Sorry for any typos.
Enjoy Reading
Kata orang, masa remaja itu paling indah. Harus dinikmati. Paling tidak, melakukan banyak hal seperti rekreasi, kreasi, dan relasi. Orang bilang, angkat bokongmu dan larilah sejauh yang kau mau. Di perjalanan, jangan lupa menikmati pemandangan. Apa enaknya? Jauh lebih nyaman kalau bisa berdiam diri di rumah. Mereka bilang, tuang isi pikiranmu. Biarkan ide gilamu menjadi nyata. Apa gunanya? Lebih baik melakukan hal aman dan nyaman. Yang paling gila, kata mereka punya banyak teman itu menyenangkan. Apanya yang menyenangkan? Bukankah merepotkan?
Kehidupan remaja itu menyeramkan.
Bagian mana yang indah?
Seperti malam ini. Sudah seminggu Abygail merasa dirinya bertambah tua. Sekujur tubuhnya sakit. Otaknya juga lelah. Persiapan acara bulan depan benar-benar menguras tenaganya. Belum lagi urusan Harry Styles. Gadis itu merasa ia bisa mati kapan saja jika tubuhnya dipaksa terus menerus. Maka dari itu, di akhir pekan ini, Abygail memilih istirahat total sambil disuapi sepotong apel.
"Jadi, parah ya?"
Abygail mengunyah apel, menikmati manis yang menguasai rongga mulutnya. "Parah. Terutama matematika. Dia hanya bisa mengerjakan 50 persen soal dariku. Tapi biologinya lumayan, sih."
"Louis bahkan tidak bisa mengerjakan satupun."
Abygail tertawa mendengar jawaban temannya. Karena memilih istirahat setelah seminggu dihajar habis-habisan, teman baiknya⸺Chardlley berbaik hati membantu menyelesaikan beberapa pekerjaan yang belum tuntas. "Tapi setidaknya dia nurut," ucap Abygail.
"Nurut?" Chardlley tertawa tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar. "Aku harus menyita ponselnya tiap kali dia belajar. Louis itu tidak bisa fokus," kesal Chardlley sambil menggelengkan kepalanya. "Kalau Zayn?" tanya Chardlley sambil menyuapi potongan apel terakhir.
Di ujung ruangan, Annabeth yang sedang menutup tirai dengan santai menjawab, "Oke. Tidak ada masalah sejauh ini."
"Dia tidak mengancammu, kan?" tanya Abygail khawatir.
"Mengancam?" Annabeth balik bertanya dengan penasaran.
Abygail berbisik, "kata orang dia itu terlalu dingin. Ganggu ketenangannya? Kau mati."
Tertawa terbahak-bahak, Annabeth tidak habis pikir dengan apa yang baru saja ia dengar. "Iya, dia dingin. Sulit sekali didekati. Awalnya menolak belajar tapi sejauh ini, kami sudah bertemu dua kali. Untungnya dia tidak sebodoh itu," jelas Annabeth sambil mengingat pengalamannya belajar bersama Zayn. Sejauh yang dia ingat, Zayn tidak seburuk itu.
Mendengar hal itu, Chardlley berkomentar sambil bangkit dari duduknya, "apa-apaan ini? Hanya aku yang kesulitan."
Annabeth tersenyum sambil melirik Abygail yang juga tersenyum geli. "Sabar saja. Louis pasti bisa."
"Kuharap sih begitu," balas Chardlley. "Aku sudah lapor ke kepala sekolah terkait persiapan acara bulan depan. Aku juga sudah menghubungi narasumber. Tinggal menunggu respon saja. Untung ada Annabeth," jelas Chardlley.
Abygail mengangguk senang. "Bagaimana kau bisa mengenal orang seterkenal itu? Sekolah lain sulit mendatangkan narasumber seterkenal dia."
Annabeth yang merasa pertanyaan itu untuknya hanya bisa menjawab, "hanya kenalan."
"Aku dan Annabeth harus pulang. Sudah malam. Kau, istirahat yang cukup," ucap Chardlley sambil menunjuk Abygail dengan garang.
Alih-alih langsung merespon, Abygail malah tertegun melihat ponselnya. Satu pesan masuk namun berhasil mengganggu pikirannya. "Teman-teman ..."

YOU ARE READING
18
FanfictionI have loved you since we were 18 .. Long before we both though the same thing, to be loved and to be in love .. All I can do is say that this arms are made for holdin' you .. I wanna love like you made me feel, WHEN WE WERE 18 .. Warning!!! This st...