Chapter 2

168 18 7
                                    

Ayah baru saja memakan masakanku dengan sangat lahap, ayah bilang masakanku sangat enak. Tidak ada bandingnya dengan masakan restaurant barat yang ada di seberang rumah sakit.

"Ayah masuk ke kamar rawat lagi ya, nanti ayah kedinginan kalo diluar gini" kataku pada ayah.

"Tapi hari ini cuacanya panas jadi mana mungkin ayah kedinginan Disa"

Ayahku kenapa lagi sebenarnya? Jelas disini sangat dingin, semalam hujan deras dan sekarang cuacanya jadi banyak angin.

"Ayah tapi ini dingin, anginnya banyak jadi lebih baik ayah masuk ya"

"Tidak Dis, angin dimana? disini saja sudah panas kalo didalam pasti tambah panas"

Aku tidak mengerti apa maksud ayah, apa yang terjadi sebenarnya? Apa benar penyakit ayah bertambah parah? Aku takut. Aku takut kehilangan ayah kalau melihat ayah begini terus. Satu-satunya di dunia ini yang aku punya hanya tinggal ayah. Aku tidak bisa membujuk ayah untuk masuk ke kamar rawat inap karena ayah sangat susah diberitahu.

Aku memutuskan untuk bertemu dengan dokter Yunita. Dokter yang mengurus ayah selama ini. Aku ingin menanyakan berkembangan penyakit ayah, apa sudah sangat jauh sampai ayah sering lupa begini?

"Ayah kalau begitu tunggu sini ya, Disa mau pergi sebentar. Tapi ingat ayah jangan pergi kemana-mana!" kataku pada ayah.

Saat ini aku berada di ruangan dokter Yunita, kebetulan dokter Yunita bilang ia ingin berbicara banyak tentang penyakit ayah.

"Dok, sebenarnya apa yang terjadi pada ayah saya? Kenapa sekarang ayah jadi sering lupa? Bahkan sekarang ayah bilang cuaca sangat panas padahal sekarang banyak angin dan jelas cuaca sangat dingin. Apa penyakit ayah bertambah parah Dok?" ucapku dengan nada khawatir.

"Begini Disa, penyakit alzheimer memang seperti itu korban akan sering lupa pada hal-hal disekitarnya termasuk orang-orang disekitarnya. Saya rasa ayahmu itu masih sangat trauma atas apa yang telah menimpa dirinya. Tapi kamu tenang aja Disa, selama ini saya berusaha yang terbaik untuk ayahmu. Ayahmu tumbuh dan berkembang sangat baik"

"Tapi Dok apa kemungkinan besar penyakit ayah bisa bertambah parah?"

"Saya tidak tahu pasti tentang itu terkadang penderita bisa mengalami perubahan perilaku lebih agresif jika penderita mencapai tingkat parah. Tapi saya rasa ayahmu tidak seperti itu Dis"

"Benarkah? Jadi apa ayah baik-baik saja Dok disaat ayah lupa suhu udara di luar seperti ini ?"

"Begini Dis, penderita alzheimer umumnya hidup sekitar empat hingga lima tahun setelah gejala muncul, namun ada juga beberapa penderita lainnya yang bisa hidup lebih lama dari itu. Kamu tidak perlu khawatir tapi saya juga tidak bisa menentukan pasti bahwa ayahmu baik-baik saja. Tapi jika dibilang mencapai tingkat parah, saya juga tidak bisa mengatakan seperti itu"

4 sampai 5 tahun? Ayahku sudah mengidap penyakit ini hampir 4 tahun dan sekarang ayah jadi sering lupa. Awalnya ayah sebatas lupa soal isi percakapan yang baru saja dibincangkan atau lupa dengan nama obyek dan tempat tidak seperti sekarang. Lupa akan cuaca? Itu tidak masuk akal bukan.

"Disa, kamu hanya perlu berdoa dan selalu menjaga ayahmu itu akan membuat penderita merasa lebih nyaman dan tidak akan mengalami perubahan perilaku"

"Tentu saja, Terima kasih Dokter" ucapku dan berlalu meninggalkan ruangan Dokter Yunita.

Sekarang yang hanya bisa ku lakukan adalah menangis, dokter Yunita bilang penyakit alzheimer hanya bertahan 4 sampai 5 tahun setelah gejala muncul. Apa maksudnya? Apa aku akan kehilangan ayah? Sungguh aku tidak sanggup jika harus kehilangan ayah. Kalau ayah tidak ada lalu aku dengan siapa?

"Dis kenapa menangis?" tanya ayah padaku saat aku kembali duduk dikantin rumah sakit.

"Oh tadi Disa dapat kabar, besok Disa harus pergi kuliah. Disa jadi sedih padahal besok Disa ingin tidur puas-puas dirumah dan main bersama ayah" kataku berbohong pada ayah.

"Kamu ini bagaimana sih!! Masa nangis cuma gara-gara besok masuk!!" omel ayah sambil memukul kepala ku dengan kartu remi yang ada ditangannya.

"Aww" aku merintih kesakitan karena kepalaku baru saja dipukul kartu remi oleh ayah.

"Sakit yahh" lanjutku.

"Itu hukuman karena anak ayah seorang pemalas!!"

$$$

Aku baru saja pulang dari rumah sakit, aku sebenarnya tidak tega meninggalkan ayah di rumah sakit. Tapi jika aku terus disitu sampai besok pagi bisa-bisa ayah memukulku menggunakan sapu. Aku pergi setelah ayah tertidur pulas. Dokter Yunita sempat bilang padaku bahwa tidurnya seorang penyakit alzheimer memang sangat lama. Jadi aku tidak perlu khawatir begitu kata Dokter Yunita.

Tadinya memang aku sempat khawatir karena ayah tidur hampir 5 jam dan tidak bangun-bangun sedangkan aku sudah bangun dari 1 jam yang lalu. Karena dokter Yunita bilang bahwa seorang alzheimer memang akan tertidur lebih lama.

Aku jadi sedikit lega dan memutuskan untuk pulang kerumah sebelum ayah melihat anak gadisnya masih setia di rumah sakit. Ayah paling tidak suka melihat aku terlalu sering menghabiskan waktu dirumah sakit.

Katanya "kapan dapat jodohnya kalau seorang gadis selalu setia menunggu ayahnya dirumah sakit" selalu seperti itu.

----------------------------

AnnoyanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang