Chapter 30: Wounded Heart

42.2K 3.8K 217
                                    

"KENAPA KALIAN TIDAK MELIHATNYA???"

Suara Achromos terdengar menggelegar di tengah ruangan kerjanya itu. Beberapa pengawal dan ksatria kerajaan berdiri dengan kepala tertunduk di hadapan raja yang tengah murka itu.

"Maafkan kami, Achromos. Kami sama sekali tidak menyadari kepergian Nona Chroma. Nona Chroma memang pantas disebut rubah karena bisa melenggang pergi tanpa terdeteksi." Ujar Ruu mencoba membela anak buahnya.

Achromos hanya menanggapi perkataan Ruu dengan menendang meja kerjanya. Ia merasa begitu frustrasi. Ia nyaris tidak tidur karena harus mengurusi pekerjaannya yang terbengkalai karena pergi menyelamatkan Chroma dan mengurusi minggu duka yang masih berlangsung karena kepergian Chlari. Ditambah ia juga tak bisa melepaskan pikirannya dari Chroma. Apa lagi ia tidak dibantu oleh Cain yang sekarang selalu mengurung diri di kamarnya.

"Pergi kalian! Cari Chroma sampai ketemu!" Seru Achromos dengan nada suara yang mulai merendah.

Para pengawal dan ksatria itu kemudian memberi hormat dan meninggalkan ruangan dengan segera.

Achromos bergegas membanting tubuhnya ke atas sofa lalu menghela napas dengan panjang. Ia mengusap kedua pelipisnya yang terasa pening sambil memejamkan mata. Tubuhnya terasa lemas dan tak berdaya. Ia merasa begitu putus asa. Ia kira setelah urusan dengan Schatten selesai, maka semuanya akan menjadi lebih baik. Tapi kenyataan yang terjadi justru sebaliknya.

"Oy, raja malas."

Sebuah suara membuat Achromos membuka mata dan segera mengerutkan alisnya dengan kesal.

"Sudah puas liburan?" Sindir Achromos.

Braz terkekeh lalu menghampiri Achromos yang terlihat begitu enggan berurusan dengannya.

"Tega sekali kau tidak memberitahuku Chlari meninggal." Ujar Braz.

"Apa pedulimu?" Balas Achromos.

"Hei, Chlari adalah anakku yang kuselamatkan nyawanya dari perempuan busuk itu! Kau kira aku tidak akan peduli?"

Achromos segera bangkit dan menatap Braz dengan heran. "Apa maksudmu?"

"Memangnya aku tidak pernah memberitahumu, ya? Ibumu itu perempuan licik yang ingin melenyapkan Chlari dengan meminumkannya racun hingga anak itu sakit-sakitan. Akhirnya anak itu harus merelakan tahtanya pada raja bodoh sepertimu." Braz hanya menggelengkan kepalanya lalu duduk di atas meja kerja Achromos dengan brutal--membuat hampir semua dokumen yang terletak di atas sana berserakan di lantai.

"Jangan bercanda!" Sanggah Achromos geram. Matanya berkilat-kilat penuh amarah. "Mana mungkin kau yang haus darah menyelamatkan nyawa Chlari!"

"Hm.. Terserah padamu mau percaya atau tidak, aku tidak peduli." Braz menggoyang-goyangkan kakinya yang ia silangkan dengan santai. "Tapi, kenapa kau tiba-tiba peduli pada Chlari? Apa yang terjadi selama aku pergi?"

"Salahmu sendiri pergi begitu saja!" Desis Achromos. Kalau saja badannya tidak terasa lemas ia pasti sudah menendang Braz sekuat tenaga.

"Yah, ada benarnya juga. Tapi sayang saja, kukira aku bisa menyaksikan drama mengharukan yang membuatmu tidak membenci Chlari lagi."

Achromos langsung menggeretakkan giginya dengan geram dan melemparkan tinjunya ke wajah Braz secepat kilat, namun Braz dengan mudahnya menahan tinju itu dengan satu tangan.

"Jangan kurang ajar kau, Braz!!!" Seru Achromos.

"Achromos, kau terlalu naif. Kalau terus seperti ini Chraz akan hancur berkeping-keping di tanganmu. Hanya karena Chlari mati dan perempuan itu pergi, kau langsung kehilangan ketenanganmu." Braz menatap Achromos dengan tatapan begitu serius dan dingin. Suaranya yang berat menggema di telinga Achromos.

Chroma & Achromos [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang