Beginning

472 45 0
                                    

(Hyerin's P.O.V)

Bodoh. Apa yang baru saja kulakukan ? Pasti Jaebum merasa aneh denganku sekarang. Namun aku tidak ada rasa ingin untuk melepaskan pelukan itu. Yang mengangetkanku adalah Jaebum yang membalikkan tubuhnya, membalas pelukanku.

"Fine. I'll stay."ujarnya. Aku tersenyum.

"Aku menyukaimu."ucapku akhirnya.

"Aku juga."balasnya sambil tersenyum. Kami tetap berpelukan seperti kami tidak ingin melepaskan satu sama lain.

***
(Hyerin's P.O.V)

Kami kembali ke Immortality dengan tangan Jaebum yang merangkulku hangat. Mark berdiri telat di depan kami.

"Apa - apaan ini ?!"seru Mark.

Aku buru - buru melepaskan tangan Jaebum.

"Ani,gwaenchana. Chingu-yo."jawabku.

"Mr. Deezle menunggumu sejak tadi."ucap Mark. Ia mengisyaratkan agar aku mengikutinya. Aku tidak punya pilihan lain selain meninggalkan Jaebum, namun aku menggumamkan untuk menungguku di kamarku padanya.

"Baiklah."jawabnya.

Aku mengikuti Mark ke sebuah ruangan gelap. Aku ingat ruangan ini. Ruang Latihan Gems.

"Awas !"seru Mark saat sebuah serangan di arahkan padaku aku segera mengelak dengan baik dan membalasnya.

"Reflek yang bagus, nona Hyerin."ucap Mr. Deezle, alias White Wizard.

"Terima kasih."balasku. Aku mendekatinya dan melihat apa yang ia lakukan.

"Apa yang kau lakukan ?"tanyaku.

"Membuat sebuah vaksin."jawabnya.

"Untuk ?"tanyaku kembali.

"White Kingdom terkena penyakit wabah."ucap Mark. Aku mengernyitkan dahiku, namu langsung menyadarinya disaat yang bersamaan.

"Redh."geramku.

"Benar. Kita harus segera membalas mereka, Hyerin. Kita harus memimpin pasukan seperti apa yang dikatakan takdir."

Bodoh. Kau pikir aku siap ? Sialan.

"Baiklah."balasku.

"Siapkan cavalry dan angels. Jangan sisakan satu makhlukpun. Kita harus melawan Redh."kataku akhirnya. Mr. Dezzle mengangguk dan mengirimkan pesan ke White Kingdom.

***
(Hyerin's P.O.V)

Aku kembali ke kamarku dan menemukan Jaebum yang tertidur di kasurku. Ia pasti menunggu lama. Aku memperhatikan wajahnya yang sedang tidur. Tampan. Ia bahkan lebih tampan dari Hyunwoo namun aku baru menyadarinya. Gadis bodoh. Aku tersenyum kecil saat mendengarnya tiba - tiba mendengkur. Lalu, tiba - tiba...

"Apakah aku setampan itu ?"tanya Jaebum.

Aku tertawa kecil.

"Ya. Kau setampan itu."jawabku. Ia tersenyum dan terduduk.

"Aku kangen kau."ucapnya.

"Aku juga."balasku. Ia menarikku dan mendekatkanku ke wajahnya. Namun, ia hanya mencium dahiku. Ia mengacak - ngacak rambutku.

"Hey ! Kau membuatku jadi jelek."protesku.

"Kau tetap cantik, kok."ucapnya. Aku tersenyum mendengarnya. Dia sangat manis.

"Kau tidak tidur ?"tanyanya.

"Shireo. Aku ingin bersamamu."ucapku.

"Tak apa. Kau kan bisa melihatku lagi di hari esok."kata Jaebum. Aku mengulum senyum.

"Kau pasti lelah. Istirahatlah. Aku akan menemanimu sampai kau tertidur."ucap Jaebum. Aku menggangguk dan berbaring di tempat tidurku.

"Tutup matamu."ucapnya sembari mengelus - elus rambutku. Aku melihatnya sekali lagi dan menutup mataku, walaupun aku enggan. Yang membuatku sedih adalah saat dia mengatakan bahwa aku dapat melihatku di hari esok. Itulah masalahnya. Bagaimana jika tiada hari esok ?

***
p.s : baca ceritaku yang satunya dong, judulnya Clichè. Sepi readers tuh.

Dream (GOT7 A.U) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang