CERN

571 65 16
                                    

Kyuhyun memandang pria di sebalahnya yang kini tampak tertidur lelap. Entah pria itu benar tertidur atau hanya memejamkan matanya. Namun nampak dimata Kyuhyun sosok itu begitu terlihat layaknya seperti malaikat dengan segala keindahannya. Kyuhyun menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan pemikiran anehnya kepada seseorang yang baru ia temui tidak lebih dari 15 menit lalu.

Kyuhyun mengalihkan pandangan pada sopir di depannya.

"Kau berasal juga berasal dari laboratorium yang sama dengan Mr. Kim?" Tanya Kyuhyun.

Supir itu melirik sekilas ke arah Kyuhyun melalui kaca atas mobil dan tersenyum.

"Iya Pak."

"Maukah kau menjelaskan sedikit mengenai lab kalian? Sejujurnya sebuah keganjilan bahwa saya akan datang berkunjung tanpa tau apapun detail ke tempat mana saya akan berkunjung."

Walau sebenarnya ini tidak bisa disebut kunjungan normal. Lanjut Kyuhyun dalam hati.

sang supir terkekeh pelan kemudian menggangguk.

"Kompleks lab kami seperti sebuah kota kecil Tidak hanya berisi laboratorium. Kami juga memiliki beberapa
toko swalayan, sebuah rumah sakit, bahkan sebuah gedung bioskop."

Kyuhyun mengangguk tanpa ekspresi dan melihat ke luar, ke arah gedung-gedung
yang menjulang di hadapan mereka.

"Sebetulnya," tambah si supir, "kami juga memiliki mesin terbesar di dunia."

"Sungguh?" tanya Kyuhyun sambil menyusuri pedesaan itu dengan matanya.
"Anda tidak akan melihatnya dari situ, Pak." Supir itu tersenyum. "Mesin itu kami
tanam enam tingkat di bawah tanah. "

Kyuhyun tidak punya waktu lama untuk bertanya. Tiba-tiba, Supir itu menginjak pedal remnya. Mobil tersebut berhenti dengan suara berdecit di luar sebuah pos penjagaan dari beton.

Kyuhyun membaca tulisan di depannya. SECURITE. ARRETEZ*. (Pos Keamanan. Berhenti.)
Tiba-tiba Kyuhyun merasakan gelombang kepanikan karena sadar di mana dia berada sekarang. "Ya Tuhan! Aku tidak membawa paspor"

"Paspor tidak diperlukan," kata Ryeowook yang tiba-tiba sudah terjaga, meyakinkannya sekaligus mengejutkannya. "Kami memiliki hak istimewa dari pemerintah Swiss."

Kyuhyun hanya terpaku ketika sang supir memberikan sebuah kartu identitas kepada
sang penjaga. Penjaga itu kemudian menggesekkannya pada sebuah alat pemeriksa. Alat itu menyala hijau.

"Nama penumpang?"

" Cho Kyuhyun."

"Tamu siapa?"

"Pak Direktur." Kali ini Ryeowook yang menjawab.

Penjaga itu menaikkan alisnya dan sedikit terkejut mengetahui Ryeowook ada di sebelah sang tamu. Dia kemudian menoleh dan memeriksa kertas hasil cetakan komputer lalu membandingkannya dengan informasi yang ada di layar komputer. Dia kemudian kembali ke jendela mobil. "Nikmati kunjungan Anda, Mr. Cho. Dan welcome home untuk anda Mr. Kim"

Mobil itu melesat lagi, meluncur sepanjang 200 yard, lalu mengitari sebuah bundaran
luas yang membawa mereka di depan pintu masuk utama gedung itu. Sebuah gedung
persegi bergaya ultra modern, terdiri atas kaca dan baja, menjulang di depan mereka.
Kyuhyun kagum pada rancangan tembus pandang gedung itu. Dia selalu menyukai
arsitektur.

"Katedral Kaca," jelas Ryeowook tanpa diminta.

"Sebuah gereja?" Kyuhyun bertanya polos.

"Ya ampun, bukan. Gereja adalah satu-satunya yang tidak kami miliki di sini. Fisika adalah agama di sekitar sini. Anda bisa menyebut nama Tuhan sebanyak yang Anda mau dengan sia-sia di sini," dia tertawa. "Asal Anda tidak menjelek-jelekkan quark dan meson saja." Ryeowook berkedip nakal dan membuat Kyuhyun membeku dan menelan ludahnya kelu. Dalam hati berusaha agar tidak tergoda.

(quark: elemen dasar yang dianggap muncul secara berpasangan;
meson: kelompok partikel dasar yang membentuk quark dan antiquark (istilah dalam ilmu fisika)

Kyuhyun duduk dengan bingung ketika supirnya membelokkan mobil dan
menghentikannya di depan gedung kaca tersebut. Quark dan meson? Tidak ada
pemeriksaan di perbatasan? Jet berkecepatan 15 mach? Siapa orang-orang ini? Pikir Kyuhyun.
Sebuah lempengan batu granit di depan gedung menunjukkan jawaban untuk pertanyaan Kyuhyun :

Conseil Europeen pour la Recherche Nucleaire (CERN)

"Penelitian nuklir?" tanya Kyuhyun yang tidak terlalu yakin dengan keakuratan
terjemahannya. Supirnya tidak menjawabnya. Sementara Ryeowook hanya tersenyum tipis, walau Kyuhyun dapat melihat duka itu kembali mengisi mata coklat indah Ryeowook.

"Ini tujuan Anda. Pak Direktur akan
menemui Anda di pintu masuk." ujar si supir.

Kyuhyun melihat seorang lelaki yang duduk di atas kursi roda, keluar dari gedung.
Tampaknya lelaki itu berusia awal 60an. Terlihat cekung, berkepala botak dan berahang keras, dia mengenakan jas lab putih dan sepatu dari kain yang tampak menyembul dari bantalan kaki kursi rodanya. Bahkan dari kejauhan, matanya tampak kosong seperti sepasang batu kelabu.

"Itu Pak Direktur?" tanya Kyuhyun.

Ryeowook menggangguk. "Yah, aku akan seperti itu," dia menoleh kepada Kyuhyun dan tersenyum. "Kalau selamanya terkurung di tempat ini tanpa ada pasangan hidup." jantung Kyuhyun serasa berhenti berdetak. Jujur Kyuhyun merasa tersindir dengan ucapan itu karena ia sama sekali belum memiliki pasangan, namun ada rasa menggelitik dalam hatinya yang merasa ucapan itu adalah sebuah kode halus yang harus segera Kyuhyun pecahkan dan menjadikan pemuda bermarga Kim ini pasangannya.

Astaga, mereka baru saja bertemu. Namun rasanya pria ini sudah mampu membuat seorang Cho Kyuhyun benar-benar jatuh pada pesonanya.

.
.
.
.
.
.
.
Fast update? Vote & Comment! Thanks..

Angels & DemonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang