"Semua sudah kupersiapkan, Sancho. Jet pribadi, rumah lamamu di luar negri sana, semua kebutuhanmu, Sancia, dan Austrin. Semua telah beres."
Albert berkata sambil memegang bahu Sancho.
"Terima kasih banyak, paman. Paman telah banyak membantuku."
"Tidak masalah, anakku. Kau telah mempercayakan semuanya padaku, dan aku merasa terharu karena kau menganggapku sebagai pengganti ayahmu."
Sancho memeluk Albert dengan penuh kasih sayang.
"Oh ya, satu lagi, Sancho. Semua orang-orangmu telah kuperiksa dan hasilnya, tidak ada yg berkhianat pada kita. Dan kumohon, jangan beritahukan masalah kepindahanmu pada siapapun, termasuk pada B. Biar bagaimanapun, B adalah adik Javier."
Bravery atau Brigita memang dikenal dengan panggilan B dikalangan keluarga Sancho.
"Baiklah paman. Sekali lagi aku berterima kasih banyak padamu."
Sancho memeluk Albert erat. Dan disusul oleh Sancia yang juga memeluk Albert. Dan Albert membisikkan sesuatu di telinga Sancia.
"Jaga suamimu baik-baik, nak. Kadang dia suka lepas kendali dan kehilangan kontrol atas dirinya sendiri. Jangan meninggalkannya saat dia lepas kendali. Jangan keluar rumah tanpa didampingi siapapun. Jangan tempatkan Austrin diruangan terpisah, pastikan Austrin selalu berada disekitar kalian. Kamu paham nak?"
"Baik paman. Terima kasih banyak. Aku akan mengingat semuanya."
"Bagus. Jaga dirimu disana ya, nak."
Albert melepaskan pelukannya pada Sancia dan beralih untuk mencium Austrin yang sudah seperti cucunya sendiri.
Sancho dan Sancia menaiki jet pribadi bersama Austrin dalam gendongan Sancho. Namun raut wajah Sancia masih terlihat bimbang, dan Sancho pun memberanikan diri untuk menanyakannya.
"Ada apa sayang? Kau keberatan kita pindah sebegini cepatnya? Hm?"
"Tidak, bukan masalah itu. Tapi apa tidak apa-apa jika kita tidak memberi tahukan Brigi masalah kepindahan kita?"
"Belum saatnya, sayang. Kita tidak pernah tau sifat seseorang, bukan? Aku takut jika B akan menggagalkan semua rencana kita. Meskipun aku sangat yakin bahwa B tidak akan mungkin melakukannya. Nanti jika sudah saatnya, B pasti akan mengerti mengapa kita pergi tanpa memberitahunya."
"Baiklah. Bagaimana dengan Austrin? Apa dia tidur?"
"Tidak, dia sedang menatapku. Oh tatapannya sangat menenggelamkan. Dia sangat tampan, sepertiku."
"Hah dasar kau ini, lihatlah, dia sepertiku. Dia adalah diriku pada waktu kecil dalam versi laki-laki."
"Baiklah Nyonya Sancia, aku mengalah. Lagipula apa aku punya pilihan?"
Sancho menatap Sancia dengan raut wajah pasrah yang dibuat-buat. Sancia tertawa melihatnya.
"Hahahaha tidak."
Kali ini, raut wajah Sancho berubah dengan ekspresi terluka yang sengaja dibuat sebegitu menjijikan.
"Hey, hentikan semua ekspresi menjijikanmu itu Sancho. Aku tidak bisa menahan tawaku."
Sancia memegangi perutnya karena kelelahan tertawa. Sancho menatap Sancia.
Dia begitu cantik, laksana malaikat yang sedang tertawa. Tawanya bagaikan alunan harpa yang dilantunkan oleh para malaikat.
Indah.
Menenangkan.
Dan Sancho tidak ingin semua ini cepat berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL WOUND
Chick-LitApa yang kalian rasakan jika berada dalam posisiku? Aku 20 tahun Jatuh cinta dengan pacar sepupuku Diperkosa Hamil Diusir dari rumah Hidup sengsara Anakku dicari semua orang Hidup nomaden Menyembunyikan identitas anakku Dan berjuang hidup dengan...