Adore U Wonwo Version

57 5 0
                                    

Mataku hampir tak pernah lepas dari salah satu sosok cantik penghuni kelasku. Sejauh ini aku hanya tertarik padanya. Jo Areum, nama yeoja itu sangat sesuai dengan parasnya yang rupawan. Hampir setahun sejak kami bertemu untuk pertama kalinya, dan jarak diantara kami tak pernah menjadi akrab.

Kepribadian Areum yang suka menyendiri sekaligus tak banyak bicara, membuatku juga teman - teman lainnya kesulitan untuk mendekatinya. Dia sangat serius belajar saat di kelas dan selalu mempunyai tempat serta kegiatan tersendiri saat jam istirahat berlangsung. Melukis di Green Area, itulah kebiasaannya.

"Lagi - lagi kau hanya memandanginya!" Celetuk Hoshi, teman sekelas sekaligus sebangkuku. Anak ini berhasil membuyarkan konsentrasiku yang tengah fokus menatap sosok Areum dari kejauhan.

"Sudahlah, Gaja!" Sebisa mungkin aku berusaha mengalihkan pembicaraan dan mengajaknya untuk meninggalkan tempat kami berpijak saat ini. Aku merasa malu jika membahas tentang perasaanku yang begitu memuja Jo Areum.

"Jika itu terjadi padaku, aku pasti sudah berusaha mendekati Areum sejak awal atau langsung menyatakan perasaan padanya." Ternyata Hoshi belum juga teralihkan topik pembicaraannya.

"Hya, apa itu mungkin? Kau lihat sendiri bukan, bagaimana sikap dia selama di kelas? Dia sangat dingin, bahkan para yeoja menyebarkan rumor bahwa dia itu angkuh. Bagaimana cara aku bisa mendekatinya?" Sungutku kesal, tak harus Hoshi ajaripun aku sudah memiliki pemikiran yang sama. Hanya saja kenyataan yang tidak memungkinkanku untuk melakukannya.

"Jika tak ada kesempatan di sekolah, kau bisa mencari kesempatan lain di luar sana. Bukankah kau pernah mengantarnya pulang sebelum ini?" Usulan Hoshi kali ini membuatku terperangah. Hoshi benar, aku bisa mendekatinya setelah sekolah berakhir. Entah kenapa ide itu tak pernah muncul di otakku? Mungkin karena pikiranku hanya terpusat pada yeoja cantik itu.

.

.

.

*Flashback*

Malam itu terasa sangat dingin dan eomma menyuruhku pergi ke minimarket membeli minuman untuk teman - teman aboeji yang datang berkunjung. Saat aku melintasi sebuah gang yang cukup redup penerangannya, aku melihat 5 pemuda tengah menggoda seorang yeoja.

'Selagi yeoja itu tak menjerit minta tolong, aku tak akan ikut campur.' Pikirku yang melewati mereka begitu saja. Sekilas aku menangkap ekspresi ketakutan dari anak itu, namun hingga langkahku sedikit menjauh dari mereka tak juga terdengar permintaan tolong darinya.

'Mungkin dia terlalu panik dan takut, aku harus menolongnya.' Pekikku kemudian berjalan berbalik arah menuju kerumunan itu sambil menekan tombol nomor polisi pada ponselku, sambil menunggu bantuan aku harus mencari cara untuk mengulur waktu. Yaitu dengan adu mulut hingga perkelahian tak dapat terhindarkan.

"Neo gwaenchana?" Tanyaku kepada yeoja yang duduk di ruang tunggu kantor polisi. Kami berdua harus turut serta ke tempat itu untuk memberikan keterangan sebagai saksi korban. Hanya anggukan kepala singkat yang aku dapat darinya. "Baiklah, aku akan mengantarmu pulang." Dan sekali lagi dia hanya mengangguk patuh.

Dalam diam kami berjalan menuju ke rumahnya. Sesekali aku menangkap yeoja itu menoleh ke arahku yang berjalan sedikit di belakanhnya. "Nan gwaencha." Seruku sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhku.

Sesampainya di tempat yang kuyakini sebagai rumah anak tersebug, masih tak ada juga kata yang keluar dari mulutnya. 'Apakah dia tuna wicara?' Gumamku dalam hati sembari menatap gadis dihadapanku itu.

"Gamsahabnida, jeongmal joesonghabnida." Ungkapnya lirih namun dengan tempo yang cepat sembari membungkukkan badan.

"Jamkkanman!" Celetukku, dan itu berhasil menghentikan langkah kaki yang hendak memasuki rumah tersebut. "Siapa namamu?" tanyaku.

"Areum, Jo Areum-imnida." Jawabnya lalu dengan lekas menghilang di balik pintu yang kembali tertutup.

'Jo Areum.' Nama itu semalaman terngiang memenuhi pikiranku. Aku tak lagi menggubris naui eomma yang memarahiku karena berkelahi, bahkan hanya senyuman yang saat itu ku tunjukkan pada keluarga yang tengah mengkhawatirkanku.

Sebuah anugerah datang padaku ke esokan harinya saat ada siswi pindahan di kelasku, dan dia adalah gadis yang membuatku gila seketika, Jo Areum.

*Flashback End*

.

.

.

'Hhhuuuuufffffttttt' Kutarik nafas panjang sebelum melangkah memasuki Toko Roti milik keluarga Areum. Seperti saran dari Hoshi, akupun akhirnya nekat mencari serta membuat peluangku untuk mendekati Areum selepas sekolah.

"Selamat datang di... " Suara indah itu terhenti saat melihatku. Aku tahu gadis itu pasti akan terkejut begitu aku datang. Sebelum semuanya menjadi canggung akupun hanya melempar senyum padanya lalu berlagak membeli beberapa roti yang tersedia.

"Hanya ini saja?" Ujar seseorang di meja kasir saat aku menyerahkan belanjaanku.

"Ye." Jawabku.

"Kamu Jeon Wonwoo kan?" Tanya wanita yang kini melihatku dengan seksama itu membuatku terkejut.

"Dwae, Na ireumeun Jeon Wonwoo-imnida."

"Aigoo! kenapa sekaku itu? Bukankah kamu dan Areum teman sekelas? Kenapa baru datang sekarang? Apa benar sekarang kalian sudah berkencan?"

"Ye?" Jujur aku tidak mengerti maksud dari orang tua Areum dan aku shock mendengarnya. 'Berkencan? Itulah yang kuharapkan Imo!' Teriak hati kecilku.

"Eomma geumanhae!" Sahut si anak yang berusaha menutup mulut ibunya.

"Wae? Ah, Arassheo. Kalian pasti masih malu untuk mengakuinya. Tenang saja, eomma merestui kalian."

"Yeeee?" Aku bingung! Dan aku hanya bisa menatap Areum dengan sejuta pertanyaan. 'Sebenarnya ada apa ini?' Pikirku.

"Jamkkanman!" Seru gadis itu bermaksud menyuruhku untuk menunggunya. Beberapa menit kemudian dia tampak sudah berganti pakaian serta membawa beberapa buku di tangannya.

"Mianata eomma, kami keluar sebentar." Pamitnya sembari mencium pipi ibunya. "Ttalawa!" Lanjutnya, kini perintah itu di tujukan padaku. Tanpa membuang waktu akupun segera berpamitan kepada wanita paruh baya yang cantik tersebut, kemudian mengikuti langkah kaki putrinya pergi.

.

.

.

"Maafkan ibuku, kamu pasti bingung dan tidak nyaman dibuatnya." Ujar Areum ketika kami berada di sebuah taman tepian Sungai Han. "Beliau salah paham padamu. Beliau mengira kamu adalah pacarku." Lanjutnya.

"Eotteohke?" Pertanyaan bodoh itu meluncur begitu saja dari mulut sialan ini.

"Ini penyebabnya." Kata Areum sambil menyerahkan kepadaku buku - buku yang sedari tadi ia pegang erat.

"I.." Mataku terbelalak, mulutku terkunci, bahkan aku hanya bisa menelan ludah saat melihat isi dari buku yang ada di tanganku kini. 6 buku dan semuanya penuh dengan sketsa atau lukisan seorang namja yang sangat familiar. "Ini aku?" tanyaku penuh rasa tak percaya.

"Dwae." Jawab Areum lirih lalu tertunduk malu saat aku memandangnya.

"Neo?" Hanya satu kata yang bisa kuucapkan, ada perasaan yang hampir meledak di dalam hatiku dan aku takut tak bisa lagi menahannya.

"Aku sudah lama memperhatikanmu Wonwoo-a. Diam - diam aku mencuri pandang kearahmu lalu aku menuangkan kenanganku pada gambar ini." Aku Areum dengan dihiasi rona merah pada wajahnya.

"Sejak kapan?" Tanyaku penasaran.

"Hari pertama aku pindah sekolah, saat aku menyadari bahwa orang yang menyelamatkanku adalah teman sekelasku bernama Jeon Wonwoo." Jawabnya tegas tanpa ragu - ragu sedikitpun.

"Apakah kau menyukaiku Jo Areum?" Seketika kepalanya terangkat, mungkin dia terkejut. Tapi dia akan semakin kaget saat menyadari bahwa saat ini aku sedang menciumnya. "Gomawo, Neorul saranghae." Imbuhku.

Sebelum aku memeluknya, tertangkap olehku senyuman manis yang menghiasi wajah cantiknya. Ah, aku benar - benar semakin dibuat jatuh cinta oleh gadis ini.

-FIN-

Project Adore UWhere stories live. Discover now