8 :: brother hanif.

10.4K 656 6
                                    

Edited.

Hallo hujan, jangan seperti pelangi, yang datang lalu pergi, aku butuh dinginnya kamu, bukan indahnya pelangi.

***


Author POV

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 PM, (namakamu) dan pahlevi bergegas untuk pulang karena dufan juga ingin segera tutup.

"makasih ya buat hari ini" ucap (namakamu) sambil memakan gulali yang dibelikan pahlevi.

"gue pulang dulu ya" ucap Pahlevi dan segera menyalakan mesin mobilnya. (namakamu) hanya senyum senyum sendiri di buatnya. Tanpa tahu yang sebenarnya, bahwa ia perusak hubungan orang dalam diam.

(namakamu) segera berlari ke dalam rumah karena sepertinya cuaca akan segera menurunkan hujan, ia membuka knop pintu itu dan tersentak melihat orang di dalam,

"loh? iq-baal?" Ucap (namakamu) terkejut dengan suara agak bergetar ketika melihat Iqbaal yang berada di sofa ruang tamu dan sedang meminum secangkir teh.

Iqbaal hanya memandangnya sekilas dan segera memalingkan muka, wajahnya terlihat cemas.

"iq... baal... ngapain disini?" Mata (namakamu) menyapu sekeliling ruangan ini, apakah ini benar rumahnya atau rumah iqbaal? tidak, ini rumahnya. tetapi kenapa Iqbaal berada disini?

Iqbaal tidak menjawab pertanyaan (namakamu), egois nya masih tinggi, mungkin?. Ia tak mau berbicara satu kata pun pada (namakamu). (namakamu) segera berlari ke kamarnya, daripada harus sakitin batin sendiri gara-gara dicuekin mantan pacarnya itu.

Iqbaal geram sendiri karena ia gagal berbicara dengan (namakamu), harus nya dia berbicara kan? tetapi kenapa lidahnya kelu? Apa gunanya ia datang kesini dan menunggu (namakamu) yang sedang jalan dengan orang yang ingin ia bicarakan bersama (namakamu)?

"Ego lu tinggi banget, baal!" Ujar Iqbaal pada dirinya sendiri, dan bergegas keluar dari rumah (namakamu).

Dan Iqbaal pun tak tahu bahwa (namakamu) juga sedang merindukannya.

***

(namakamu) POV

"Nyebelin banget sih, si qoballl! ngapain coba dia kesini? udah jutek banget lagi, nyesel gua tadi nanya nanya!" Gerutuku sambil menggigiti bantal sampai tertarik-tarik dan berbekas, omong-omong itulah yang aku lakukan kalo sedang kesal.

Aku beralih memfokuskan diriku pada remote tv dan menyalakannya untuk meredakan kekesalan, tetapi fokus ku pun juga terbelah menjadi dua, aku masih mmemfikirkan Iqbaal dan juga, surat Pahlevi. Apa maksudnya dari semua ini? entahlah.

Aku pun bergerak mengambil kotak itu lagi dan mengeluarkan semua surat yang ber inisial 'p' itu. Ah, aku yakin ini dari dia. Tetapi kenapa pakai inisial segala?

kok dia sok misterius ya.

Aneh, sumpah aneh. Gue disatu sisi suka sama Pahlevi, dan disisi lain hati gue nolak soalnya masih sayang sama Iqbaal.

Tak lama setelah aku melamun, pesan line datang di handphone ku, aku yang pertamanya tak tertarik pun menjadi tertarik dan kemudian mengeceknya.

hanifjelek
(nam..)
uy
tebak gue dimana
ah lu mah bales setaon((((:
gue di mana tebakkk
syaiton
cabe
gue di jakarta
mau pulang ke rumah
melepas rindu

"Aaaah, Hanif! sumpah kangen" Ujarku secara tidak sadar.

Oh iya, Hanif ini adalah kakak sepupuku yang tinggal di Surabaya dan akan pulang jika mau, memang semaunya anak ini. Selain pintar dia juga baik loh! tapi kecuali baik ke aku hehe.

(namakamu)syn
spam mb.
y? oh
lu pain pulang

hanifjelek
bukain pintu dudul
kuping lo butjhong banget
gece
gua dobrak nih
1
2
3
gece

(namakamu)syn
dobrak aja

hanifjelek
adek durhaka

punya abang kok gini banget ya, lelah.

***

Aku datang ke kamar Hanif dan menyodorkannya segelas Jus Jambu kesukaannya.

"Gimana kabar kamu dek?" Tanya Hanif basa basi. Setelah ia masuk ke rumah dan sebelumnya berpelukan dulu denganku ia langsung masuk ke kamarnya dan berganti pakaian.

Aku duduk di atas kasurnya dan mengambil sebuah bantal untuk di letakkan di atas pangkuanku, "Ya gitu deh, seperti yang abang liat" Ujarku sembari menggaruk garuk kepala yang tak gatal.

"Kamu baru putus ya?" Tanyanya dan sedikit membuatku kaget.

"Gak kok."

"Bohong" Ucap Hanif sembari menoyor jidatku pelan.

"Tau darimana?" Tanyaku penasaran, pasalnya aku sama sekali belum pernah cerita kisah cinta ku sama Hanif.

Hanif berfikir, "Dari Fasya?"

Aku sempat menebak-nebak bahwa Hanif saat ini sedang dekat sama Fasya! Soalnya waktu itu aku melihat obrolan chat Fasya dengan Hanif yang kelihatannya cukup dekat, ah sudahi saja keponya nanti berlebihan.

"Iya aku abis putus." Ujarku.

Hanif mendekatiku, "Sama si Iqbaal?"

Aku memutar bola mataku malas, "Emangnya sama siapa lagi?" Sumpah Hanif menanyakanku hal yang tidak penting, Iqbaal kan memang cinta pertama ku!

"Gara-gara?"

"Ya gitu lupa ah udah males, tapi bang, masa tadi dia kesini" Ucapku.

"Hah?"

"Iya! aku juga bingung dia ngapain" Ujarku pada Hanif dengan bersemangat.

Hanif tersenyum, "Mungkin dia kangen!" Tebak Hanif.

Tebakan yang aku semogakan.

"Mana mungkin lah" Lirihku dengan sangat kecil.

"Gak ada yang gak mungkin."

Hanif berfikir untuk menanyakan aku apalagi kelihatannya, "Masih sayang?"

"Hah?"

"Masih sayang sama Iqbaal?"

Jujur gak ya jujur gak ya...

Akhirnya aku memilih jujur, "Masih,

dikit" Ucapku setengahnya berbohong.

"Bohong" Ucap Hanif.

Kenapa dia tau aja sih kalo gue lagi boong?!

"Ketauan, tuh di jidat tulisannya 'masih sayang iqbaal sepenuhnya' cie" Ujar Hanif sembari menunjuk keningku yang sebenarnya tidak tertulis apa-apa disana.

"Sebenernya, aku juga lagi suka sama seseorang" Ucap ku sepenuhnya jujur kepada Hanif.

"Siapa?"

"Pahlevi."

"Siapa tuh?" Tanya Hanif dengan penasaran.

"Aku juga masih kurang tau lebih dalam tentang dia"

"Gimana sih kamu, kalo dia orang gak baik gimana? kamu tuh harus tau seluk beluk dia sebelum jatuh cinta sama dia! ntar kalo dia tiba-tiba orang jahat gimana?" Omel Hanif secara tiba-tiba, padahal yang aku tahu Pahlevi kan orang yang baik.

"Lebay, bang." Ujarku sembari memeletkan lidah kearahnya.

Aku pun mengalihkan pembicaraan ini dengan mengajaknya bermain PS, dan ia pun tertarik.

To be continue.

Comeback | IdrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang