Chapter 1

136 7 2
                                    

Tik. Tok.Tik. Tok. Tik. Tok

Bunyi jarum jam yang berputar masih setia menemani ku di ruangan yang berbatasan langsung dengan ruang kepala sekolah ini. Oke, pertama, catat baik-baik, jam istirahatku terpotong gara-gara acara manggil-memanggil ke ruang guru. Kedua, guru Geografi alias guru yang memanggilku tadi yang bernama Bu Rana belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. Rasanya kepalaku sudah menengok ratusan kali ke arah pintu samping yang terbuka setiap ada suara sepatu lewat.

Tik. Tok. Tik. Tok.

Siapapun, tolong selamatkan aku dari sini.

"Oh ya, yowes. Nanti tak informasikan lagi,Bu. Kira-kira jam setengah 2 sudah bisa diselesaikan. Oke, sami mawon,Bu. Waa'laykumsalam"

Bayangan seorang guru yang sedang menelpon disertai dengan suara yang kental dengan dialeg Jawa itu tiba-tiba saja memecah lamunanku. Yes, itu pasti Bu Rana!

Aku menoleh cepat ke arah pintu. Satuuuuu..... Duaaa...... Tiiii.... ga!

Seorang wanita masuk dan menyahut sambil tersenyum "Oh, udah ada Frisca toh ", lalu mempersilahkanku duduk di kursi yang berhadapan dengannya. Tanpa basa-basi aku menanyakan maksud dan tujuannya.

"Frisca, pihak sekolah meminta kamu diikutkan dalam Olimpiade Astronomi pekan besok. Kamu set--"

Mataku spontan membelalak sebelum kalimat Bu Rana selesai

"Hahh? Kok saya,Bu? Saya aja gak ikut olim lho,Bu, gimana mau ngerjainnya?"kataku sambil memasang muka heran dan bingung sekaligus

"Tapi, ibu tahu potensi kamu. Keseharian kamu di sekolah jadi faktanya,Frisca"

"Bu, masih ada Nadine, Hanna, Nayla, dan yang lain. Mereka semua anak olim Bu, kenapa harus ngelibatin saya?"

"Potensi itu harus dikembangkan, Frisca. Nilai kamu di bagian Astronomi selalu diatas 90. Jadi kenapa harus nolak?"

"Tapi kan.."

Kreekkk. Aku menoleh kebelakang. Suara berderit itu memotong argumentasi antara aku dan Bu Rana. Dari pintu tersebut, keluarlah seorang anak seumuran ku dengan rambut yang dikuncir satu ke belakang. Ia menoleh ke kami dengan tatapannya yang dingin, dan mengulas senyum tipis pada kami, atau lebih tepatnya pada Bu Rana saja.

"Oh ya kebetulan Nadine. Ibu mau nanya, apa kamu keberatan kalau Frisca ikut olim Astronomi?"

Aku memasang tatapan tajam padanya, memberi kode bahwa ia harus menolak

"Saya tidak bermasalah dengan hal itu,Bu" jawabnya dengan datar tanpa melihat ke arahku

Sialan! Gue dicuekin

"Eh, kok setuju aja sih?" balasku dengan nada garang, namun (lagi-lagi) ia mengabaikanku dengan berkata "Saya permisi dulu,Bu" yang disambut dengan anggukan Bu Rana.

Aku membalikkan ke posisi semula, dan berusaha mencari argumentasi lain

"Bu, ibu tahu kan biasanya cewek begitu? Gak mungkin lah dia nolak di depan guru, padahal saya yakin Bu, dia gak rela, gak rela banget malah"

Sepertinya,hari ini mulutku sedang tidak bisa terkontrol untuk nyolot sana sini

"Frisca... Demi nama sekolah"

Dan aku menghela nafas tanda perdebatan selesai dan sebagai tanda persetujuan.

--------------------

The Sirius BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang