"Gue kangen Bintang huuuu..." Ujar Hujan pada Luna. Luna yang sedari tadi terkantuk-kantuk hanya menanggapi ucapan Hujan dengan menaikkan kedua alisnya.
"Lunaaaaa.. Lo dengerin gue gak?" Tanya Hujan pada Luna. Luna hanya bergumam.
"Ish, nyebelin ahh!" Ucap Hujan sambil menghentakan kakinya kemudian berlalu keluar kelas.
Rintik-rintik hujan mulai membasahi bumi. Hujan duduk di kursi panjang yang ada di depan kelasnya. Berhubung hari ini Bu Nisa, guru killer super duper galak itu gak masuk, jadilah Hujan bebas keluar masuk kelas.
Koridor saat itu sepi. Hanya terlihat beberapa murid yang berlalu-lalang sambil memegang buku. Hujan menghela napasnya.
Ia rindu pada orang itu. Biasanya Hujan dan orang tersebut selalu memandangi langit bila hujan turun. Tetapi sekarang ini tidak lagi. Lebih tepatnya ia tidak bisa lagi.
"Hei Jan." Sapa Fajar membuyarkan lamunan Hujan. Hujan tersenyum tipis saat mengetahui siapa yang menyapanya tadi. Fajar duduk di sebelah Hujan. Ini pertama kalinya Fajar menegur Hujan setelah penolakan Hujan atas Fajar.
"Sendirian aja?" Tanya Fajar. Hujan menganggukkan kepalanya.
"Gue lagi ngeliatin hujan." Jawab Hujan sambil memandang kosong ke depan.
"Lo suka hujan?" Tanya Fajar lagi. Hujan menolehkan kepalanya kearah Fajar kemudian tersenyum.
"Gue lahir saat hujan Jar. Jadi menurut lo gue suka hujan atau engga?" Ucap Hujan. Fajar tertawa mendengarnya.
"Gue juga kenal kok seseorang yang suka banget sama hujan." Ujar Fajar.
"Oh ya? Siapanya lo Jar?" Tanya Hujan penasaran. Fajar menghela napasnya perlahan.
"Dia sahabat gue. Sahabat Bintang juga. Dulu kita sahabatan waktu SMP. Tapi dia sekarang udah gak ada." Jelas Fajar sambil menundukkan kepalanya. Hujan mengelus bahu Fajar.
"I'm sorry to hear that Jar. Gue juga punya kakak, kembaran sih lebih tepatnya. Dia suka banget sama hujan. Ya kayak gue gini. Tapi dia meninggal kira-kira 2 tahun yang lalu." Ujar Hujan lirih.
"Gue rasa kita punya banyak kesamaan Jan." Ucap Fajar.
*****
Seorang perempuan sedang menyesap Capuccino sambil membolak-balik halaman demi halaman novel yang dibacanya. Suasana kafé itu terlihat lumayan sepi.
Bel pintu berbunyi, menandakan ada seseorang yang masuk ke dalam kafé tersebut. Perempuan itu mendongakkan kepalanya.
"Hei Jan, udah lama?" Tanya Fajar ketika sampai di depan meja Hujan. Hujan menurunkan kacamatanya, kemudian melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Sekitar 30 menitan lah. Hehehe." Jawab Hujan sambil terkekeh. Fajar tersenyum kemudian menarik kursi di depan Hujan.
"Thanks ya Jan lo udah mau dateng. Gue kirain lo gak bakalan dateng." Canda Fajar. Hujan menyunggingkan senyumnya.
"Lagian gue kesini kan gara-gara lo punya utang sama gue." Balas Hujan. Fajar tertawa. Inilah pertama kalinya Hujan melihat Fajar tertawa.
3 jam yang lalu.
"Gue rasa kita punya banyak kesamaan Jan." Ucap Fajar.
"Really? I guess too." Balas Hujan sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan, Bintang Dan Matahari
RomanceHujan. Bintang dan Matahari tak mungkin kuhilangkan dari ingatanku. Bintang. Aku mencintai Hujan. Lebih dari apapun. Matahari. Aku letih bila selalu saja aku yang tersakiti. Akan kurebut kau Hujan.