Chapter 4

116 16 0
                                    

"Kegagalan adalah cara Allah mengatakan bersabarlah aku memiliki sesuatu yang lebih baik untukmu"

Seharian ini aku sangat lelah mencari penerbit sana-sini yang mau membukukan tulisanku. Tapi hasilnya nihil, tidak ada satu pun yang menerima hasil karyaku, yang ada hari ini malah jadi hari yang sangat buruk. Ini karena laki-laki menjengkelkan yang membuat emosiku naik derajat dan para penerbit yang terus saja menolak ceritaku dan mengoreksi ceritaku yang katanya sangat jelek untuk diterbitkan.

Setelah tadi aku ke kantor penerbit dimana Mba Fian bekerja. Aku sempat mencari satu penerbit lagi, aku pikir tidak ada salahnya kan mencoba lagi. Memang niatnya tempat Mba Fian lah yang akan aku jadikan tempat terakhir kunjunganku. Tapi hasilnya apa? Lebih parah, aku malah dibilang orang aneh. Memangnya ceritaku itu se-jelek apa sih? Kenapa semua orang tidak ada yang suka.

Dulu waktu masih ada Ibuku. Ibuku bilang ceritaku sangat bagus. Apa mungkin ibuku bohong? Tidak, aku sangat percaya pada ibuku.

Waktu memang cepat sekali berputar, matahari yang terang benderang sudah menutupkan sinarnya, siang sudah berubah menjadi malam. Bulan mulai menampakkan segenap cahayanya. Langit pun sudah dihiasi dengan bintang-bintang yang mampu memukau siapapun pasang mata yang melihatnya.

Sekarang aku sedang berada di sebuah Restaurant tempat aku, ibu dan ayah sering berkumpul dulu. Ini adalah salah satu Restaurant milik ayah yang berada di Jakarta Selatan. Restaurant ini di urus oleh Paman Endrik selaku sahabat baik ayah, Ayah tidak mengizinkan aku untuk mengurus Restaurant-nya. Bukan ayah tidak mempercayaiku tapi karena aku harus menyelesaikan skripsi-ku dulu dan lulus dari perguruan tinggi baru ayah mengizinkanku mengurus restaurant-nya. Umurku 22 tahun dan belum selesai skripsi jelas ayah sangat marah dengan hal itu.

Hari ini memang niatnya aku akan menjenguk ayah malam hari karena aku juga sudah bilang pada ayah bahwa hari ini ada jadwal kuliah padahal aku bohong besar.

Sudah 2 jam aku berdiam diri di Restaurant ini, jadi sekarang aku memutuskan untuk ke rumah sakit melihat ayah. Baru saja aku ingin pamit pada Paman Endrik.

"Byurrrr"

Cairan kopi dari gadis didepanku menimpa sweater-ku, aku kaget. Kenapa dia tidak hati-hati saat berjalan.

"Eh maaf Mba, aku beneran gak sengaja. Tadi aku jalannya gak hati-hati ya. Maaf ya Mba biar aku bersihin dulu bajunya" kata gadis didepanku dengan raut wajah merasa bersalah. Dia mulai mengeluarkan sapu tangan dari saku jeansnya dan membersihkan lengan sweaterku.

"Eh tidak usah, gapapa kok. Lagian habis ini aku akan pulang" kataku seraya mencegah tangannya untuk membersihkan lengan sweaterku.

"Tapi Mba tetep aja aku kan udah bikin baju mba kotor. Biar aku ganti ya mba" kata gadis manis itu padaku.

Seandainya aku punya adik semanis dia, aku akan merasa sangat beruntung.

"Kamu baik banget, tapi bener aku gapapa" kataku padanya.

"Mba serius gapapa kan? Aku minta maaf ya Mba. Oh ya nama Mba siapa? Aku Tarisha" ia mengulurkan tangannya dan dibalas olehku.

"Iya aku gapapa kok, aku Disa. Kalau gitu aku pulang dulu dan jangan lupa hati-hati..... Tarisha" kataku sambil terseyum hangat padanya.

"Hehehh iya Mba Disa, hati-hati dijalan ya"

$$$

Aku baru saja sampai di rumah sakit dan langsung menuju kamar rawat inap ayahku. Kulihat ayahku sedang tertidur pulas dikamar. Aku ingin membangunkannya, tapi sepertinya ayah tertidur sangat nyenyak. Aku jadi tidak tega membangunkanya. Akhirnya aku mengurungkan niatku.

Lalu aku mulai mengambil selembar kertas dari dalam tasku dan menulis pesan untuk ayah.

Untuk ayah,

Ayah kenapa sih tidurnya cepet banget? Kan jadi gak bisa makan bareng- bareng. Padahal Disa udah bawa makanan banyak lhooo. Tadi Disa mau bangunin ayah tapi ayah tidurnya nyenyak banget. Jadi Disa gak tega deh banguninnya.

Ayah tadi udah makan kan? Awas aja sampe gak makan! Terus besok jangan lupa makan, minum, minum obat dan mandi. Udah deh aus nanti kalo kebanyakan.

Bye ayah, Disa pulang dulu yaaa

-Disa

Setelah menulis pesan untuk ayah dan menaruhnya di nakas, aku segera pulang. Semoga nanti pagi ayah segera bangun dan langsung membaca pesan dariku. Kebetulam besok pagi aku tidak bisa kerumah sakit karena aku akan sibuk di kampus.

$$$

Hari ini aku ada jadwal kuliah jam 8 pagi dan aku benar-benar lupa bahwa sekarang ada jadwal kuliah. Jangan salahkan aku tapi salahkan daya ingatku yang cetek ini.

Aku melihat jam di nakas menunjukkan pukul 8.30. Dasar bodoh aku sudah telat setengah jam dan aku belum siap sama sekali.

Aku langsung lari terbirit-birit menuju kamar mandi dan aku benar-benar kaget melihat diriku di cermin kamar mandi. Rambutku benar-benar seperti kuntilanak dan bajuku benar-benar seperti genderuwo. Siapa pun yang melihatku sekarang kalian pasti akan berpikir bahwa aku benar-benar kuntilanak blasteran genderuwo. Sebenarnya aku juga tidak tahu soal kuntilanak atau genderuwo itu. Ini efek semalam aku habis menonton film nenek gayung yang diberi Divi -selaku sahabatku.

$$$

Jadwal kuliah baru saja berakhir. Aku jadi lega sendiri pasalnya dosen pembimbingku itu sering sekali menagih skripsi ku. Aku juga punya kerjaan lain kali selain ngurusin skripsi.

"Disa, kantin dulu yukkk gua lagi males balik nih"

Sahabatku yang satu ini -Divi ngoceh mulu dari tadi, aku jadi pusing sendiri. Mau tidak mau aku harus menuruti kemauannya.

"Dis besok kita nonton priemere film yuk, itu lho yang aktornya ganteng banget. Ish pokoknya kita harus nonton Dis" ajak Divi semangat.

"Males ah Div, mending tidur deh dari pada nonton begituan"

"Enggak bisa! Pokoknya besok lo harus ikut!"

"Ihh kok maksa sih! Enggak! Males!" kataku ketus.

"Ih bawel deh, udah gua beli tiketnya Disa jadi lo harus ikut"

Untung sahabat lo Dis. Sabar....sabar...

"Ter-se-rah!" kataku dengan penekanan kata.

"Yeayy! Serius kan Dis? Asik bisa ketemu abang cogan deh"

Divi langsung hora hore sendiri. Sekali-kali nyenengin sahabat gak pa-pa kali yaaa.

-----------------------------

AnnoyanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang