Chapter 8

89 5 3
                                    

Suara deringan ponsel membuat aku terbangun dari tidur nyenyakku. Aku mengucek mataku dan membenarkan posisi dudukku. Semalam aku tertidur di meja belajar karena harus menyelesaikan skripsiku. Tertara nama -Dero- dilayar ponselku. Aku segera mengangkatnya sebelum dia marah-marah tidak jelas.

"Hmm.." kataku masih dengan nada ngantuk.

"Kamu baru bangun?!"

"Hmm.." kataku sambil sesekali menguap.

"Ini sudah jam 10 dan kamu masih tidur! Kamu ingat kan hari ini hari apa?!" suara diseberang sana terkesan kesal sekaligus marah.

"Aku tahu! Lagian ini masih terlalu pagi bisa kan jangan mengganggu tidurku!"

"Aku tahu otakmu itu sangat cetek! Bagaimana kalau kamu lupa dengan hal itu?"

"Kamu pikir otakku sangat secetek itu?!"

"Sepertinya"

Aku segera memutuskan sambungan dengan Dero. Tidak ada gunanya berdebat pagi-pagi dengannya.

Dan aku kembali fokus pada tidurku dan menggembara ke alam mimpi yang begitu luas.  Tak lama kemudian suara ponselku berdering lagi membuat aku berdecak kesal.

Aku menekan tombol warna hijau tanpa melihat siapa yang menelponku. Karena aku yakin ini pasti kerjaannya Dero.

"Ada apa lagi sih?!" aku berkata dengan intonasi tinggi.

"Kenapa jadi kamu yang marah-marah?"

Benarkan ini si Dero menjengkelkan itu.

"Kamu gak tau apa aku tuh lagi tidur! Kenapa dari tadi ganggu mulu?! Suka banget sih ganggu orang!"

Terdengar hembusan napas kasar di ujung telpon "Kamu sudah menerima paketku belum?"

Dahiku berkerut tak mengerti. Paket? Paket apa?
"Maksudmu?"

"Aku mengirim paket ke rumah mu. Jadi belum dateng juga? Kalau begitu kamu tunggu saja"

Suara ketukan pintu membuatku mengabaikan perkataan Dero. Mungkin itu paket yang Dero maksud pikirku.

"Sebentar" aku segera menuju keluar untuk membuka pintu tanpa memutuskan sambungan telponku dengan Dero.

"Maaf nona apa ini dengan nona Radeeca" kata laki-laki dihadapanku.

aku mengangguk "Iya benar"

"Oh kalau begitu ini ada paket untuk nona"

Mungkin ini yang dimaksud Dero. Tapi paket apa? Apa jangan-jangan..... Oh tidak!

"Ini apa?!" kataku was-was, siapa tau dia mengirimku bom.

"Saya tidak tau nona, anda bisa melihatnya tapi sebelumnya silahkan tanda tangan dibawah ini" dia menunjukkan kertas yang harus ku isi dengan tandatanganku.

"Kamu bawa aja! Ini pasti bom kan?!" aku mengembalikan paketnya dengan kasar.

Dero itukan tidak pernah suka denganku. Bisa jadi dia mengirim paket yang berisi bom untuk membunuhku.

AnnoyanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang