Ayah...

568 44 22
                                    

Tidak banyak anak yang ingat bagaimana mereka pertama kali bertemu dengan
ayah mereka, tetapi Kim Ryeowook masih dapat mengingatnya dengan jelas.

Waktu itu dia masih berusia delapan tahun dan tinggal di suatu asrama yatim piatu Katolik bernama Orfanotrofio di Siena yang terletak di dekat Florence. Ryeowook ditinggalkan oleh orang tuanya yang tidak pernah dikenalnya. Saat itu hari sedang hujan. Para biarawati memanggilnya dua kali untuk makan malam, tetapi seperti biasanya, dia berpura-pura tidak mendengar. Dia berbaring di lapangan dan memandangi rintik hujan ... merasakan butirannya jatuh di atas tubuhnya ... mencoba menerka ke mana butiran berikutnya akan jatuh. Para biarawati itu memanggilnya lagi, kali ini sambil mengancam kalau penyakit pneumonia bisa membuat seorang anak yang keras kepala kehilangan rasa ingin tahunya terhadap alam.

Aku tidak dapat mendengarmu, kata Ryeowook pada dirinya sendiri. Bocah kecil itu basah kuyup ketika seorang lelaki datang menjemputnya. Dia tidak mengenali lelaki itu. Lelaki itu orang baru di situ berbadan tinggi dan memiliki ketampanan gagah Asia. Ryeowook sudah bersiap-siap untuk menghadapi lelaki yang diduganya akan mencengkeramnya dan menariknya ke dalam.

Tetapi lelaki itu tidak melakukannya. Dia bahkan ikut berbaring dengannya sehingga
membuat jubahnya terendam di dalam kubangan air. Ryeowook menjadi sangat heran.

"Para biarawati cerita kalau kamu banyak bertanya," kata lelaki muda itu.

Ryeowook menggerutu. "Apakah bertanya itu jelek?"

Lelaki itu tertawa. "Wah, sepertinya cerita para suster itu benar."

"Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Sama seperti yang kamu lakukan ... bertanya-tanya kenapa butiran hujan jatuh."

"Aku tidak bertanya-tanya mengapa butiran hujan itu jatuh! Aku sudah tahu!"

Lelaki itu menatapnya heran. "Kamu tahu?"

"Kata Suster Francisca, butiran air hujan itu adalah air mata malaikat yang jatuh
untuk mencuci dosa-dosa kita."

"Wow!" serunya kagum. "Jadi begitu penjelasannya."

"Tentu saja tidak!" sergah bocah kecil itu. "Tetesan hujan jatuh karena semua benda
jatuh! Semua benda jatuh! Tidak hanya air hujan!"

Lekaki muda itu menggaruk-garuk kepalanya, pura-pura bingung. "tuan muda, kamu benar. Semua benda memang jatuh. Itu pastilah karena gaya tarik bumi."

"Karena apa?"

Lelaki muda itu mengangkat bahunya dengan lagak sedih. "Jadi kamu belum pernah mendengar tentang gravitasi?"

Ryeowook duduk. "Apa itu gravitasi?" tanyanya. "Katakan padaku."

Lelaki itu mengedipkan matanya. "Bagaimana kalau aku ceritakannya padamu sambil makan malam?"

Lelaki muda itu adalah Kim Young Woon. Walaupun dia pernah raih penghargaan
sebagai mahasiswa fisika berbakat di universitas, tapi dia juga mendengar panggilan lainnya dan belajar di eminari. Kim Young Woon dan Ryeowook pun akhirnya bersahabat di dunia para biarawan yang dingin dan penuh dengan peraturan.

Ryeowook selalu dapat membuat seorang Kim Young Woon tertawa, dan lelaki muda itu melindunginya, mengajarinya tentang berbagai hal indah seperti pelangi dan sungai yang memiliki kisahnya sendiri. Dia juga menceritakan kepada bocah kecil itu tentang cahaya, planet-planet, bintang-bintang dan alam, baik dari sisi Tuhan maupun dari sisi ilmu pengetahuan.

Kecerdasan Ryeowook dan rasa ingin tahunya yang besar membuat Young Woon senang mengajarinya. Kim Young Woon pun menganggapnya sebagai putranya sendiri. Ryeowook juga merasa bahagia. Sebelumnya bocah kecil itu tidak pernah tahu betapa senangnya mempunyai seorang ayah.

Angels & DemonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang