08. Change My Mind

1K 101 44
                                    

Sorry for any typos

Enjoy:)

Guntur terdengar menjauh dari langit kota London. Jalan raya sepi setelah diterpa hujan lebat sejak sore tadi. Namun seakan enggan berlalu begitu saja, gerimis masih betah menemani hingga cakrawala menghitam. Tidak ada bintang yang terlihat, tertutupi sempurna oleh awan hujan. Dengan langkah cekatan, Liam Payne berlari menembus rintik kecil hujan. Diliriknya arloji yang melekat di pergelangan tangan, pukul 11 malam. Liam menambah kecepatan, memasuki rumah sakit sambil mengibas jaketnya yang basah dengan tangan.

Kamar 201.

Lift dengan cepat tertutup sebelum Liam tiba hingga membuat pria itu memilih berlari menaiki tangga menuju kamar 201. Karena sudah larut dan jam besuk hanya sampai tengah malam, Liam tidak punya pilihan lain selain menggunakan tenaganya. Di depan kamar 201, pria itu sempat mengatur napas sebelum mengetuk dan terdengar suara gadis dari dalam.

 Di depan kamar 201, pria itu sempat mengatur napas sebelum mengetuk dan terdengar suara gadis dari dalam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kau berlari?" sambut gadis yang sedang duduk di ranjang kesakitan.

"Tidak," dusta Liam.

Si Gadis yang sudah lebih dari empat hari sakit itu tersenyum masam, "aku sudah melarangmu kemari."

"Aku tahu. Tapi kau butuh ini," kata Liam sambil menyerahkan materi sejarah yang ia bawa. "Besok ada kuis," lanjutnya.

Sambil menggeleng, gadis itu merespon cuek, "dasar. Orang sakit tidak perlu belajar. Kau ingin menyiksa, ya?"

"Kau sudah sembuh," balas Liam sambil duduk di samping pasien. Dengan seksama Liam memerhatikan gadis yang kini tengah menatap marah ke arahnya. Kalau sudah ada tenaga untuk marah seperti ini tandanya sudah sembuh.

Gadis itu membulatkan matanya tidak percaya. "Wah, kau kan bukan dokterku."

"Ya, ya, tapi ibumu menghubungiku, Miz. Katanya kau sudah sehat," ucap Liam santai sambil mengeluarkan beberapa batang cokelat dari dalam tasnya.

Miz Gean Schaap tersedak ludahnya sendiri, tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar. "Apa?!" teriaknya tanpa sadar. "Tunggu dulu. Tunggu dulu. Apa katamu tadi? Ibuku menghubunginmu?" tanyanya masih terkejut. "Untuk apa?"

Kalau boleh jujur, Liam menikmati wajah Gea yang terkejut seperti sekarang. "Tanyakan saja pada ibumu."

"Tidak bisa. Aku sedang bertengkar dengan ibuku. Dia menyita ponselku," keluh Gea sambil menutup wajahnya dengan bantal. Pasti kesal sekali.

Liam tersenyum menyaksikan tingkah Gea yang baru ia lihat hari ini. Biasanya gadis itu ketus, selalu penuh kebencian. Tapi malam ini Liam menyaksikan Gea bertingkah imut. "Ohhh ... jadi karena itu ibumu memintaku menarikmu keluar dari rumah sakit."

"Hah?!" Gea terkejut lagi.

"Katanya kau sudah boleh pulang kemarin tapi kau tidak ingin pulang," jelas Liam.

18Where stories live. Discover now