"Lalu, apakah kamu mau menengok papa kandung kamu, A?""Nggak pa."
Dengan tegas Austrin menjawabnya.
"Kenapa?"
"Karena, dia udah nolak A untuk yang kedua kalinya, Pa."
"Darimana kamu tau, sayang?"
Kali ini Sancia yang bertanya.
"Beberapa hari yang lalu, A datang ke Velvok. Dan A bertemu dia."
"Darimana kamu tau, A kalau dia ada disana?"
"Satu bulan yang lalu, sebenarnya A udah tau kalau A bukan anak kandung Papa. Dan A berusaha nyari siapa Papa kandung A. Dan beberapa hari yang lalu, A sama Aether ke Velvok. Dan apa papa tau apa yang dia katakan ke A? Dia bahkan gak ngakuin A kalau A itu anak kandungnya. Itu menyakitkan pa, dibuang untuk yang kedua kalinya."
"Ya Tuhan, A. Apa yang kamu lakukan, nak? Harusnya kalau kamu udah tau semuanya, kamu nanya langsung sama Papa dan mom. Papa gak akan sejahat itu untuk menyembunyikan semuanya. Dan kamu lihat, kamu yang sakit hati, nak. Sifat Javier memang tidak pernah berubah."
"Maafin A, Pa. Maaf. A janji gak akan nemuin dia lagi."
"Sayang, Papa gak pernah ngelarang kamu buat ketemu sama Javier. Jadi, kalau kamu masih mau nemuin dia, silahkan. Tapi kamu tau konsekuensinya."
"A gak akan pernah mau nemuin orang yang jelas-jelas udah buang A."
Austrin pun memeluk Sancho. Erat sekali. Sancho sudah menjadi orang tua yang baik bagi Austrin.
Sancia pun membelai rambut Austrin. Austrinnya kini sudah tumbuh menjadi pria tampan. Dan Sancia sangat bahagia dengan keluarga kecilnya ini.
***
"Sancia, aku gak pernah menyangka kalau putra kita malah sudah mengetahui semuanya. Apa dia kecewa padaku ya?"
"Tidak, Sancho. Dia bahagia memiliki Super Papa sepertimu."
"Yang aku tidak menyangka, Javier kenapa sekejam itu terhadap putranya sendiri? Aku tidak habis pikir dengannya."
"Tidak. Javier sebenarnya sangat menyayangi A."
Sancho menatap Sancia dengan pandangan bertanya.
"Apa maksudmu, Sancia?"
"Belum saatnya kamu tau, sayang. Suatu saat akan kuberi tau. Dan ya, satu lagi. Paman Albert bilang, Javier akan keluar dari penjara satu minggu dari sekarang."
"Apa kita perlu menyiapkan orang-orang untuk menjaga Austrin?"
"Tidak perlu. Dia tidak akan mungkin berani mengambil langkah yang salah lagi berurusan denganmu ataupun denganku."
"Sancia, aku ingin candy moon. Waktu kita nikah kan kita belum sempat melakukan candy moon. Bagaimana?"
"Apapun yang kau inginkan, sayang."
"Baiklah, secepatnya kita akan candy moon."
Sancia tersenyum. Suaminya ini sangat romantis.
"Aku ingin pulang ke Indonesia. Kita bisa bulan madu disana."
"Apa kau mau pindah sekalian? Kasihan Austrin. Mungkin dia sudah rindu akan tanah kelahirannya."
"Bolehkah, Sancho?"
"Mengapa tidak? Kita akan diskusikan masalah ini dengan Austrin dan Aether."
"Terima kasih, Sancho. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu."
"Yaaaa, aku tau. Kau kan selalu mencintaiku."
Sancho dan Sancia pun tertawa bersama. Di 22 tahun usia pernikahannya, mereka masih menjadi pasangan yang hangat. Bahkan mereka pun terlihat awet muda. Mungkin karena hidup mereka diliputi kebahagiaan.
***
"Anak-anak! Ayo makan malam!"
Sancia berteriak. Suaranya nyaring. Sancho yang mendengarnya hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Mom, kita denger kok. Gak usah teriak teriak gitu. A bahkan gak bisa bedain mana rumah mana hutan!"
"Anak nakal, jangan berbicara seperti itu pada ratu kita."
"I'am sorry, king, queen."
"It's okay, duke."
Mereka makan dengan tawa hangat diatas meja makan. Keluarga yang sudah sangat sempurna. Ada ayah, ibu, anak laki-laki dan anak perempuan. Lengkap bukan? Lalu tiba-tiba Sancia mengatakan suatu pernyataan yang membuat tawa-tawa itu berhenti seketika.
"Anak-anak, mama mau pulang!"
"Pulang kemana mom?"
Austrin bertanya dengan nada lembut.
"Mom mau pulang ke Indonesia. Tanah kelahiran mom, papa juga A. Kalian mau kan ikut mom?"
"Ma, berarti Aether harus ninggalin tanah kelahiran Aether?"
Kini gantian Aether yang bertanya.
"Sayang, mama sebenarnya gak mau kaya gini. Tapi mama benar-benar rindu sama tanah kelahiran mama."
"Aether gak masalah kalau kak A juga ikut!"
Semua mata memandang Austrin.
"Mom yakin mau balik kesana?"
"Mom udah kangen sama keluarga mom, sayang. Apalagi yang bikin mom gak yakin?"
"Keluarga? Hah! Bahkan orang-orang yang udah buang mom, masih mom anggap keluarga?"
Austrin menggebrak meja. Seketika itu pula Sancho bangkit berdiri.
"Austrin!"
Dengan nada tegas, Sancho berteriak lantang.
"Maaf mom, papa. Tapi A gak bisa diem aja kaya gitu. Mom udah cukup terluka, Pa! A gak terima mom digituin. Mereka jahat sama mom."
"A, papa ngerti kamu marah, papa juga sama marahnya sama kamu. Tapi biar gimanapun, mereka tetap keluarga mom. Kita harus tetap menjaga hubungan baik sama keluarga mom."
"Tapi kalau mereka masih gak mau nerima mama dan kita gimana?"
"Sayang,
Sancia berbicara.
"Mom gak pernah berharap untuk diterima disana lagi. Tapi mom cuma mau menjaga hubungan baik. Kalau mereka tetap gak mau nerima mom, mom gak masalah."
"Yaudah. Kalau menurut mom itu yang terbaik, A bakal nurut sama mom. Kita bakal pulang."
"Asiiik. Aether belum pernah sekalipun ke Indonesia."
Suasana yang awalnya tegang, kini mencair dengan ucapan Aether yang terkesan seperti anak kecil.
Yah seperti itulah. Mereka akan kembali ke Indonesia secepatnya. Kembali ke tanah hijau yang kaya akan kenangan.
________________________________
A/N Hai. Gak kerasa udah berakhir aja ini novel. Gue jatuh cinta bgt sama sancho *itu gak penting. Epilognya bakal gue publish saat kalian comment nyuruh gue untuk publish.
Kalo kalian gak comment, gue gak akan publish. Sorry!
Terima kasih, i love you all :*
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL WOUND
Romanzi rosa / ChickLitApa yang kalian rasakan jika berada dalam posisiku? Aku 20 tahun Jatuh cinta dengan pacar sepupuku Diperkosa Hamil Diusir dari rumah Hidup sengsara Anakku dicari semua orang Hidup nomaden Menyembunyikan identitas anakku Dan berjuang hidup dengan...