Chapter 13

2.8K 235 5
                                    

Aku menyesap white coffee ku yang panasnya mulai menghilang. Sudah hampir satu jam aku berada di sudut cafe. Aku melirik jam tanganku. Lalu mataku beralih ke ponselku yang menunjukkan isi pesannya.

Temui aku di Seine Cafe jam 9 pagi.

Dan sekarang sudah jam 10! Sial! Aku dibohongi. Aku pun ingin berdiri dan meninggalkan cafe ini. Tiba-tiba, mataku tertuju kepada seseorang yang dari tadi aku tunggu. Aku pun kembali duduk. Orang itu pun duduk dihadapanku.

"Sorry, apa kau menunggu lama?" tanyanya santai.

Aku sudah menunggu selama satu jam, bodoh! Kenapa kau masih tanya lagi??!!! Aku menghela napasku. "Ya. Satu jam aku di sini seperti orang bodoh."

Dia tersenyum licik. "Kau tahu, apa yang membuatku ingin bertemu?"

"Cepat beritahu! Aku mau pulang. The Boys sudah mencariku dari tadi." ujarku.

"Begini. Aku ingin menagih janji. Kau ingat dua pilihan yang aku beri? Aku mau jawabannya." ujarnya.

Aku menghela napasku. "Dengar, Dylan. Aku tak mau lagi berurusan denganmu. Semalam kau telah menyakiti Niall."

"Itu karena kau terlalu lama ambil keputusan. Seandainya ku cepat, aku tak akan menghabisi bos mu." ujar Dylan.

"Baik, apa maumu?" tanyaku.

"Mudah saja. Kembali jadi pacarku dan aku tk menyakiti The Boys. Kalau tidak, aku akan melakukan hal yang sama seperti semalam atau lebih." ujar Dylan.

Oh, Tuhan! Ini adalah hal yang sulit. Si satu sisi, aku tak mau kembali kepada lelaki yang bajingan ini. Dan sisi lainnya, aku tak mau The Boys tersakiti. Dan, aku pun membuat kepustusan.

"Bagaimana jawabanmu?" tanya Dylan.

"Baiklah. Kau menang. Aku akan kembali kepadamu dan tolong, jangan menyakiti The Boys." ujarku pasrah.

"Good, bagus! Inilah jawaban yang aku tunggu." ujarnya sambil tersenyum licik. Senyum kemenangan.

"Baik, aku akan pulang." ujarku.

"Aku akan mengantarmu. Kau sudah jadi kekasihku lagi. Jadi, turuti perintahku." ujarnya sambil merangkulku.

"Baik. Tapi, lepaskan rangkulanmu." ujarku sambil menepis tangannya.

~~~

Aku pun sampai di depan rumahku. Aku pun hanya mengucapkan 'Thanks' ke Dylan lalu masuk ke dalam rumahku.

"Kau pulang sama Dylan?" tanya seseorang ketika aku di ruang keluarga. Aku pun menoleh. Rupanya Harry bertanya kepadaku. Aku melihat yang lainnya juga menoleh.

"I-iya.. " jawabku gugup. Dan, aku pun melihat Niall. Ya, dia sudah pulang bersama kami semalam. Kondisinya cukup baik.

"Oh, ya. Niall, aku bawa pizza. Semoga kamu cepat sembuh." ujarku.

"Thanks, Nes..." ujar Niall.

"Terus, kami?" tanya Zayn.

"Itu ada 3 pan pizza. Kalian bisa membaginya." ujarku. Aku pun ingin kembali ke kamarku, tapi...

"Aku belum selesai. Kenapa kau bisa sama Dylan? Bukankah kau membencinya?" tanya Harry.

"Ya, memang. Tapi, kami sekarang sudah...balikan." ujarku gugup.

"Whattt?? Kenapa??? Ini mengejutkan." ujar Liam.

"Karena... aku baru sadar bahwa aku... men-cin-tai-nya..." Tidak, aku membencinya. Aku berusaha agar The Boys mau mempercayaiku, walai itu semua hanya bohong.

Me & One Direction [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang