Chapter 21

2.6K 197 9
                                    

Author's POV

"Bagaimana bisa?!!! Kenapa mereka memutuskan kerja sama ini secara sepihak?!" ujar seorang pria dengan penuh emosi seusai membaca surat yang didapatnya baru saja.

"K-kami tidak tahu, Tuan Dylan. Kami hanya mendapat surat ini." jawab asisten Dylan.

Dylan menjadi emosi. Ia meremas rambutnya. Ia tak menyangka kalau Mr. Russell memutuskan kerja sama dengan kantornya yang baru berjalan belum genap sebulan.

"Sekarang pergilah. Aku akan pikirkan bagaimana caranya agar perusahaan itu tak memutuskan hubungan ini. Dengan cara itulah kita bisa mengambil alih perusahaannya." ujar Dylan. Asistennya pun meninggalkannya.

Dylan pun mengambil ponsel dari atas mejanya. Ia menghubungi seseorang.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.

"Aaahhhh! Presetan!" geram Dylan. "Kenapa disaat aku ingin mencapai semua tujuanku malah hancur total?"

Ia pun berdiri dekat jendela. Memikirkan apa rencana selanjutnya. Ia pun melihat sebuah poster di luar sana. Ia pun tersenyum licik.

"Kalau rencana A gagal, kita beralih ke rencana B. Tunggu pembalasanku, Russell."

~~~

Vanessa POV

Aku pun duduk di taman sambil memainkan ponselku. Aku mendapat kabar gembira. Ayah memutuskan hubungan kerja sama dengan Dylan.

Aku pun merasa senang akan hal itu. Akhirnya, Dylan rasakan akibatnya. Ia tahu kalau kerjasama ini sangat menguntungkan bagi Dylan. Aku tahu semuanya dari Elsa.

"Kau kelihatan senang sekali. Ada apa?"

Aku pun terkejut. Ternyata Harry yang datang.

"Suatu saat kau akan tahu." ujarku.

"Kapan?" tanya Harry.

"Jika kita sudah resmi." ujarku tertawa.

"Kalau begitu, aku ingin kita resmi sekarang." jawab Harry.

Aku tersentak kaget. "What? Hey, kita sudah membahasnya kemarin."

"Kalau begitu, kau harus memberitahuku." ujar Harry. "Kalau tidak, aku akan..."

"Akan apa?" tanyaku. Harry pun mendekatiku dan langsung aku pun berlari menjauhinya. Dan, ia mengejarku. Dan terjadilah aksi kejar mengejar. But, aku kurang beruntung. Dewi fortuna memihak pada Harry.

"Harry, lepaskan!" teriakku ketika Harry memelukku dari belakang.

"Tidak akan. Kau suka kan kalau aku peluk?" tanyanya.

Astaga. Ia benar. Aku memang nyaman dalam pelukannya. Ia memelukku membuat jantungku berdebar-debar.

"Jangan bermimpi, Styles!" jawabku.

"Aku tak bermimpi. Ini memang nyata." balas Harry.

"Wowww!!! Ada apa ini?" teriak seseorang.

Kami, maksudku aku dan Harry menoleh ke sumber suara. Rupanya ada Niall, Liam dan Zayn berdiri dan melihat kami. Harry pun melepaskan pelukannya. Aku pun akhirnya berhasil keluar dari pelukannya, walau sebenarnya aku ingin berlama-lama dipeluknya. But, aku dan Harry belum resmi berpacaran. Kami sedang menunggu waktu yang tepat untuk berpacaran.

"Hey, kok diam?" tanya Liam.

"Aku dan Vanessa sedang bermain kejar-kejaran." ujar Harry. "Benar kan, Vanessa?"

"I-iya. Kami hanya bermain." jawabku menyetujui ucapan Harry.

"Kalian seperti anak kecil." ujar Zayn.

Me & One Direction [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang