PART 18

7.1K 304 1
                                    

"Ya Tuhan Sancia, kau kemana saja? Aku merindukanmu. Kau tidak tau, bagaimana frustasinya aku ketika tau kau tiba-tiba menghilang. Seolah lenyap."

Brigi yang sudah menunggu Sancia pulang ke rumah pun langsung memeluk Sancia dengan erat.

"Brigi? Ya ampun. Aku juga merindukanmu. Maaf. Saat itu keadaannya sedang genting, yah kau tau lah."

Sancia tersenyum kecut mengingat kejadian setahun yang lalu.

"Maafkan aku, Sancia. Gara-gara Javier dan Gharu, kau mengalami semua hal yang tidak mengenakan ini."

"Hei hei bukan salahmu, Brigi. Itu salah mereka. Jangan menyalahkan dirimu sendiri atas kesalahan yang sama sekali tak kau perbuat."

"Baiklah Sancia. Aku mau menyampaikan kabar. Entah ini kabar baik atau malah kabar buruk."

"Kabar apa?"

Sancia bertanya pada Brigita. Bahkan Sancho yang sejak tadi bungkam pun ikut bertanya pada Brigi lantaran penasaran.

"Kabar apa, B?"

"Jadi begini, aku baru mendapat kabar dari anak buahku, Gharu meninggal. Bunuh diri di penjara."

Brigi kini dipercaya memegang Bravier corp beserta anak buah didalamnya. Dan perusahaan itu mulai bangkit perlahan-lahan.

"Ya Tuhan."

Sancho dan Sancia menggeleng tak percaya.

"Apa yang kau bilang benar, Brigi?"

"Ya Sancia. Aku bilang entah ini kabar buruk atau kabar baik. Kabar baiknya, Gharu yang merupakan otak dari segala kejadian yang menimpamu dan Sancho, kini telah meninggal. Kabar buruknya, aku takut jika keluar dari penjara nanti, Javier akan membalaskan dendam kematian Gharu kepada kalian."

"Kuharap, Javier cukup pintar untuk tidak berurusan lagi denganku."

Sancho menggeram marah.

"Apa kau tidak apa-apa, Brigi?"

Sancia menatap Brigi. Ada sorot sedih dimata Brigi saat mengabari hal itu.

"Aku membencinya, Sancia. Tapi bagaimanapun, dia adalah kakekku. Ada seberkas rasa sedih mengetahui dia meninggal dengan cara yang sangat pengecut. Lari dari masalah yang dia ukir sendiri."

"Sudahlah kita lupakan saja masalah itu. Akupun malas membahasnya."

"Baiklah, Sancia. Oh iya, aku dengar, A akan punya adik. Benarkah itu?"

Pengalihan topik yang sangat bagus.

"Yah begitulah, B. Istriku yang cantik ini sedang mengandung calon adik dari jagoan kecilku."

"Ah kalian membuatku iri saja."

Brigi menatap Sancho yang sedang memeluk pinggang Sancia dengan erat. Dan itu membuat Brigi iri melihatnya.

"Makanya, kau cepat-cepat menikah dan buatkan sepupu untuk A."

Sancho menggodanya dengan tatapan yang sangat menjijikan.

"Hentikan tatapanmu itu, Sancho. Aku geli melihatnya. Ewh!"

Sancia yang mendengarnya hanya tertawa.

"Sudah ah Brigi, aku mau melanjutkan aktivitasku dengan Sancia dulu yang sempat tertunda. Tolong jaga A untukku ya!"

"Ah kalian ini, membuatku semakin iri. Hati-hati 'bermain' nya. Jangan sampai calon adik A itu terganggu ya."

"Baiklah, B. Aku akan 'bermain' selembut mungkin."

"Hentikan pembicaraan vulgar kalian."

BEAUTIFUL WOUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang