Part 14

51 3 0
                                    

- Deren Pov -

Sesampainya dirumah tempat dulu aku tinggal, aku langsung menaiki tangga untuk menuju ke kamar riana adikku tanpa menghiraukan Kay, Nayla, dan bibi yang telah menyambutku.

Aku melihat sosok gadis cantik dengan mata sembab dan bengkaknya yang masih tertidur pulas dikasurnya.

Aku mendekatinya, mengecup pelan kening adikku yang telah lama aku tinggalkan, setelah itu mengusap rambutnya dengan sangat lembut.

Aku mendengar nama "reyhan" ditidurnya, mendengarnya secara berulang-ulang dengan air mata yang meluncur kebawah. Aku tidak mengira, ternyata adikku sangat kehilangannya, kehilangan reyhan sebagai sosok penyemangat dalam hidupnya.

Aku mengusap air mata yang berada dipipinya dengan belaian kasih sayang, aku kira aku telah mengganggunya.

Aku melihat riana mengerjapkan matanya berkali-kali dan mendengar ia menyebut namaku dengan pelan ditambah suara seraknya.

"Ka deren" ucapnya langsung memelukku dengan suara tangisan yang pecah.

"KA DEREN, reyhan ka rey pergi ninggalin nana. Nana be*o ka, nana terlalu bodoh buat peka perasaan rey. Nana sayang rey ka"ucapnya sesenggukan.

"Nana, ga boleh ngomong gitu ya. Reyhan pergi karena takdir. Rey pasti sedih liat kamu begini na. Kaka ga mau kamu kaya gini na, mana riana yang kaka kenal dulu?"

"Hiks...Hiks.... nana kangen semangat dari rey ka setiap hari. Ka deren janji sama nana, jangan tinggalin nana lagi ka, janji buat selalu ada disamping nana karena rey udah ninggalin nana"

"Kaka yakin kalo kamu punya niat untuk mengikhlaskan rey pergi kamu bisa terbiasa dan mulai membiarkan rey tenang disana na. Janji, kaka janji buat selalu ada disamping kamu na. Senyum dong" Deren mengusap air mata adiknya dan menaikan sudut-sudut bibir adiknya menjadi lekukan senyuman manis.

Riana tersenyum dan merenggangkan pelukannya kepada deren.

"Nana janji ka, nana janji bikin rey tenang disana. Ka deren batuin nana ya"ucapnya tersenyum.

Aku menepis air matanya dan mengangguk seray meng"iya"kan pertanyaannya.

Kay, Nayla, dan bibi tersenyum bahagia di ambang pintu kamar riana saat melihat gadis itu tersenyum kembali seperti biasanya.

====

Dua bulan telah aku lalui dengan keceriaan dan semangat dari ka deren. Benar apa kata ka deren, kalo aku punya niat untuk mengikhlaskannya aku bisa terbiasa seperti riana yang dulu.

Pagi ini aku turun ke meja makan dengan senyum manis.

"Pagi bi, pagi ka deren"

"Pagi non"jawab bibi.

"Pagi ade kaka yang cantik, cie tuh senyuman manis banget. Sini sini duduk, kaka udah siapin roti kesukaan kamu"

"Iya ka deren. Ka? Riana pagi ini bakalan naik taksi dong"ucapku dengan wajah memelas.

"Ya enggaklah, kaka bakalan anterin kamu setiap hari sekarang karena kaka udah mempercayai perusahaan papah disana dengan sahabat kaka. Jadi kaka ga perlu repot-repot untuk kesana lagi, udah senyum lagi dong" ucap deren menggoda adiknya.

Riana tersenyum gembira memeluk deren kaka tercintanya, lalu memakan roti bikinan ka deren dengan lahap.

====

"Terimakasih ka deren, aku pamit masuk dulu ya, lopeyuu" ujar riana mengecup kening deren dan langsung berlari.

"Kaka seneng ngeliat kamu bahagia lagi na" Deren memperhatikan riana yang sudah semakin menjauh masuk ke dalam gedung sekolahnya.

HEART!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang