Twelve

277 37 5
                                    

 Aku menyapu air mataku untuk melihat orang itu, dan saat aku melihatnya, mataku langsung melebar.  

"Who the fuck makes you crying" ujar orang itu dan langsung berjalan kearahku. Aku bangkit dari ranjangku dan memeluknya erat.

"I miss you, Louis" isakku di bahunya. Aku merindukan Louis, sangat merindukannya.

"Jangan mencoba mengalihkan pembicaraan. Just tell me who the fuck makes you crying" Aku melepaskan pelukanku dan menatap Louis dari atas sampai bawah. Ia memakai celana jeans panjang dan baju kaus berwarna putih, menunjukkan tato-tatonya. Ini adalah baju yang ia kenakan saat pertama kali memasuki penjara.

"That doesn't matter, Louis. Let's celebrate your day!" ujarku berusaha senang. Aku bahagia dan sedih disaat yang bersamaan. Louis kembali dan itu membuatku bahagia, dan karena Luke.. itu membuatku sedih.

"Just tell me who the fuck makes you crying" Aku terdiam. Oh Tuhan, ini hari pertama aku bertemu dengannya dalam tujuh bulan terakhir, dan ketika kami bertemu, dia sudah sangat annoying.

"Luke. Luke yang membuatku menangis karena kami putus, dan aku masih mencintainya, walaupun aku yang memutuskannya. Dia selingkuh dengan seorang gadis bernama Arzaylea saat dia sedang tour. Puas?" ujarku dengan nada kesal. Tunggu? APA YANG SUDAH KULAKUKAN?

"That bastard" Louis berbalik dan keluar dari kamarku, aku mengejarnya dan berusaha menghentikanya.

"What the fuck Louis! Apa yang mau kau lakukan?"

"B, listen to me. Aku sudah bilang jika dia itu pria tidak baik untukmu, kenapa kau masih bersamanya?!"

"HE IS A NICE GUY, Louis!"

"Jika dia adalah pria yang baik, dia tidak akan selingkuh darimu!"

"Semua orang pantas mendapat kesempatan kedua!"

"Diam. Sudah berapa kali kau memberikannya kesempatan!?" Aku terdiam. Sudah berapa kali aku memberikan Luke kesempatan? Louis benar.

"Baiklah, sudah banyak. Dengarkan aku, Lou, aku dan Luke sudah putus dan minggu depan aku akan kuliah di Cambridge. Aku tidak akan bertemu dengannya lagi, Louis. You don't have to blame him."

"Cambridge?"

"Ya! Harvard University" ujarku bersemangat. Wajah Louis yang tadinya masam menjadi manis.

"Oh Astaga! Selamat" Louis langsung memelukku, aku memeluknya erat.

"Terimakasih" ujarku seraya melepaskan pelukan kami.

"Ku harap kau mendapatkan lelaki yang lebih pantas dari Luke."

"Ku harap begitu,"Ujarku setengah bersungguh-sungguh."Jika dipikir-pikir, sudah jenuh juga aku dengan Luke. Mungkin mencari pasangan baru akan lebih menyenangkan."

"What.. the hell, B?" Aku dan Louis tersentak dan menoleh keasal suara.

Wherever You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang