ENAM

103 8 0
                                    

"Mamah ngga bisa anter kamu sayang, kamu berangkat sama Ryan aja ya" kata Rina.

"Hmm oke deh" jawab Veronika sedikit lesu.

"Sayang kok lesu gitu. Mamah udah bilang ke tante Ajeng kok biar Ryan ke sini, jadi ngga perlu tunggu lama lagi" kata Rina.

"Aku semangat gini kok dibilang lesu" ujar Veronika sambil tersenyum.

TIN

Suara klakson motor terdengar nyaring di depan rumah megah bergaya minimalis milik keluarga Veronika.

"Ojeknya udah dateng tuh, Mah. Aku berangkat ya, assalamualaikum" Veronik mencium punggung tangan Rina, lalu berlari keluar rumah.

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati!" teriak Rina agar putri bungsunya bisa mendengar.

"Oke, Mah!" teriak gadis itu dari luar.

Sesampainya di depan rumah, Veronika menyapa Ryan.

"Pagi Ryan" ujar Veronika.

"Nih helmnya" Ryan menyodorkan helm kepada Veronika.

"Oke siap" Veronika telah siap untuk berangkat.

Ryan melajukan motornya pada kecepatan normal, tidak ngebut juga tidak lambat.

*

Keduanya terdiam melewati koridor sekolah. Rintik hujan perlahan tapi pasti mulai membasahi atap gedung sekolah.

Keduanya memasuki kelas. Namun Veronika hampir terjatuh karena menginjak tali sepatunya yang terlepas dari ikatan.

Veronika berniat mengikat tali sepatunya namun Ryan menahan dirinya.

"Tunggu. Biar gue aja" Ryan tersenyum hangat mencairkan kebekuan diri Veronika karena cuaca saat ini.

Ryan membungkukkan badannya dan duduk dengan tertahan lutut.

Veronika terdiam heran mengerutkan dahinya, menghiraukan seisi kelas yang memperhatikan keduanya. Mencoba berpikir keras atas segala kemungkinan yang ada. Tentang hal yang Ryan rasakan padanya. Tentang hal yang ia rasakan pada senior itu. Dan tentang hal-hal yang mungkin terjadi selanjutnya.

Juga tentang sejak kapan Ryan jadi seperti ini.

"Selesai" kata Ryan seraya berdiri.

Ryan yang menyadari gadis yang ia sukai itu memperhatikannya, mencoba untuk bertanya.

"Kenapa?" tanyanya membuyarkan sejuta khayalan pemikiran seorang Veronika. Menariknya kembali dalam kenyataannya. Walau ia tak menemukan jawabanya.

Seluruh isi kelas memperhatikan sepasang remaja yang berdiri terang-terangan di depan mata siswa siswi 10 IPA 1.

Aneh
Batin Veronika

Rere hadir dalam keduanya dan menarik lengan Veronika.

"Maaf kalo gue ganggu. Tapi gue butuh ngomong sama Veronika" kata Rere.

"Oke" jawab Ryan dengan cengiran khasnya dan berlalu meninggalkan dua gadis itu.

Rere menarik lengan Veronika dan berjalan ke balkon kelas.

"Ada apaan sih, Re? Kok kayaknya penting banget?" tanya Veronika bingung melihat perubahan sikap dan ekspresi Rere.

Rere terlihat cemas.

"Oh iya hari ini guru rapat jam sebelas, 'kan? Berarti kita pulang cepet dong ya?" tanya Veronika berusaha mencairkan suasana serius dan tegang yang dibuat Rere.

WED-LOVE-DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang