Seperti langit yang selalu merasa biru. Cinta, terus mencari pembenaran atas jatuhnya air mata.
"Ayo Jar. Nanti kita telat!" Ujar Bintang. Hari ini ia akan menyatakan cintanya pada Hujan. Fajar tersenyum miris kemudian mengikuti kemana Bintang pergi.
Mereka pun sampai di ruang audio sekolah. Bintang menyalakan mikrofon. Suara mendenging terdengar di seantero sekolah.
"Tes! Tes! Oke. Oke... Buat para siswa-siswi SMA Wicaksana, buat para tukang kantin, para guru, kepala sekolah, juga para pekerja sekolah, gue mohon perhatiannya sebentar yak! Ada hal yang mau gue sampein ke lo semua. Gue mau bilang kalo gue lagi jatuh cinta! Gue jatuh cinta sama seseorang. Seorang wanita yang gak sengaja gue temuin di Cafe Merah. Gue bener-bener mau ngucapin terimakasih sama orang yang lo tungguin tapi gak dateng itu. Tanpa dia, gue gak bakal ketemu lo. Gue, Rioland Bintang Paulus, jatuh cinta sama seorang Hujania Reina Anka! Denger gue Hujan! Gue jatuh cinta sama lo! Lo mau gak jadi pacar gue? Jawab yaaak." Jelas Bintang panjang lebar. Kemudian ia terkikik sambil menepuk pundak Fajar. Fajar hanya menanggapinya dengan tersenyum. Senyum dipaksakan.
Sementara disisi lain, Hujan yang saat itu sedang membaca novel dikelasnya sangat terkejut oleh ulah Bintang.
"Cieee yang ditembak Bintang. Tapi berani juga ya si Bintang nembak lo pake mikrofon sekolah. Kalo ketauan sama Bu Nisa gimana ya? Bisa mati dia!" Ujar Luna, sahabat Hujan, dengan menggebu-gebu. Hujan berjanji ia akan menjitak Bintang saat bertemu nanti.
"Lo kok diem aja Jan? Lo gak mau nanggepin pernyataan cinta si Bintang?" Tanya Luna sambil menggoyang-goyangkan bahu Hujan.
"Ihh si Bintang nyebelin banget sumpaaah! Bikin gue malu aja ahhh!" Ujar Hujan sambil menghentak-hentakan kakinya ke lantai kelas.
"Selamat ya Hujan. Ditembak sama Bintang tuh."
"Cie Bintang. Pj jangan lupa yaaaak!"
"Hujan lope Bintang horeeee!"
Kuping Hujan memanas akibat ulah teman-temannya yang menggoda Hujan karena pernyataan cinta Bintang pada Hujan.
"Anterin gue ketemu Bintang yu Lun! Gue mau bejek-bejek sampe jadi kecil tu anaaak!" Ucap Hujan dengan gemas. Belum sempat Luna merespon ucapan Hujan, tangan Luna sudah ditarik, lebih tepatnya Luna diseret Hujan ke kelas Bintang.
Bintang yang baru saja pulang dari ruang audio bersama Fajar langsung berseri-seri ketika mendapati Hujan sedang berdiri di depan kelasnya.
"Hei Hujan cantikuuu..." Panggil Bintang kemudian tertawa lebar. Hujan menoleh kearah Bintang kemudian mencubiti Bintang.
"Lo bikin gue malu tauuuu!!! Bintang pokoknya lo rasain yaaaaa!!!" Ujar Hujan sambil mencubiti Bintang tanpa henti. Bintang hanya mengaduh kesakitan.
"Tapi lo mau kan jadi pacar gue?" Tanya Bintang pada Hujan yang masih mencubitinya. Seketika itu Hujan berhenti.
"Ya gue emang mau dodoool! Tapi gak usah ngomong pake mikrofon segalaaaa! Maluuuuuu!" Teriak Hujan sambil menendang kaki Bintang. Bintang memengangi kakinya yang tak berdosa itu sambil memasang wajah memelas.
"Yahh, galak amat sihh. Maaf deh maaf yaaaa...." Ujar Bintang sambil menggelayut manja di lengan Hujan. Hujan bergidik.
"Gue gak mau maafin elo! Titiiiik!" Balas Hujan sambil melepaskan tangan Bintang dari lengannya. Kemudian Hujan berlalu dari hadapan Bintang sambil menghentakkan kakinya.
"Eh, tapi kita pacaran kan Jan?" Tanya Bintang panik.
"Iya!" Jawab Hujan dengan nada kesal.
Bintang melompat-lompat sambil menggumamkan yes berulang kali. Fajar yang sedari tadi diam hanya tersenyum sendu diatas kebahagiaan mereka.
Maafkan bila alurnya terlalu cepat. Untuk catetan aja, cerita ini mempunyai alur campuran. Jadi jangan bingung yaaaa! Okeee, jangan lupa vote sama comment! Loveyouuu:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan, Bintang Dan Matahari
RomanceHujan. Bintang dan Matahari tak mungkin kuhilangkan dari ingatanku. Bintang. Aku mencintai Hujan. Lebih dari apapun. Matahari. Aku letih bila selalu saja aku yang tersakiti. Akan kurebut kau Hujan.