Chapter 6: King of Hecca

83.6K 8.1K 62
                                    

Chroma menatap ke luar jendela dari dalam kereta kuda dengan perasaan campur aduk. Ia benar-benar merasa gagal dalam melakukan misinya. Mau bagaimana lagi, Chroma memang tidak bisa bertingkah seperti seorang putri betulan.

Laju kereta kuda perlahan melambat dan akhirnya berhenti di depan istana. Chroma turun dengan cepat dan melepas sepatu hak tingginya yang menyusahkan. Ia lalu berjalan cepat menuju kamarnya.

"Achromos dan Cain, ya?" Bisiknya pelan.

Tiba-tiba, sekelebat memori samar muncul di kepalanya. Ia langsung berhenti melangkah. Entah kenapa nama Achromos dan Cain terasa begitu familiar, padahal sebelumnya ia merasa biasa saja. Aneh.

Chroma kembali berusaha mengingat-ingat sesuatu mengenai Achromos dan Cain, tapi tidak bisa. Mungkin hanya perasaanku saja, pikirnya. Ia lalu kembali berjalan dan memasuki kamarnya.

Tok tok tok

Suara ketukan di pintu membuat Chroma yang sedang melepaskan gaunnya cepat-cepat menyambar baju yang ada di atas tempat tidur. Setelah mengenakan bajunya, ia segera membuka pintu.

"Nona Chroma," si pemilik suara terlihat begitu rapi dengan pakaian pengawal yang terlihat sedikit berbeda--lebih mewah dengan warna biru laut--dari pakaian pengawal lain. Pasti pengawal pribadi raja, batin Chroma.

"Ada apa?" Tanya Chroma.

"Yang Mulia Raja meminta Anda menemuinya." Kata si pengawal.

Chroma berdecak. Ia malas berbasa-basi dengan raja dan harus mengatakan setiap kalimat dengan hormat, formal, dan kaku. Tapi ia tidak punya pilihan lain. Ia menghela napas panjang.

"Oke." Jawabnya singkat.

Chroma mengikuti langkah si pengawal yang lebar-lebar dengan malas. Kaki kecilnya tidak mampu menyamakan langkah dengan si pengawal yang tinggi. Dasar tidak peka, umpat Chroma.

Si pengawal kemudian berhenti di depan sebuah pintu yang luar biasa mewah dan mengetuknya. Tinggi pintu itu tidak masuk akal bagi Chroma. Toh, tidak mungkin ada manusia yang tingginya tiga meter.

"Yang Mulia, Nona Chroma telah tiba." Kata si pengawal.

"Bawa dia masuk." Ujar suara berat di balik pintu.

Perlahan, pintu besar itu terbuka. Cahaya terang menusuk mata Chroma. Ia bisa melihat lampu-lampu mewah dari kristal yang menyala dengan terang. Ia lalu mengikuti si pengawal dan masuk ke dalam ruangan. Si pengawal menundukkan kepalanya ke arah pria tua yang duduk di singgasana, lalu berdiri di sebelahnya.

Chroma berdiri di hadapan pria tua itu dengan malas. Ia hanya menggunakan bajunya sehari-hari--baju putih lengan panjang dan celana pendek putih. Ia merasa berdandan itu tidak penting, tidak peduli saat bertemu dengan raja sekalipun.

"Nona Chroma," ucap suara yang terdengar serak dan berat itu. "terima kasih sudah menerima tawaran kami."

Basa-basi ini lagi, batin Chroma.

"Tentu, Yang Mulia." Balas Chroma sambil tersenyum.

"Bagaimana pertemuanmu dengan Achromos?" tanyanya.

"Ya, baik. Ia menungguku dan mencekikku sampai hampir mati, lalu aku diusir dari istana." Jawab Chroma datar.

Sang raja dan pengawalnya melotot mendengar cerita Chroma.

"La, lalu? Bagaimana lanjutannya?" Tanya raja dengan cemas, merasa bersyukur bukan putrinya yang ada di posisi Chroma.

"Ya, seperti yang bisa Anda lihat, Yang Mulia. Aku masih hidup." Timpal Chroma.

"Nona Chroma, kau tahu tugasmu, bukan?" Tanya sang raja dengan ragu.

"Tentu, Yang Mulia. Aku akan menjalankan tugasku dengan baik. Aku tidak pernah gagal dan tidak akan pernah gagal." Ujar Chroma pasti.

Raja berdeham dan menyandarkan punggungnya ke singgasana.

"Baiklah, mulai sekarang kau harus melaporkan apa pun yang terjadi dengan Achromos pada pengawalku, Vhor. Sekarang kau boleh pergi." Pinta raja.

"Dengan senang hati, Yang Mulia." Chroma menunduk lalu meninggalkan ruangan menyilaukan itu dengan tenang.

"Vhor, aku ingin kau mengawasinya dengan baik." Ujar raja pada Vhor.

"Baik, Yang Mulia." Jawab Vhor dengan tegas.

*

Chroma keluar dari ruangan raja dengan langkah kecilnya dengan terburu-buru. Ia merasa sang raja memiliki maksud lain di balik misinya kali ini.

"Bapak tua itu membuat perasaanku tidak enak." Bisiknya.

Raja Kerajaan Hecca ke-9, Shevo, adalah satu-satunya raja yang tidak memiliki darah kerajaan. Istrinya, Ratu Hecca ke-15, yang merupakan keturunan langsung dari raja ke-8. Shevo hanya berasal dari kalangan rakyat biasa, yang kebetulan bertemu dengan sang ratu di festival musim semi ketika sang ratu kabur dari istana. Sang ratu sedang dimintai koin emas oleh sekelompok bandit sebelum akhirnya ditolong oleh Shevo. Sang ratu jatuh cinta dan akhirnya menikahinya 16 tahun yang lalu. Namun saat usia Jane 5 tahun, sang ratu meninggal dunia karena sakit hingga akhirnya tahta kerajaan jatuh ke tangan Shevo.

Hal yang janggal bagi Chroma adalah kematian sang ratu yang bertepatan dengan hari saat Jane hilang ingatan. Ya, Jane--menurut informasi yang didapat oleh Chroma melalui investigasi--hilang ingatan setelah kematian mendadak ibunya. Sang raja saat itu sedang berada di luar kerajaan, sehingga alibinya sempurna. Lalu, apa yang terjadi pada Jane hingga ia hilang ingatan? Sang raja mengumumkan pada rakyatnya bahwa Jane hilang ingatan karena shock atas kematian ibunya.

Tapi, apa benar begitu? Batin Chroma.

Ah, sudahlah! Tugasku hanya satu, aku tidak perlu mengurusi hal lain. Menyusahkan saja, timpalnya lagi.

Chroma kemudian segera memasuki kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat.

---

Hello, guys! It's been a looooong time since the last time I posted the chapter. I'm truly sorry for the late update :( I've been very busy with my college life lol (this is serious, tho). So, here's the update! Hope you like it. Don't forget to vote and comment! Thank youu :D

Chroma & Achromos [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang