09. What a Feeling

947 99 34
                                    

Sorry for any typos

Enjoy Reading:)


Jangan percaya prakiraan cuaca. Akhir-akhir ini bumi tidak bisa ditebak. Hujan di malam hari membuat semua orang di ruangan mengeratkan mantel mereka. Ada yang menyesap kopi hangat⸺beberapa lebih memilih susu hangat hanya sekedar untuk meningkatkan suhu diri. Di ujung ruangan ada yang masih serius dengan permainan catur yang sudah dimulai sejak sore hari, terlalu serius hingga tidak sadar beberapa orang merenggut kesal karena ingin ikut main bergantian. Di luar ruangan, dari jendela besar terlihat daun-daun yang berguguran terbawa hujan yang sepertinya masih enggan berhenti. Betah turun dari langit malam tanpa hiasan bintang satupun.

 Betah turun dari langit malam tanpa hiasan bintang satupun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan Niall Horan terjebak di sini.

Lebih buruknya lagi, Niall tidak tahu kapan dia bisa kabur dari situasi ini. Dia bisa saja berlari menembus hujan lalu masuk ke mobilnya dan langsung pergi tapi enggan ia lakukan karena di ujung ruangan, Si Biang Masalah sedang menatapnya garang sembari membagikan selimut untuk orang-orang di ruangan.

"Kau tidak ingin segelas cokelat hangat, anak muda?"

Seseorang yang duduk di sampingnya sejak tadi menepuk pundak Niall pelan seraya menawarkan segelas susu cokelat. "Tidak. Aku baik-baik saja. Nikmati minumanmu, Tom."

"Kau itu sejak tadi terlihat gelisah. Santai saja. Bukankah sore ini kau bersenang-senang? Kegiatannya seru, kan?"

Niall tertawa canggung sambil bertepuk tangan pelan, "waaahhh ... iya. Seru sekali, Rob," jawab Niall pura-pura antusias.

Kalau boleh dijelaskan bagaimana situasi saat ini, Niall sedang duduk diapit oleh Tom dan Rob⸺yang sekarang sedang berebut kacamata. Tidak pernah sedikitpun terlintas dalam pikirannya bahwa ia akan menghabiskan akhir pekan di Rumah Peduli. Rumah peduli adalah tempat para lansia. Pernah dulu sekali Niall mengunjungi rumah peduli untuk menitipkan neneknya sebelum beliau meninggal lima tahun yang lalu. Si Pria Blonde itu tidak mengira akan kembali ke tempat ini. Sejujurnya saat itu termasuk memori buruk bagi Niall.

"Ini kacamata lainnya. Jangan bertengkar," seseorang muncul sambil memberikan sebuah kacamata untuk Tom.

"Ini benar kacamataku. Kupikir Rob mencuri milikku," ujar Tom yang bangkit lalu pergi meninggalkan ruangan.

"Dia itu selalu saja menuduh," balas Rob yang menyusul lalu ikut menghilang di balik tangga.

Niall tersenyum lalu memerhatikan pengasuh-pengasuh yang datang sambil membawa para lansia untuk kembali ke ruangan mereka masing-masing. Sore tadi ada acara kegiatan berkumpul bulanan. Semua lansia di rumah peduli berkumpul di satu ruangan sambil memainkan permainan-permainan yang disediakan. Ada bingo, catur, dan berbagai macam permainan kartu. Tidak lupa dimeriahi dengan tarian-tarian ala tahun 70-an dengan makanan-makanan yang membuat siapapun bernostalgia seakan-akan sedang di rumah nenek dan kakek.

18Where stories live. Discover now