🌷Chapter 12

78.3K 8.8K 614
                                    

Aku pulang dari sekolah dan aku menghadapi adegan yang sama, lagi. Orangtuaku bertengkar.

"Aku sedang bekerja, membuat bokongku mati rasa dan kau malah main mata dengan wanita lain?" Ibuku berteriak pada ayahku.

"Aku tidak memiliki hubungan apapun, aku sudah bilang padamu! Kenapa kau tidak mau percaya padaku?! Berhenti bertengkar denganku sebelum aku benar-benar pergi mencari wanita lain!" Ayahku balas berteriak.

"LALU SIAPA WANITA YANG DENGANMU ITU?!"

"DIA CLIENTKU! HARUS BERAPA KALI KUKATAKAN?" Ayahku balas berteriak sampai wajahnya memerah dan urat vena di lehernya muncul.

Orangtuaku bahkan tidak menyadari aku masuk ke rumah. Aku berlari ke kamarku dan membanting pintu. Aku hanya berharap mereka berhenti bertengkar. Saat aku kecil, kami adalah sebuah keluarga harmonis. Aku tidak tahu apa yang terjadi, jarak merubahnya. Mereka terlalu sering bekerja dan ketika mereka di rumah, mereka mengeluarkan amarah mereka satu terhadap yang lain saat mereka stress, meskipun saat kami sedang makan malam bersama.

Aku mulai merasa sakit dan lelah terhadap semuanya. Aku duduk di tempat tidurku, merasa tidak ada harapan tentang orangtuaku.

"AKU MAU CERAI!" Aku mendengar ibuku berteriak dari ruang tamu.

Air mata mulai berkumpul di mataku dan kemudian jatuh ke pipiku. Ini adalah situasi yang sama setiap hari, tapi kenapa aku tidak bisa menghadapi ini dan lalu menangis setiap malam.

Aku menutup telingaku dan mencoba mengabaikan dunia yang kejam, namun aku tetap bisa mendengar ibuku berteriak. Air mataku tidak bisa berhenti mengalir. Aku berharap nenekku masih mengurusku. Aku merindukannya.

Aku menghela naPas dan membuka laci tempat tidurku. Aku memegang cutter.

Sudah sangat lama. Kebiasaan ini mungkin kembali.

Aku membawa cutter ke pergelangan tanganku dan menekannya ke dalam kulitku. Darah mulai keluar dari sayatan yang kubuat.

Satu sayatan.... Dua sayatan... Tiga...

Air mataku tetap jatuh, rasa sakit menjadi mati rasa dengan setiap sayatan. Segera, ini menjadi zat adiktif.

****

Hari berikutnya, aku sendiri, lagi, selama istirahat karena Mina bersama tiga laki-laki itu -Taehyung, Jimin dan Jungkook. Aku menghela napas. Apa ia tidak punya hati atau sedikit rasa kasihan untukku?

Aku menghabiskan makananku lebih cepat dan tidak ada apapun untuk dilakukan. Lalu aku memutuskan untuk berkeliling sekolah.

Aku menuju ke lantai tiga, di mana aku merasa kesepian,secara harfiah tidak ada orang di sana. Aku berjalan ke ruang seni dan menghampiri piano.

/Flashback/

"Hyejin, aku akan mengajarimu memainkan bagian favoritku pada piano. Saat aku masih kecil dan jatuh cinta, kakekmu memainkan ini untukku. Lalu setelah itu, aku jatuh cinta padanya." Nenek memberitahuku ceritaku itu saat aku masih seorang anak kecil, sekitar tujuh tahun. Aku terkikik saat ia memberitahuku cerita itu.

Ia memainkannya dengan cermat dan indah, pertama kalinya aku mendengar itu, aku ingin menangis meskipun aku masih sangat muda. Kakekku membuatnya, untuk nenekku. Cinta disampaikan lewat melodi lagu. Sangat sempurna.

/End of flashback/

Sayangnya, kakekku meninggal saat aku lahir. Aku tidak pernah melihatnya, atau merasakan kasih sayangnya. Aku hanya tahu, ia adalah pria yang baik, pria dengan perlakuan baik pada wanita. Tidak seperti Taehyung, atau ayahku.

Mr Arrogant [Buku 1] ➳ KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang