Part 2 - Melancong!

360 19 1
                                    

"Tangkap, James!" Sarah melemparkan sehelai handuk kepadaku. Aku memasukannya kedalam tas.

Harinya sudah semakin dekat. Hanya tersisa dua hari lagi untuk bersiap - siap. Besok karavan kami akan datang, dan aku harus mengurus kedatangannya kesini dan memastikan bahwa pemiliknya sudah memeriksa setiap sudut dari karavan itu.

Istriku Sarah menyiapkan pakaian dan makanan yang akan kami bawa. Ibuku mengatakan kami tidak perlu membawa bahan makanan, semua makanan sudah mereka sediakan. Namun istriku tetap saja membawa makanan.

"Siapa tahu kita nanti akan kekurangan."

Hanya itu yang dikatakannya setiap kali aku menanyakannya.

Bill datang hari ini, untuk menanyakan barang apa saja yang harus dibawanya, dan apakah ada barang khusus yang harus dia bawa.
Aku hanya mengatakan padanya untuk membawa barang - barang pribadinya seperti pakaian dan mungkin makanan - makanan kecil, obat - obatan jika perlu. Dan--oh ya! Aku baru saja melupakan kalau kami harus membawa baju renang juga.

Aku akan membawa buku catatan dan alat tulis untuk ide - ide ceritaku nanti. Mungkin sekali banyak ide - ide yang muncul saat liburan nanti.

Aku menutup resleting tasku. Dan persiapanku selesai! Hanya tinggal membantu Sarah untuk mengepak bahan makanan, dan baju - baju Serena.

"Nanti kita akan pergi bersama kakek dan nenek kan?" Tanya Serena. Entah sudah berapa kali dia menanyakannya hari itu.

"Iya sayang, dan cepatlah! Bantu mamamu untuk membereskan barang-barangmu."

Serena berlari kearah kamarnya sambil melompat-lompat kecil dan tertawa senang.
Aku tersenyum dan menghela nafas melihat putri kecilku yang lucu itu.

Kalau saja ia tidak bertumbuh, mungkin selamanya aku bisa melihat tingkah lucunya yang menggemaskan, aku berkhayal.

Langit masih cerah, dan jam masih menunjukkan pukul tiga sore. Karenanya, aku beranjak untuk menelpon Bill untuk memberitahunya agar membawa baju renang.
Aku tidur dengan tenang hari itu, dan aku sudah tidak sabar untuk liburan yang menanti kami!

Brrm.. Brrm.. Click! Tok, Tok, Tok!

Suara mesin yang baru saja dimatikan dan suara ketukan pintu terdengar pukul sebelas pagi itu.
Aku baru saja beres mandi seusai sarapan dan bersiap ke ruang kerja.
Aku membukakan pintu, dan--

"Selamat pagi, Pak, benar ini rumah pak James Thomas?"

"Ya, benar." Sahutku.

Pria yang ada di depanku tubuhnya pendek dan gempal, pipinya kemerah-merahan karena terkena sinar matahari, rambut pirangnya yang sedikit acak - acakan tertutup sebuah topi pet dan pakaiannya rapi. Senyumnya berseri - seri dan nampaknya ia sedang senang hari ini.

"Saya datang untuk mengantarkan dua karavan berukuran besar yang dipesan pak Thomas, dan saya rasa saya harus bicara dengan beliau untuk menjelaskan penggunaannya." Katanya lagi padaku.

"Oh, saya orangnya. Baiklah, bagaimana pemakaiannya?" Tanyaku.

Orang yang berada di depanku itu berjalan ke arah kedua karavan berwarna putih yang diparkir di depan rumah, dan membuka salah satu pintunya.

"Nah, mari masuk, pak." Katanya sopan.

Aku melangkah masuk. Kulihat lantai karavan itu dialasi karpet berwarna merah, dan didalamnya sangat rapi.
Ada sebuah tempat tidur susun di satu ujungnya, dan di ujung satunya lagi ada kompor dengan peralatan masaknya, lalu disebelahnya ada bak cuci; tepat di depan jendela yang bersih dan mengkilap.

Di sisi lainnya ada sebuah meja berukuran sedang, sebuah dispenser, tong sampah, dan lemari yang rata dengan dinding karavan.
Aku melihat - lihat ke setiap sudutnya, dan ternyata karavan itu memang sangat nyaman untuk dipakai!

"Nah, pak," instrukturku mulai berbicara.

"Anda harus selalu mematikan kompornya saat tidak sedang dipakai, dan keran air ini harus selalu ditutup rapat setelah dipakai."

"Ini kunci karavannya, dan, selamat bersenang - senang!"

Instrukturku yang sangat ramah dan ceria itu tersenyum lebar padaku dan pamit pulang.

Karavan itu terkait ke sebuah mobil kecil di depannya, yang dipakai untuk menderek karavan itu. Ada satu mobil kecil di depan setiap karavan.
Aku masih asyik mengamat-amati isi karavan itu saat aku mendengar panggilan makan siang dari istriku. Yah-- kurasa, saatnya telah tiba! Woohoo!

Hari ini berjalan dengan cepat sekali, dan kami semua tidur lebih cepat.
Keesokan harinya, aku terbangun lebih pagi dari biasanya dan punya banyak waktu untuk bersiap - siap untuk pergi.

Ayah dan ibuku menelponku pagi itu dan nenanyakan apakah aku sudah siap. Kujawab hampir siap, sebentar lagi. Bill datang ke rumahku sekitar pukul delapan pagi, dengan barang - barangnya.

Sekitar pukul setengah sembilan, kami semua memasukkan barang - barang ke dalam karavan. Aku dan Bill berada dalam satu karavan, sedangkan istriku berada dalam satu karavan lain dengan Serena.

Aku memasangkan pintu penghubung diantara kedua karavan.
Ya-- kurasa aku akan khawatir jika keluarga kami terpisah karavan, karena itu, aku memesan sebuah pintu penghubung beberapa hari sebelumnya.

Bentuknya seperti jembatan antar kereta, namun yang ini tertutup semuanya, tidak terbuka seperti yang ada di kereta - kereta untuk menghubungkan antar gerbongnya.

Kami selesai sekitar pukul sembilan, tepat saat klakson karavan ayah dan ibuku terdengar di depan rumah dan mereka memarkirkan karavan mereka. Mereka turun dan menunggu kami beres bersiap. Sesudah semua beres, kami langsung berangkat!

Karavan ayah dan ibuku berangkat duluan sebagai pemandu jalan, dan karavan kami mengikuti di belakangnya.

Hari itu langit terlihat cerah, dan matahari tidak bersinar terik. Jadi cuacanya sangat nyaman untuk berlibur.

Karavan kami melintas keluar dari kota dan mulai masuk ke daerah pedesaan. Pertanian dan peternakan mulai terlihat, dan Serena terlihat sangat asyik mengamati dari jendela.
Istriku sibuk memasukkan baju - baju kami ke lemari yang ada di karavan, dan aku menemani Bill yang sedang menyetir.

Karavan kami mulai memasuki perkampungan yang ada di pedesaan, dan pemandangannya sangat indah! Pedesaan memang tempat yang cocok untuk belibur, seperti kata orang - orang. Sederhana, namun sangat menghibur. Keadaan alam dan pemandangannya menyegarkan setiap mata yang memandangnya.

Pelancong biasanya senang tinggal di daerah pedesaan yang dekat dengan tempat pertanian, karena akan lebih mudah untuk mendapatkan makanan disana. Mereka biasanya bisa membeli susu, keju, roti, daging, dan lainnya di tempat pertanian.

Sekitar setengah jam kemudian, karavan kami melintasi hutan dan bukit-bukit, dan menjauh dari daerah perkampungan tersebut.

Nampak bukit - bukit yang dikelilingi hutan, dan banyak bunga dan ilalang yang tumbuh di daerah itu.
Karavan kami memasuki sebuah jalan kecil diantara bukit - bukit tersebut dan berhenti di depan sebuah rumah yang sederhana. Sepertinya sebuah rumah pertanian.

Ayah dan ibuku melangkah turun dari karavan mereka. Aku dan Bill pun memutuskan untuk ikut turun, sedangkan Sarah dan Serena tetap berada di dalam karavan.

The Red RubyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang