Edited.
Mempertahankan sebuah hubungan tuh gak semudah membalik telapak tangan, boys.
***
"baal, pulang sekolah aku pingin ngomong sesuatu." ucap (namakamu) sambil menahan tangisnya, untuk saat ini sepertinya ia tidak boleh menangis.
Iqbaal menatap (namakamu) dengan sedikit tajam, "yaudah nanti bisa kan nanti (nam...) nanti." jawab iqbaal dengan nada sewot seperti tak suka dengan kehadiran (namakamu).
(namakamu) menghela nafasnya, "iya iya maaf ya udah ganggu."
"ganggu banget lo." saat itu juga Iqbaal meninggalkan (namakamu).
-what do you mean?-
***
"(nam...) mau kemana?" tanya Dinda kepada (namakamu).
"mau nungguin Iqbaal" ucap (namakamu) sambil mendongakkan kepalanya mencari-cari Iqbaal di antara kerumunan siswa.
"lo kuat amat ya (nam...) disakitin beberapa kali masih aja jalanin hubungan ama iqbaal, emang lo tuh cewe terkuat yang pernah gue liat setelah ibu gue." ucap Dinda seraya tersenyum.
"gak usah berlebihan kali din, apa deh." gurau (namakamu) disertai kekehan kecilnya.
"namanya juga udah sayang, din." ucap (namakamu) lalu menyungging senyum manisnya.
Dinda memutar bola matanya malas, "tapi tetep aja dia ga pantes (nam...) buat lo, udah si putusin aja. gua gakuat liat lo sakit kaya gini."
"putus itu bukan alternatif termudah dari salah satu kesakitan hati din."
"dunia gak cuma satu cowo doang kali. dia ngasih janji ke lu buat ga bosen sama lu, tapi apa? janjinya cuma bullshit doang kan? lu tuh harusnya ngerti dikit (nam..) dia ga pantes buat lo, buat apa kalo cinta tapi dipaksakan?" ucap Dinda yang selanjutnya melenggang pergi meninggalkan (namakamu), sebenarnya Dinda sudah sering menceramahi (namakamu) soal ini, tapi tidak pernah di dengarkan.
"gua akan liat buat kedepannya."
***
(namakamu) POV
"iqbaal read line plis" ucapku dengan nada sedikit teriak-teriak gak jelas di kamar.
[Flashback on]
"neng, masih nunggu siapa disini?" ya, dia Mang Andi penjaga sekolah disini.
"nunggu temen mang" ucapku dengan ramah.
"temen siapa? disini udah gak ada orang. liat udah jam enam neng" tanya Mang Andi dengan terheran-heran, dan memperlihatkanku jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul enam sore.
Ternyata cinta itu bukan membutakan hati saja, tetapi bisa membutakan waktu.
Aku pun segera berjalan meninggalkan kawasan sekolah ini.
"Iqbaal Iqbaal, gua nungguin lo. lo kemana? disaat semuanya mau gua rubah lagi jadi kaya dulu, lo kemana? mana baal lo yang dulu?" aku berjalan sambil menunduk kebawah jalanan. 'lemah' yap itulah sebutan sekarang yang pantas oleh seorang (namakamu).
"sekarang aku lemah banget baal dimata kamu, aku cengeng, aku jelek, aku jahat, aku apa lagi baal?" ucapku yang mungkin lebih pantas menrendah-rendahkan diriku saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeback | Idr
Fanfiction'karena yang bikin nyaman gabisa tergantikan sama yang pernah ada' [Iqbaal feat. Pahlevi as Ari Irham] Copyright © 2016 by trashybitchy