Suara lesatan terdengar menggema di ruangan yang hening. Semua mata langsung tertuju pada Chroma yang masih berdiri di depan altar. Achromos menatap Chroma dengan terkejut. Gaun putih Chroma pelan-pelan dinodai oleh warna merah yang semakin tersebar. Sebuah panah menancap di perut Chroma dan menembus hingga ke punggung. Chroma menatap Achromos dengan wajah tidak percaya. Ia tidak pernah selengah itu sampai-sampai dirinya terluka oleh serangan seseorang. Chroma memegang perutnya erat-erat, lalu mulai kehilangan keseimbangannya.
"Jane!" Seru Achromos sambil menopang tubuh mungil Chroma dengan hati-hati dan membuatnya duduk di lantai. Raja Braz dan beberapa pengawal segera lari menghampiri Achromos.
"Keparat!!" Seru Achromos.
Achromos menatap sekelilingnya dengan tatapan penuh amarah, mencoba menerka-nerka dari mana asalnya panah itu. Tapi saat itu seluruh tamu undangan berteriak ketakutan. Mereka semua berhamburan ingin keluar dari dalam gedung. Beberapa ada yang sampai terjatuh dan terinjak-injak. Keadaan begitu kacau hingga sangat tidak mungkin untuk mencari orang yang melakukannya.
"SIAPA YANG MELAKUKANNYA???!!" Teriakan Achromos menggema di gedung luas itu, membuat semua orang yang sedang sibuk melarikan diri terhenti. Mereka menatap Achromos dengan takut. Raja kegelapan itu menatap semua orang dengan penuh kebencian.
"Jika aku berhasil menemukan siapa pun yang melakukan hal ini, aku akan mengulitinya dan memenggal kepalanya." Ujarnya sambil menatap mereka semua dengan tajam. Seluruh tamu undangan langsung bergidik melihat Achromos. Mereka semua kembali panik dan berebut keluar dari dalam gedung.
"Jane." Panggil Achromos sambil menghampiri Chroma yang sudah terlihat pucat. Chroma menengok ke arah Achromos sambil memicingkan matanya. Pandangannya mulai kabur dan ia mulai kehilangan kesadarannya.
"Di mana dokternya?!" Seru Achromos pada pengawal dan pelayan yang ada di sana. Tangannya lalu tiba-tiba digenggam erat oleh Chroma. Achromos menengok kembali pada Chroma.
"Ash.." Bisik Chroma pelan. Achromos terdiam mendengar ucapan Chroma.
Siapa Ash? Batinnya.
"Ash.." Bisik Chroma lagi. Achromos menangkap tetesan air mata yang keluar dari mata Chroma. Achromos tercenung. Chroma yang biasanya terlihat kuat itu saat ini terlihat begitu rapuh hingga menitikkan air mata. Tanpa sadar Achromos merengkuh tubuh mungil Chroma dan menggendongnya.
"Mana dokternya??!" Seru Achromos.
"Maaf, Yang Mulia. Dokter kerajaan sedang pergi ke tempat Yang Mulia Chlari di kastil timur. Kami sudah memanggilnya ke sini." Ujar salah seorang pelayan.
"Ck!" Achromos segera berlari sambil menggendong Chroma ke kastil timur. Selama ini, ia tidak pernah mau pergi ke kastil timur karena Chlari di tempatkan di sana. Tapi kali ini, ia sudah tidak peduli lagi. Yang terpenting adalah menyelamatkan Chroma yang semakin terlihat pucat.
"Jangan mati.. Jangan mati.." Bisik Achromos.
Samar-samar--di sisa-sisa kesadarannya--Chroma bisa melihat wajah Achromos yang terlihat panik.
Achro.. mos? Batinnya. Setelah itu, seluruh pandangan Chroma menjadi gelap gulita.
*
Achromos menatap wajah Chroma yang terlihat seperti orang tertidur itu dengan kosong. Ia sudah mendapatkan pertolongan dari dokter, namun dokter tidak tahu pasti kapan ia akan terbangun. Di dalam hatinya, ada pergolakan batin yang membuat ia bingung hingga tak tahu apa yang harus ia lakukan. Baru kali ini Achromos merasa panik karena seseorang terluka. Tapi selain hal itu, Achromos lebih memikirkan mengenai siapa orang yang berniat membunuh Chroma. Atau jangan-jangan orang itu mengincar dirinya tapi meleset?
Apa.. ini salahku? Batin Achromos.
Ia lalu segera menggelengkan kepalanya. Ia tidak perlu memikirkan orang lain. Ia tidak salah. Berulang kali ia mengulang-ulang hal itu di dalam pikirannya. Ia lalu segera bangkit dan keluar dari ruangan, meninggalkan Chroma yang tergeletak lemah.
Aku tidak perlu memikirkan orang lain. Hal itu hanya akan membuatku tersiksa. Pikirnya sambil melangkah dengan langkah cepat.
"Achromos?" Sebuah suara membuat langkah Achromos terhenti. Ia tahu asal suara itu berasal dari belakangnya, namun ia tidak menengok atau pun berbalik.
Suara langkah kaki terdengar mendekat pelan dari belakang, lalu sosok laki-laki kurus dengan rambut hitam yang terlihat pucat muncul dan berhenti di hadapan Achromos.
"Achromos." Ujarnya sambil tersenyum. Achromos menggenggam tangannya erat-erat, ingin segera angkat kaki dari tempatnya berdiri.
"Kakak." Jawabnya dingin.
"Sudah lama sekali kita tidak bertemu." Ujar Chlari sambil tersenyum. Achromos hanya terdiam tanpa menanggapinya.
"Yang ada di kamar itu.. istrimu? Tadi dokter Ghoz dengan panik berlari karena katanya istrimu diserang oleh seseorang." Katanya.
"Kau.. lagi-lagi gagal melindungi orang yang seharusnya kau lindungi, ya." Ujar Chlari sambil masih tetap tersenyum.
Deg. Jantung Achromos langsung berdegup kencang mendengarnya. Ia kembali teringat dengan wajah ibunya sesaat sebelum dipenggal. Ia lalu menggeretakkan giginya.
"Bukan urusanmu!" Seru Achromos sambil menggenggam leher Chlari dengan kencang. Chlari mulai tebatuk kehilangan napasnya. Achromos segera melepaskan genggamannya dan menjatuhkan tubuh kurus Chlari ke lantai. Ia menatap Chlari dengan penuh kebencian lalu pergi dari tempat itu.
"Adik yang tidak penurut." Gumam Chlari sambil tetap menyunggingkan senyum yang sama.
--
Hi, guys! My finals were finally over three days ago!! 🌸🌸 Now I can write this story as much as I want ehe 😆 Btw, I hope you like it! Hehe. Don't forget to comment and vote! Thank you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Chroma & Achromos [COMPLETED]
Fantasi#1 in Sihir (06-04-2019) #1 in Psychological (08-10-2019) #2 in Fantasy (15-07-2020) #2 in Historical (21-06-2019) #2 in Tragedy (08-10-2019) #3 in Prince (17-03-2019) #3 in Psychological (06-04-2019) #4 in Magic (07-01-2019) #7 in Tragedy (06-04-20...