18

06. Stole My Heart

Sorry for any typos

Enjoy:) 

Hari sudah sore ketika Louis Tomlinson menghentikan mobilnya di depan pekarangan rumah seseorang. Pria itu dengan pelan dan hati-hati turun dari mobil sambil matanya meneliti sekitar. Anak-anak kecil berlarian, ada juga yang bersepeda sambil tertawa. Dengan santai, Louis menghampiri alamat yang tertera di pesan masuknya. Dari luar pun pria itu dapat menemukan tempat tujuannya dengan mudah. Dibandingkan rumah di sekitar, rumah yang ia tuju terkesan klasik bergaya arsitektur Belanda. Jelas sekali mereka desain sendiri.

Rerumputan hijau menyambut langkah kakinya. Dari pertama menginjakkan kaki, Louis sudah merasa seperti dibawa ke rumah neneknya di pedesaan. Mengintip ke arah jendela, Louis mencoba mencari keberadaan seseorang namun nihil. Tidak kehabisan akal, pria itu lantas menghubungi orang yang dimaksud. Panggilan pertama tidak diangkat. Panggilan kedua pun tidak diangkat. Panggilan terakhir. Kalau masih tidak diangkat, pria itu dengan senang hati pergi dari tempat ini.

Pintu depan terbuka.

Louis menyipitkan mata sambil menahan kesal karena gagal kabur.

"Kau tahu fungsinya bel, kan?

"Ya tahulah. Kenapa lama sekali, sih?" omel Louis. "Aku sudah menghubungimu sejak tadi. Kau tidak jawab ponselmu."

"Aku sudah di balik pintu sejak tadi lalu terpikir untuk membiarkanmu sementara karena aku penasaran apakah kau tahu cara menekan bel atau tidak. Ternyata tidak."

Dengan sangat santai, Louis masuk ke dalam rumah. "Mengapa kau memintaku ke rumahmu?"

"Kau tidak lupa hari ini ada jadwal belajar, kan?"

Louis menjawab acuh, "Lupa."

Ketika tungkainya memasuki bagian dalam rumah, Louis yakin dugaannya benar. Bahkan interior dari ujung ke ujung dibuat persis bergaya Belanda. Sederhana namun nyaman. Dapur dan ruang keluarga dibuat menyatu. Lampu yang digunakan berupa lampu gantung. Pernak-pernik barang antik menghiasi setiap sudut ruangan. Pasti ada yang hobi koleksi, batin Louis.