Many Happy Returns (Last Chapter)

8 1 0
                                    

W/S   : But of course it'll be a happy ending! The title says Happy! I couldn't possibly make anything less than joyous, right?

(Third Person POV)

Momoi duduk di kursi taman sebuah sekolah menengah pertama, berkali-kali menggosokkan kedua tangannya yang kedinginan. Berulang kali Momoi mengecek jam di ponsel yang sudah menunjukkan pukul 16.49 sambil terus menghela napas. Jangan-jangan mereka tidak datang? Pikiran negatif itu terus menghantui benaknya. Tapi dia ingin tetap positif.

"I kept my promise," gumam Momoi dalam bahasa Inggris, berharap dengan begitu tidak ada yang akan sengaja menguping saat dia bicara sendirian. "So I know you wouldn't break yours."

Tiba-tiba terdengar teriakan. Bukan teriakan histeris seperti yang ada dalam film-film horor; lebih seperti seruan bahagia. Asalnya... dari gerbang sekolah. Terlihat segerombolan remaja datang. Itukah mereka?

"MOMOCCHIIIN!!" salah satu dari mereka berteriak, melemparkan bungkusan-bungkusan yang dibawanya tadi dengan susah payah begitu saja dan langsung berlari ke arah Momoi. Rambut pirang yang tadinya rapi jadi berantakan karena angin saat dia berlari mendekat.

"Hei! Kau akan merusaknya!" seru laki-laki di sebelahnya dan mencoba memungut benda-benda yang dijatuhkan orang pertama tanpa menjatuhkan barang-barang yang dibawanya.

Sebelum dia menyadarinya, seseorang sudah menyeruduk Momoi dan memeluknya erat-erat. "Astaga sudah lama sekali! Aku kangen!"

"Sh-Shinichi-senpai?!" Begitu Momoi menyadari siapa itu, dia langsung balas memeluk Shinichi sambil tertawa. Baunya yang khas menggelitik hidungnya. "Kau masih memakai cologne ini, ya? Waah, tidak berubah sampai sekarang!"

Sementara Shinichi menerjang Momoi, Sunakawa masih mencoba memungut semua kado yang dijatuhkan Shinichi. Tapi dasar sial, barang-barang yang dibawanya justru berjatuhan. Sunakawa mulai kesal. Dia menaruh kado-kado di ujung lantai lapangan basket yang terbuat dari beton setelah menyingkirkan sebagian saljunya. Sunakawa memungut bola basket yang ada di sebelah ring, lalu melemparkannya sekuat tenaga ke arah Shinichi.

"Seperti biasa kau selalu memerhatikan semuanya, ya, Momocchin! Kau juga sudah tumbuh besar! Terutama bagian da─AAAARGH!!!" ucapan Shinichi-senpai dipotong oleh sesuatu yang mendarat di kepalanya dengan keras. Bola basket? Momoi menoleh untuk mencari siapa yang melemparnya saat matanya tertuju pada lelaki berwajah kusut yang dalam posisi baru saja melempar sesuatu.

"Sunakawa-senpai!"

"Maaf menunggu lama!" seru Sunakawa agak keras. "Karena salju, banyak stasiun yang ditunda, jadi kami harus jalan kaki 5 stasiun."

Mungkin karena menyadari mata Momoi yang berbinar-binar, Shinichi langsung menariknya ke gerbang tempat Sunakawa dan yang lainnya berada. Mungkin sekalian balas dendam. "Oi, Sunacchin! Lancang sekali kau! Aku bisa mati, tahu!"

"Wah, maaf, tadinya mau shoot ke ring basket, tapi meleset," kata Sunakawa dengan nada sarkastik sambil menggaruk kepalanya. Hal yang biasa dilakukannya saat dia tidak benar-benar serius mengatakan sesuatu.

"Dasar pembohong. Padahal tadi serius melemparnya," celetuk Keito menahan tawa yang hampir meledak.

"Tsundere," gumam Kawahara-kun sambil terkikik geli.

Begitu sampai cukup dekat dengan mereka semua, Momoi baru sadar banyak bungkusan-bungkusan yang mereka sembunyikan di balik punggung mereka, dalam berbagai macam ukuran dan warna. Semuanya terlihat dibungkus rapi dengan pita dan hiasan-hiasan berkilauan.

"Kado, ya?... Untukku?" tanya Momoi.

"Setelah menerima telepon darimu, Makoto-kun langsung ngotot ingin pergi ke Shibuya untuk beli semua kado ini," kata Kawahara sambil menyikut Sunakawa.

CHSMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang