04. One Thing

953 98 18
                                    

Girls:

- Barbara Palvin as Abygail Amanda Scooth

-Lily Collins as Annabeth Jean Smith

-Eleanor Calder as Chardlley de Metcalf

-Hailee Steinfeld as Jacqueline Genevive Quinton

-Maya Henry as Miz Gean Schaap

PS: Kalo cast nya kurang oke, kalian bisa bayangkan siapapun yang sesuai imajinasi kalian yaaaa:) love you

Sorry for any typos


Alunan musik mengiringi langkah kakinya. Di ujung lapangan basket, segerombol murid siap berlatih untuk pertandingan basket antar sekolah yang sebentar lagi diadakan. Dari balik kaca perpustakaan, beberapa murid sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Hari ini hari sabtu. Tidak ada yang ke sekolah di hari sabtu kecuali para anggota organisasi siswa yang tengah disibukkan dengan persiapan acara pertandingan-pertandingan yang diadakan bulan depan. Miz Gean Schaap melirik arlojinya sekilas sebelum menggantungkan headphonenya di leher. Sudah sangat terlambat, gumamnya dalam hati.

Ruang seni dan musik berada di ujung lorong. Hanya tinggal beberapa langkah lagi namun langkah kakinya terasa berat. Siapa yang senang berada di sekolah di hari sabtu? Gadis itu mengumpat dalam hati. Setelah berunding dengan orang tuanya, Gea tidak menemukan jalan keluar yang ia inginkan. Hari itu sepulang sekolah, Gea langsung menceritakan yang terjadi terkait ide kepala sekolah mengenai mentoring­. Alih-alih berharap mendengar jawaban 'itu ide yang buruk' dari orang tuanya, Gea justru didukung seratus persen. Kata mereka, dia butuh tutor yang tepat untuk belajar.

Gea memutar bola matanya jika kembali mengingat betapa senang orang tuanya mendengar ide gila kepala sekolah.

"Kau terlambat." Sambutan untuk Gea yang melangkah masuk menuju kelas seni dan musik. Hanya ada satu orang yang sedang duduk di bangku paling depan.

"Sorry," balas Gea acuh.

"Kau terlambat satu jam."

"Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali," balas Gea yang memilih duduk di bangku bagian tengah.

"Terserah kau saja. Yang penting kau datang."

"Tadinya tidak mau datang," gumam Gea sambil mengalihkan pandangannya ke luar ruangan.

Liam Payne tidak habis pikir dengan apa yang baru ia dengar. Setelah datang lebih awal menyiapkan materi apa yang tepat untuk hari pertama, pria itu tidak menyangka rekannya terlambat lebih dari satu jam. Kalau bukan untuk catatan pengalaman di portofolionya, Liam Payne pun lebih memilih menolak ide gila ini. Siapa juga yang mau akhir pekannya diganggu? "Untung kau datang, kalau tidak ..."

"Apa? Kau akan memukulku?" tanya Gea penasaran dengan kelanjutan perkataan Liam.

Liam menggelengkan kepala sambil menjawab, "aku akan ke rumahmu. Belajar di rumahmu saja."

Memutar bola matanya Gea berkata, "semangat sekali. Sepertinya kau lebih bersemangat dari yang kukira."

Teriakan tim basket terdengar sampai ke dalam ruangan. Teriakan frustasi. Mungkin latihan tidak berjalan baik hari ini.

"Aku tidak semangat," balas Liam sambil melangkah menuju bangku bagian tengah menghampiri rekannya. "Matematika, oke?" tawarnya.

Gea menggeleng cepat. "Tidak. Jangan matematika," responnya.

Melihat respon Gea, Liam tersenyum licik karena merasa telah memilih materi yang benar. "Oke. Matematika," katanya sambil menyerahkan kertas penuh soal matematika.

18Where stories live. Discover now