Desperate

873 39 12
                                    

"Nduk, buka pintunya"
Nenek mengetuk pintu kamar

"Ini sudah seminggu sejak kamu tidak masuk sekolah, nenek takut di ibu gurumu marah nduk"

Aily kesal mendengar suara nenek yang terus mengetuk pintu kamarnya.

"Ayo Ai buka pintunya ya"

Sudah seminggu Aily mengurung diri di kamar, dia hanya keluar jika lapar dan ingin ke kamar kecil.

Brrraakk.....

Aily melempar vas bunga yang ada di atas meja ke pintu kamar. Vas itu pecah berhamburan ke lantai. Ia merasa jengkel mendengar nenek terus-terusan mengetuk pintu.
'Tak ada kerjaan lain apa?' batinnya

Nenek yang kaget membuatnya mundur menjauhi pintu kamar Aily.

"Yang sabar nak yang tabah"
Nenek berlalu sambil memegang dada. Nenek masih kaget dengan perilaku Aily.

Aily mendengar suara nenek yang menyuruhnya sabar dan tabah. Membuat hatinya sakit seperti di iris sembilu, dia sangat sayang pada nenek. Hanya nenek yang mengerti dan tau keadaanya.
Air matanya jatuh lagi, padahal ia telah menangis selama seminggu ini tanpa henti.

Dia pernah mendengar kalau terus-terusan menangis hingga air mata kering, bisa menyebabkan kebutaan. Aily tak ingin itu terjadi padanya. Namun air matanya tetap turun membasahi pipinya.

Ia menyesal selalu meluapkan amarah pada nenek yang sebenarnya tidak salah apa-apa. Tapi mungkin kali ini nenek memang salah, andai saja nenek memberikan alamat itu secara detail. Pasti hal buruk ini tak akan terjadi padanya.
Ia melihat keluar jendela, nenek yang sudah bongkok dan berpakaian lusuh mencoba menaiki angkot. Tanganya yang ringkih berpegangan di pintu angkot yang sudah berkarat, ia menatapnya hingga angkot itu berjalan dan tak terlihat lagi.

.............

Flashback

Beberapa hari yg lalu

Hari ini Aily sangat bahagia, dia berhasil menjawab soal fisika yang cukup sulit dari pak guru. Aily yakin hanya dialah yang bisa memecahkan soal itu. Bahkan ia rela tidur sampai jam 2 pagi untuk mencari jawaban itu.

"Nek Aily berangkat ya, uang jajannya mana" kata Aily
Nenek yang sedang mencabut rumput dikebun depan rumah, berdiri lalu mengambil uang 10 ribuan dari kantong dan memberikan pada Aily.

"Nek tambahin 2 ribu lagi dong" Aily merengek pada nenek.
Nenek merogoh kantongnya lagi dan menggeleng Aily mendesah berat.
Hari ini ia akan pulang dengan berjalan kaki lagi.

"Aily kan bawa bekal"
kata nenek lembut.
Karna hatinya sedang senang, dia tidak mengoceh atau membantah seperti biasa pada nenek.

"Yaudah deh Ai berangkat"
Ucapnya sambil berjalan keluar pagar

"Yang sabar Ai, yang tabah"
Aily masih bisa mendengar apa yang dikatakan Nenek.

"Kalimat itu lagi"

........

Pov Aily


Hari ini lagi-lagi aku melihat kakak kelasku menunggu di depan gerbang. Ia langsung memanggilku untuk mendekat.

"Mana jatah hari ini"
ka Bela menarik kerah seragamku.

"Ini kak"
Aku memberikan uang 10 ribuku satu-satunya.

"Bagus, ikhlaskan? oke byee"
Dia langsung membalikkan badan dan pergi

Dasar bodoh! bagaimana aku bisa ikhlas, tiap hari dia selalu meminta uang jajanku. Dari dulu sejak kelas 1 sampai sekarang kelas 2 SMA. Kalau dihitung-hitung, pasti sudah bisa membelikan sebuah hp terbaru.
Tak apalah yang penting hari ini aku sudah memecahkan soal fisika, senang sekali rasanya.

Magic DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang