Chapter 11: Restless

75.3K 7.2K 251
                                    

Achromos menggerakan pena di tangannya dengan begitu cepat. Tumpukan dokumen di atas mejanya seolah-olah tidak kunjung habis. Ia lalu menggeretakkan giginya dengan kesal. Di saat seperti ini, pekerjaannya justru malah menumpuk. Padahal isi kepala Achromos sejak ia bangun tadi pagi adalah bagaimana perkembangan penyelidikan kasus penyerangan Chroma.

CTAK!!

Tanpa sengaja, Achromos mematahkan pena yang ia gunakan. Ia sudah tak tahan lagi menahan kesal. Ia lalu bangkit dari duduknya, ingin segera menghampiri tim penyelidik yang ia buat sejak empat hari yang lalu.

"Raja Achromos." Cain yang sedari tadi berdiri di samping Achromos tanpa bergeming akhirnya membuka suara.

Achromos menatap Cain dengan tajam. Ia tahu persis apa yang dimaksud oleh Cain tanpa harus mendengar Cain berbicara panjang lebar. Ia mendengus lalu kembali duduk di kursinya. Cain mengeluarkan pena dari kantung bajunya dan menaruhnya di atas meja. Ia kemudian kembali berdiri di samping Achromos.

"Ck!" Dengan sangat ogah-ogahan, Achromos akhirnya kembali mengguratkan pena di atas dokumen-dokumen tersebut.

Setelah beberapa lama, Achromos akhirnya mulai bisa menenangkan pikirannya.

"Cain," ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen di hadapannya. "Bagaimana kondisi Jane?"

Cain terdiam sejenak mendengar pertanyaan Achromos, berusaha mengingat-ingat bagaimana kondisi Chroma saat ia menjenguknya tadi pagi.

"Hm.." Gumamnya. "Masih sama seperti kemarin."

"Hoo.." Jawab Achromos datar.

"Tapi.." Tambah Cain. "Kata dokter.. ada racun di tubuhnya.. Jadi tidak tahu kapan bisa bangun."

Achromos langsung menghentikan pena yang ada di genggamannya dan menatap Cain dengan tajam.

"Sejak kapan kau tahu informasi ini?" Tanyanya.

Cain kembali terdiam lalu terlihat seperti sedang berpikir.

"Mungkin.. kemarin?" Jawabnya.

Achromos merasakan rasa kesalnya kembali memuncak. Cain yang memang tulalit ini tidak pernah gagal membuat dirinya ingin meremas kepala Cain. Tapi tentu saja hal itu tidak pernah ia lakukan. Cain adalah pengawal dan ksatria pribadinya yang paling ia percaya. Selain itu, Cain adalah adiknya--walaupun berbeda ibu.

Achromos menghela napas panjang lalu menatap langit-langit. Entah kenapa ia jadi merasa sedikit khawatir dengan nasib Chroma. Menyadari hal itu, ia langsung menggelengkan kepalanya dan kembali beralih pada dokumen-dokumen itu.

Tidak perlu memikirkan bocah itu, tidak perlu. Ucapnya dalam hati.

Meski berpikir seperti itu, sesekali ia menghentikan pekerjaannya, lalu kembali menggelengkan kepalanya dan kembali mengerjakan dokumen yang tidak mungkin selesai dalam satu hari itu.

Cain menatap kakaknya itu lekat-lekat. Matanya terlihat berbinar-binar, seperti seorang anak kecil yang sedang melihat mainan baru.

Menarik.. Batinnya.

*

"Jadi, kalian sudah dapat informasi apa?" Tanya Achromos pada tiga orang laki-laki tegap berseragam militer di hadapannya. Setelah tiga hari berkutat dengan dokumennya, akhirnya ia bisa fokus pada kasus penyerangan Chroma.

"Lapor Yang Mulia, kami menemukan jenis panah yang digunakan untuk menyerang Tuan Putri Jane-"

"Ratu." Ujar Achromos tegas.

"Ehm, maaf maksud saya Ratu Jane. Panah itu berasal dari organisasi misterius yang tidak diketahui motif dan keberadaannya. Mereka sering menyerang anggota kerajaan atau bangsawan tanpa alasan yang jelas, dan mereka selalu menggunakan panah dengan ukiran mandala tersebut." Tukas salah satu dari mereka.

Chroma & Achromos [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang