah-marah terus?" tanyaku menyembunyikan rasa takutku. Ya, pada saat itu jantungku telah berdegup kencang. Aku sangat takut jika nenek lampir ini menerkamku tiba-tiba.
Untunglah, dia kembali tertidur. Serius, ini adalah cewek teraneh yang pernah kukenal. Bahkan saat tidur saja, dia tidak berniat untuk menghapus make upnya. Kali ini aku malah penasaran dengan namanya. Siapa nama cewek aneh ini ya? Aku menghampiri tumpukan buku kuliahnya, kali ini aku lebih berhati-hati. Saat aku buka lembar pertama, aku temukan nama 'Marcella Vanny' disana. Oh, itu namanya. Bagus, tapi gak sebagus kelakuannya. Ternyata dia anak bahasa. Kenapa tampilannya gak kaya anak bahasa ya? Apa mungkin yang dia perdalam bahasa alien? Pikirku sambil tertawa. Kemudian akupun tidur.
***
"WOY BANGUN!" suara ini terdengar tepat di kupingku.
Saat aku membuka mata, aku melihat sesosok wanita dengan make up yang sangat tebal dihadapanku.
"Ahhhhhhh setannnnnnnnnn!" teriakku.
Tak kusangka perkataanku barusan menaikkan amarahnya. Dia melotot ke arahku kemudian berkata
"ENAK AJA SETAN! GUE PUNYA NAMA TAU! NAMA GUE VANNY! UDAH CEPET SANA MANDI!" suruhnya
Ah, percuma kamu kasih tau namamu sekarang. Aku juga sudah tau. Terus apa yang dia bilang tadi? Mandi? Sejak kapan dia perhatian denganku?
"Ngapain sih lu bangunin gue pagi-pagi? Gue kuliah malem kok." jawabku
"Pagi? Sekarang udah jam 5! Gua ga suka sekamar sama kebo! Cepet sana mandi, acara kampus jam 7!" serunya
Astaga, aku sampai lupa acara penggemar rahasia dimulai jam 7 pagi ini. Untung saja Vanny membangunkanku, kalau tidak, bisa-bisa aku telat! Ternyata nenek lampir ini bisa baik juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
RomanceSejujurnya, aku sudah muak dengan semua hal yg berbau cinta. Yang kupercaya, akhir dr sebuah percintaan adalah tragis. Tapi mengapa hatiku ttp kekeh untuk memperjuangkannya? Akankah aku menggapainya, atau ini hanya menjadi sebuah cerita? Hai semuany...