Met Mom

240 22 2
                                    

Fyi Part ini gak ada pov Jasminnya. Happy reading

"Sekarang kita main yang itu yuk" Gadis cantik itu menarik jaket lelaki pasangannya yang nampak kelelahan. Pasangan itu daritadi mencuri perhatian pengunjung lain karena berpenampilan sangat menawan.

"Itu histeria Jasmin memang kamu berani?"
Jasmin mengagguk semangat. Sebenarnya yang tidak berani itu dirinya. Perkiraannya melenceng jauh, rencananya membawa Jasmin ke Dufan karena mengira gadis cantik ini penakut dan akan memeluk Redi dengan erat saat naik roller coaster. Semacam cari kesempatan dalam kesempitan. Tapi dugaannya benar-benar salah. Jasmin gadis pemberani malah membuatnya kewalahan.

"Ayolah aku penasaran"

"Yaudah yok, tapi kamu yakin gak mau ke wc dulu?"
Jasmin mendengus kesal. Ini sudah ke-5 kali Redi menannyakan hal itu. Bukan berarti dia kentut terus benar-benar ingin buang air ya. Itu spontan karena Redi memegang tangannya.

"Nanti bilang-bilang ya kalau kamu mau buang air"
Redi memperingatkan lagi. Ia ingat betapa busuknya kentut Jasmin di dalam mobil tadi hidungnya sampai memerah.

Mereka sampai di histeria wahana terakhir yang belum dinaiki.
Jasmin senang sekali. Sekarang dia akan mencobanya, dia tersenyum sumringah. Berbanding terbalik Redi menatap Wahana itu ngeri.
'Ayolah aku bahkan belum menulis surat wasiat' Batinnya

.............

"Redi kamu gak apa-apa?"
Ucap Jasmin khawatir. Redi memegang perutnya sambil tertunduk. Mereka baru turun dari wahana Histeria itu.

"Kamu tunggu disini aku mau....."
Redi segera menutup mulutnya dan berlari menuju toilet terdekat rasanya ingin memuntahkan seluruh isi perutnya. Jasmin ingin ikut tapi Redi melarangnya. Cukuplah dia menanggung malu ingin muntah karena naik Histeria. Dia tidak mau menambahnya dengan muntah didepan Jasmin.

Hari menjelang malam. Matahari telah tenggelam ke ufuk timur sempat Jasmin berpikir untuk menolong matahari itu. (?) Jasmin duduk di bangku yang ada di sekitar wahana.
Jasmin merasa sesuatu menabrak sepatunya. Sebuah bola, dia mengambil bola Itu. Mencari dimana pemiliknya. Seorang anak kecil mendekatinya. Imut sekali.

"Kakak Itu bola Pio"
Anak kecil Itu bicara malu-malu

"Ouh bolanya milik adek? Ini"
Jasmin tersenyum sambil memberikan bolanya. Adik kecil berusia 5 Tahun itu mengambilnya dengan tingkah yang masih malu-malu. Jasmin gemas melihatnya.

"Nama kamu Pio? Kalau nama kakak Jasmin salam kenal sayang"

Adek kecil Itu tersenyum

"Kak Jasmin"
Ucapnya sambil menggerak-gerakkan kaki kecilnya.
Jasmin tertawa spontan memeluk Pio.

"Vio bunda cariin daritadi juga"
Jasmin sontak melepas pelukannya. Seorang wanita mendekati mereka. Sukses membuat Jasmin berkeringat dingin.

"Vio nakal, berapa kali bunda bilang jangan bicara dengan orang asing"
Wanita itu segera membawa Vio kedalam gendongannya. Jasmin masih terdiam mematung. Bahunya bergetar. Tidak dia tak boleh menangis, entah mimpi apa dia semalam wanita didepannya sekarang adalah ibunya Lastri.

"Tapi pio mau belmain dengan kakak cantik ini"
Pio merengek dalam gendongan bundanya minta diturunkan.

"Gak boleh nak, yok pulang Vio laparkan?"
Ibunya berusaha membujuk. Pio tetap menendang-nendangkan kakinya ke udara. Bundanya menyerah dan menatap Jasmin.

Magic DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang